Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

1. KENAPA DALAM PROGRAM PENGURANGAN DAMPAK BENCANA, MASYARAKAT


PERLU DILIBATKAN
2. SIAPA SAJA MASYARAKAT YANG TERLIBAT DALAM PENGURANGAN RESIKO
BENCANA
3. KETERAMPILAN APA SAJA YANG PERLU DIMILIKI OLEH MASYARAKAT DALAM
RANGKA MENGURANGI DAMPAK

KETERANGAN
A. DIBENTUK KELOMPOK DISKUSI
B. HASIL DISKUSI DITULIS DILEMBAR KERTAS DIKUMPULKAN
C. TULIS NAMA KELOMPOK
D. WAKTU DISKUSI 20 MENIT
PENANGANAN RESIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS ( PRBBK )
COMMUNITY BASED DISASTER MANAGEMENT ( CBDRM )

PRBBK adalah salah satu pilar penting dalam upaya pengelolaan resiko bencana dalam konteks
perubahan iklim saat ini.
Sejarah :
1. Hal ini mengadopsi pertama kasus bencana merapi di Yogyakarta sejak tahun 1994, banyak
masyarakat selamat dari letusan merapi .Masyarakat dan aktifis di Kappala ( Komunitas Pecinta Alam
dan pemerhati Lingkungan) Indonesia kemudian melakukan pembelajaran sendiri dan konseptual
sendiri atas kerja-kerja mereka bersama komunitas merapi.
2. Tahun 1998 di Nusa tenggara tahun 1998 munculnya CBDRM sebagai gerakan yg bertepatan peristiwa
El-Nino. Dimana pusat informasi rawan pangan (PIRP) memulai pengumpulan informasi serta
melakukan berbagai riset-riset social untuk menanggapi hasil masifnya respon internasional dan
pemerintah dalam hal pengadaan pangan yg justru merusak sendi sendi pertahanan dan penyesuaian
local
3. Peristiwa dari Timor lest eke timur barat berbarengan dengan rentetan dengan berbagai bencana di
timor barat sejak tahun 1999.

PRBBK dalam konteks penanggulangan bencana di Indonesia


 UU N0 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang diikuti beberapa turunan peraturan di
tahun 2008, memberikan berbagai pertanda membaiknya penanggulangan bencana di Indonesia di
tingkat regulasi.
 UU no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang mensyaratkan dimasukkannya perencanaan tata
ruang berbasis bencana dengan pendekatan partisipatif.
Pelaksanaan PRBBK adalah kerangka kerja sekaligus konsep, posisi tentang bagaimana pengeloaan
resiko bencana dalam skala komunitas dilakukan.

Penanganan Bencana berbasis komunitas


Sebagai proses pengelolaan resiko bencana yang melibatkan secara aktif masyarakat beresiko
dalam mengkaji, menganalisis, menangani memantau dan mengevaluasi resiko bencana untuk
mengurangi kerentanannya dan meningkatkan kemampuannya (pribadi 2008)

Pengertian Komunitas
Suatu kumpulan dan tatanan yang disebut sebagai paguyuban dengan suatu nilai kekerabatan
seperti ketiakawanan komitmen, imbal balik dan kepercayaan ( koncoro ningrat, 1987)

Pendekatan Berbasis Komunitas


Maksud konsep berbasis komunitas adalah bahwa pekerjaan penanggulangan bencana
dilaksanakan oleh dan bersama dengan komunitas di mana mereka berperan kunci dalam perencanaan,
desain, penyelenggaraan, pengawasan dan evaluasi. Jadi unsur KBK :
- Adanya partisipasi penuh penuh yang melibatkan pula partisipasi pihak rentan, laki laki dan
perempuan anak anak, kelompok lanjut usia, orang orang yg berkebutuhan khusus, ras, marginal
dan sebagainya
- Partisipasi penuh , akses dan control, pendekatan inklusif sense of belonging terhadap system
penanganan bencana yang sudah, sedang dan akan dibangun.
- Menggunakan konsep dari oleh dan untuk masyarakat dalam keseluruhan proses dimana
masyarakat yang mengontrol system dan bukan dikontrol system
Tujuan
Mengurangi resiko Bencana dengan cara mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas
individu, rumah tangga dan komunitas dalam menghadapi dampak merusaknya bencana.

Karakteristik dan kecirian PRBBK


Praktik PBBRK dicirikan oleh beberapa hal yang mendasar dan prinsip yakni :
- Kekuasaan tertinggi pengelolaan resiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana berada ditangan
kelembagaan masyarakat yang dimandat
- Diagