• Intensifying screen
Intensifying screen adalah alat yang terbuat dari kardus khusus yang
mengandung lapisan tipis emulsi fosfor dengan bahan pengikat yang sesuai.
Yang banyak digunakan adalah kalsium tungstat.
• Kaset
Kaset adalah suatu tabung (container) tahan cahaya yang berisi 2 buah
intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film rontgen di
antara keduanya dengan mudah. Kaset dapat diperinci sebagai berikut :
Bakelit : bakelit ini tahan cahaya tetapi secara relative radiolusen dan
terbuat dari aluminium
Intensifying screen atas dengan lapisan fosfor yang lebih tipis.
Tempat meletakkan film rontgen
Intensifying screen bawah
Lapisan timah yang akan menyerap sinar X yang menembus lapisan
screen paling luar
Per dari baja yang membuat film dan screen berhubungan dengan
rapat
Kaset harus dijaga agar tidak lekas rusak, caranya
Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan
Hindari kaset dari bahan kimia, terutama jangan sampai mengenai
screen
Harus tetap kering
Jangan ditumpuk-tumpuk
Tidak boleh dibiarkan terbuka
Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak
Jaga agar screen dan film berhubungan rapat 2
• Grid (kisi-kisi)
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar
tidak sampai ke film rontgen. Gris terdiri atas lajur-lajur tipis timbale yang
disusun tegak di antara bahan-bahan yang tembus radiasi.
Cara kerja
Sebagai sinar X akan tersebar ke segala arah pada waktu mengenai suatu
benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambu. Walaupun sinar hambur
mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap ada
sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen. Sinar hambur ini
ditiadakan dengan grid / kisi-kisi. 2
• Alat-alat fiksasi
Guna alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto tidak bergerak
• Alat-alat pelindung (proteksi)
Diafragma cahaya
Konus
Pelindung gonad
Pelindung ovarium
Apron timbal
Sarung tangan timbal
Pencegah-pelindung
Kaca timbal
Karet timbal
• Marker (tanda atau kode)
Tanda atau kode ini digunaka untuk mengidentifikasi pasien dan tanda letak
anatomi.
b) Gambaran tampak
• Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan
pembangkit.
• Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer) akan
menghasilkan gambaran radioopak.
• Gambaran laten bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan
gambaran radiolusen.
Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan
difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak)
meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x
akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih.
Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang
menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun
bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang menyebabkan warna
hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radioopaque
sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang
dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek
panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x
mudah untuk menembus bahan.
Kesimpulan :
• Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat
radioaktif dan energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan
penyakit dengan memakai radiasi pengion (seperti sinar X, sinar γ)
maupun bukan pengion (seperti ultrasound, infrared)
• Gambaran radiografi yang dihasilkan dapat berupa gambaran
radioopaque dan gambaran radiolusen.
• Gambaran radioopaque terjadi pada gambar jaringan keras (tulang)
• Gambaran radiolusen terjadi pada jaringan lunak, seperti soft tissue
• Note : warna hitam terjadi pada udara, darah akut, air, lemak
B. Modalitas yang Dipakai untuk Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos dan Foto dengan Kontras
• Memanfaatkan pancaran sinar-X untuk menggambarkan struktur dada,
abdomen, tulang, dsb
• Media kontras yang sering digunakan adalah barium sulfat
• Prinsip dasar foto polos Densitas Foto X-Ray Sinar X ditembakkan ke tubuh
ditangkap oleh film
2. USG (Ultrasonografi)
• Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memperlihatkan
berbagai struktur seperti abdomen, pelvis, leher, dan jaringan lunak perifer
• Prinsip dasar USG
Gelombang suara dipancarkan ke tubuh memantul dan kembali
ditangkap oleh monitor
• Kelebihan dan kekurangan dari USG
Kelebihan Kekurangan
1. Tergantung pada kemampuan
1. Biaya peralatan relatif murah
operator
2. Ketidakmampuan gelombang suara
untuk menembus gas atau tulang
2. Non ionisasi dan aman yang menyebabkan visualisasi
kurang baik pada struktur di
bawahnya
3. Penyebaran gelombang suara saat
3. Pemindaian dapat dilakukan pada
melewati lemak menghasilkan citra
setiap bidang
yang buruk pada pasien obesitas
4. Dapat sering diulang, misalnya pada
kontrol kehamilan
5. Deteksi pergerakan aliran darah,
jantung, dan janin
6. Mendampingi prosedur biopsi dan
drainase
3. CT-Scan
• Mendapatkan potongan melintang densitas dan citra terkomputerisasi dari
pancaran sinar-X
Prinsip dasar CT-Scan
Sinar X ditembakkan
melingkat ke seluruh tubuh
ditangkap oleh detektor Densitas pada CT-Scan
diolah oleh komputer
• Kelebihan dan kekurangan dari CT-Scan
Kelebihan Kekurangan
1. Biaya tinggi untuk peralatan dan
1. Memiliki resolusi kontras yang baik
perawatan
2. Memberikan detail anatomi yang 2. Artefak tulang pada pemindaian
tepat otak menurunkan kualitas citra
3. Citra diagnostik dapat diperoleh dari
pasien obesitas walaupun terdapat 3. Menimbulkan radiasi ionisasi dosis
lemak yang memisahkan organ tinggi tiap kali pemeriksaan
abdomen
4. Kedokteran Nuklir
Memberikan gambaran rinci baik fungsional maupun anatomis dengan menggunakan
deteksi radiasi gamma dari radioisotop yang disuntikkan
C. Posisioning
1. PA (Postero-Anterior)
2. AP (Antero-Posterior)
3. Lateral : melihat lesi kecil di mediastinum dan massa di anterior paru
4. Oblique – RAO (Right Anterior Oblique), LAO (Left Anterior Oblique), RPO (Right
Posterior Oblique), LPO (Left Posterior Oblique)
Untuk Melengkapi foto PA Fungsi :
Melihat daerah yang tertutup jantung
Membedakan lesi di paru atau dinding thoraks
5. Hiper lordotik / top lordotik
• Posisi pasien berdiri & condong ke belakang
• Fungsi : pemeriksaan puncak paru
6. Tangensial
7. LLD (Left Lateral Decubitus)
• Fungsi : membuktikan adanya cairan di rongga pleura atau di dalam bula
• Posisi pasien berbaring dengan sisi badan menjadi tumpuan
c. Penilaian Cardiomegali
Menilai cardiomegali (CTI)
𝑨+�
CTI =
�
Keterangan :
A : jarak terpanjang antara batas jantung
kanan dengan garis tengah
B : jarak terpanjang antara batas jantung kiri
dengan garis tengah C : panjang
diafragma
d. Apeks
• Apeks tertanam : sudut cardiophrenicus > 90o LVH
• Apeks terangkat : sudut cardiophrenicus < 90o RVH
• Tampak bercak berawan pada kedua lapang paru atas yang disertai
cavitas, bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus ke
atas
• Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
• Kedua sinus dan diafragma baik
• Tulang-tulang tervisualisasi infak
c. TB Paru Lama Tenang
• Tampak bintik-bintik kalsifikasi serta fibrosis pada kedua lapang paru atas
• Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
• Kedua sinus dan diafragma baik
• Tulang-tulang tervisualisasi infak
d. TB Miliar
Terdapat bercak-bercak granuler pada seluruh lapang kedua paru
e. TB Anak
Proses spesifik adanya KGB / kompleks primer maka seolah hilus paru
melebar
2. Tumor paru
• Gambaran klinis Gejala lokal :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi
d. Adanya kavitas
e. Atelektasis Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispneu karena efusi pleura
c. Tamponade / aritmia akibat invasi ke pericard
d. Sindrom vena cava superior
e. Suara serak
f. Sindrom hormer
Gejala akibat metastasis
• Gambaran radiologis
a. Tumor paru primer
Kesuraman homogen, kadang disertai dengan erosi costae
*Note : kesuraman homogen lain pneumonia, atelektasis, efusi pleura
b. Tumor paru sekunder
Bentuk khas, yaitu coin Coin lession, bisa multipel
• Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Atelektasis
• Usul : Foto Thorax lateral dan CT-Scan Thorax
• Contoh kasus : Tumor Paru Sinistra
Sesak nafas
1. Pneumothorax
• Definisi : penimbunan udara / gas di cavum pleura
• Klasifikasi
a. Simple pneumothorax : tidak berhubungan dengan udara di luar /
mediastinum, tidak menggeser midline
b. Tension pneumothorax : akumulasi udara dengan tekanan progresif
dalam cavum pleura (one way valve), udara tidak bisa keluar dari paru
pergeseran mediastinum dengan kompresi dari paru kontralateral dan
pembuluh darah
• Gambaran klinis
a. Nyeri dan sesak nafas tiba-tiba
b. Pemeriksaan fisik : dada asimetri, fremitus menurun / hilang, perkusi
hipersonor
c. Tension pneumothorax
Takikardi
Distensi vena jugularis
Tidak adanya bunyi nafas pada paru yang terkena
Pergeseran trakea ke paru yang sehat
d. Open pneumothorax
Tampak luka terbuka pada dinding
Disertai gejala klinis pneumothorax (nyeri dada, sesak nafas) *Terapi
: plester 3 sisi
• Gambaran radiologis
a. Tampak hiperlusen avaskuler pada lapang paru D/S
b. Adanya gambaran paru D/S kolaps dengan bayangan pleura visceralis yang
jelas terlihat sesuai gambaran pleural white line, dengan shift mediastinum
ke arah sisi yang berlawanan
c. Adanya fraktur pada costae tidak selalu ada
2. Atelektasis
• Gambaran radiologis :
a. Tampak perselubungan homogen pada lapang paru D/S
b. Tampak shift trakea dan mediastinum ke arah lesi dan hiperaerasi pada
paru di sebelahnya
c. ICS pada hemithorax D/S menyempit
d. Diafragma dan batas jantung D/S sulit dinilai
• Differensial diagnosis (DD) : Pneumonia, Tumor paru, Efusi pleura Usul : Foto
thorax lateral, CT-Scan thorax
3. Efusi pleura
• Definisi : suatu keadaan dimana cairan terkumpul pada ruang antara lapisan
parietal dan visceral pleura cairan serosa / lainnya Gambaran klinis :
a. Sesak nafas
b. Pemeriksaan fisik : perkusi pekak, vokal fremitus melemah / hilang
*Abses hepar karena amoeba efusi pleura dextra
Gambaran radiologis :
a. Tampak perselubungan homogen setinggi ICS ... pada hemithorax D/S yang
menutupi sinus, diafragma, dan batas D/S jantung
b. Cor sulit dinilai
c. Tulang-tulang tervisualisasi intak
• Differensial diagnosis (DD) : Tumor paru / pneumonia / atelektasis
• Usul : Foto thorax lateral D/S, CT-Scan thorax
3. Pembesaran ventrikel
kanan Underlying
disease :
a. Stenosis mitral
b. Insufisiensi mitral
c. ASD
d. Dan kelainan jantung bawaan lain seperti Tetralogi Falot
• Gambaran radiologis : pembesaran ventrikel kanan apeks terangkat
5. Efusi perikardium
Gambaran klinis :
a. Dyspneu
b. Ortopneu : sesak nafas saat posisi berbaring
c. Nyeri dada
d. Batuk
e. Cepat lelah
f. Takikardi
• Gambaran radiologis : jantung membesar membentuk gambaran
waterbottle sign
• Terapi : perikardiosintesis
FOTO GASTROINTESTINAL
A. Foto Polos / BOF / KUD / BNO
Klasifkasi :
1. Segera / darurat
Dilakukan pada kasus trauma, ileus, pankreatitis, appendicitis, dll
2. Direncanakan
Dilakukan pada kasus batu ginjal, batu buli-buli, dll
Usia :
1. Anak
Klinis : Bila bayi muntah terus waktu disusui dan dugaan ada’ atresia ‘ pada
saluran cerna , dilakukan foto BOF diusahakan jangan berulang Atresia yang
sering di jumpai :
a. Atresia oesofagus : Dimasukkan kateter kecil dan kontras menetes 1 tetes
Klinis : ada 4 Type :
1) Muntah , udara usus (+)
2) Muntah , Udara usus (-)
3) Kalau makan/ minum , tersedak, udara usus (-)
4) Kalau makan /minum , tersedak , udara usus (+)
5) Kalau makan / minum , tersedak minimal , udara usus (+)
d. Atresia ani : BOF , posisi foto wangenstein stein rice position atau
knee cess position
Klinis :
Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah kelahiran Tidak
ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
2. Dewasa
• Foto polos abdomen dewasa, di mintakan bila ada keluhan yang
mencurigakan
• Kalau dugaan ileus, maka dimintakan foto BOF 2 posisi atau 3 posisi.
• Kalau dugaan perforasi, dimintakan BOF 2 posisi atau 3 posisi
• Kalau keluhan kolik abdomen, cukup BOF 1 posisi
• Foto polos abdomen kadang bisa memberi informasi penting , antara lain : a.
Ascariasis
b. Batu empedu opak
c. Batu ginjal opak
d. Batu pancreas
e. Meteorismus
f. Pneumoperitoneum dan pneumatosis intestinalis
• Persiapan BOF :
a. Makan bubur kecap mulai dua malam sebelum di foto,
b. dilanjutkan : pagi , siang , sore , satu malam sebelum di foto ,
c. dilanjutkan pagi hari saat di foto ‘ BOF’ .
d. Minum laxantia siang sehari sebelum di foto ‘BOF’
• Pagi jam 04.00 , minum laxantia lagi
• Bila perlu dilakukan lavement, sekitar jam 07.00 pagi baru di foto ‘BOF’
• Tenggang waktu antara lavement dengan saat foto BOF , jangan terlalu lama
menjaga usus jangan sampai terisi udara , sehingga menganggu interpretasi
• Pasien dilarang banyak bicara ataupun merokok , untuk hal yang sama
• Tujuan semua ini agar isi perut mendekati homogen dan memudahkan
interpretasi foto
• Termasuk kotoran di foto BOF: Fecal material dan udara didalam usus
4. Colon in loop
Indikasi :
a) Hematokezia
b) Diare persisten
c) Massa pada rongga abdomen
d) Gejala-gejala obstruktif
e) Kelainan kongenital Kontraindikasi :
o Ileus paralitik o
Suspek perforasi usus
Kontras :
o Barium enema (dimasukkan melalui anus)
o Double kontras : Barium enema + udara
Persiapan pasien :
Hari 1
Pagi : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin
Siang : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin
Malam : makan bubur + telur rebus + minum air putih sebanyak mungkin,
tidak boleh pakai sayur dan ikan
Hari 2
Pagi : makan bubur, siang sore hanya minum susu
Jam 9 malam, minum garam inggris (Magnesium Sulfat) 1 bungkus + ¼ gelas
air putih, lalu hanya boleh minum air putih sampai 11 malam
Mulai jam 12 malam, puasa, kurang bicara, dan tidak merokok
Hari 3
Jam 8 pagi datang ke bagian radiologi untuk difoto
Penilaian :
o Kaliber usus besar
o Incisura o Haustra o
Filingdefect o
Indentasi o Additional
shadows. Contoh
kasus :
a) Divertikulosis
• Divertikulum : kantong
yang terdiri dari jaringan
mukosa dan submukosa
• Divertikula : kantong
multipel yang terdiri dari
jaringan mukosa dan
submukosa
• Divertikulosis paling
umum terjadi pada kolon
sigmoid Komplikasi :
divertikulitis Gejala klinis :
o Asimptomatis
o Nyeri perut bagian bawah o
Konstipasi
• Gambaran radiologis :
Tampak beberapa additional
shadow pada regio sigmoid
c) Carcinoma recti
Tampak filling defect pada 1/3
tengah rectum yang memberikan
gambaran “apple care”
IVP (Intra Venous Pyelograf)
A. Pengertian
Pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dan bentuk calix kedua ginjal, ureter, VU, dan
urethra menggunakan kontras yang disuntikkan secara intravena (iv).
D. Penyuntikan kontras
• Kontras disuntikkan secara intravena.
• Ekskresi kontras lewat ginjal (utk dewasa: 5-7 menit pd org normal= 7 menit sudah
keluar)
• Jenis kontras : o Kontras ionic
Efek samping : alergi
Contoh : urrografin, telebrix dll.
oKontras non ionic
Lebih mahal tapi tidak menimbulkan alergi
Contoh : Iopamiro
• Pemilihan kontras : o Kontras yang dipakai mengandung yodium sehingga bersifat
nefrotoksik sehingga jangan diulangi pemeriksaan IVP sebelum 1 minggu
oDipilih kontras non ionic
• Dosis normal kontras : 1 mg per kg/BB
Foto 60 menit
21 Januari 2015
1. DHF : efusi pleura bilateral, ascites klinis : demam 1 minggu
2. Ca servix : komplikasi hidronefrosis bilateral, calyx renalis extasis grade I
3. Batu ginjal multipel pada anak
4. Pielonefritis
5. Hemangioma colli : massa cyst di colli, di atas arteri carotis
6. Sistisis : dinding VU menebal, kronis – kalsifikasi pada dinding VU
7. Invaginasi mesenterium : gambaran “donat”, klinis – mual, susah kentut
22 Januari 2015
1. Appendicitis : USG digunakan untuk menyingkirkan DD, mencari komplikasi – perforasi
(cairan bebas di abdomen)
DD nyeri kolik regio inguinal dextra : Batu ureter distal – komplikasi hidronefrosis,
salpingitis, adneksitis
23 Januari 2015
1. Divertikel VU
2. Batu ginjal, batu buli-buli
3. Ca sigmoid : gambaran pseudo-kidney
4. Sistisis
26 Januari 2015
1. Sirosis hepatis
Etiologi : billiar chirosis, cardiac chirosis, metastase Ca mammae, hepatitis, alkohol
27 Januari 2015
1. Ca rectum : nodul di hepar, rectum menebal, pelebaran intrahepatal & bile duct
2. Kolesistisis : dinding gall bladder menebal
3. Sirosis hepatis : ada tumor trombus (bagian hepar yang masuk pembuluh darah) –
tanda hepatoma
4. Hidronefrosis : calyx menebal, ureter membesar
Batu 1/3 distal VU – IVP : Batu di UVJ (Ureter-Vesiko Junction)
5. DD : Typhoid : gall bladder membesar Abses : leukosit tinggi
Ruptur gall bladder : akibat trauma
6. Epididimitis, orchitis : hiperemi 7. Nefritis kronis + tumor buli-buli :
Ginjal terlihat sama – berupa jaringan ikat, batas korteks dan medulla menghilang
Klinis : mual, muntah
Massa di buli-buli : 58 mm
8. Gaster : susah dievaluasi dengan USG menggunakan foto UGI
9. USG : isi cairan – hitam, isi udara – gambar kabur
Abses hepar : massa cyst di hepar
Akibat amoeba efusi pleura dextra
28 Januari 2015
1. Tumor buli-buli : gambaran nefritis kronis di kedua ginjal, massa du VU
2. Kolelitiasis : Batu gall bladder multiple (6 mm), dinding gall bladder tidak
menebal, HBD dan CBD tidak melebar, ginjal dan VU normal
3. Single nodul pada hepar : nodul di LLL hipoekhoik (26 mm),metastase proses (?)
4. Tumor buli-buli yang kemungkinan berasal dari prostat : tumor buli-buli, blood
clot +, batu ren sinistra + (0,5 cm)
5. USG Mammae : diminta kembali setelah H-10 menstruasi agar hasil lebih akurat
CT-SCAN
CT Scan Kepala Normal
Lapisan Kepala :
• Anatomi CT-Scan
CT Scan pada Head Injury
• Tanda Hematoma
1. Size
2. Sign and Symptoms korelasikan dengan gejala klinis.
Contoh : didapatkan hemiparesis dextra CT Scan fokus ke hemisfer cerebri
sinistra
3. Shift
Garis tengah otak dibentuk oleh falx cerebri dari duramater
Jika ada hematoma, maka midline shift bergeser TIK tinggi
Kompensasi :
a. Darah dari jantung dicegah masuk ke otak
b. N III : dilatasi pupil pada sis yang sama dengan lesi
c. Menyebabkan herniasi tentorial
4. Stand for side diberi tanda kanan / kiri
5. Site the hematom lokasi hematom. Misal : large right frontal & temporal, acute
subdural hematom
Gejala klinis
Lucid internal (+)
Kesadaran makin menurun
Hemiparese kontralateral lesi
Pupil anisokor
Refleks babinski (+) kontralateral
lesi
Fraktur darah temporal
Gambaran radiologis
Gambaran hiperdens (perdarahan) di
tulang tengkorak dan duramater,
umumnya di daerah temporal, dan
tampak bikonveks
Gejala klinis
Sakit kepala
Kesadaran menurun +/-
Gambaran radiologis
Gambaran hiperdens (perdarahan)
diantara duramater dan arakhnoid,
umumnya karena robekan dari bridging
vein dan tampak seperti bulan sabit
Gambaran radiologis
Perdarahan (hiperdens) di tulang
subarakhnoid
2. Klinis : COB
CT Scan kepala non kontras :
• Tampak gambaran perdarahan basis cranii frontal kanan ukuran 2x4 cm
• Mid line shift 12 mm
• Ventrikel lateralis dan sulcus tampak sempit
Kesan : ICH dengan edema cerebri berat
28 Januari 2015
1. Klinis : Hidrocephalus post VP Shunt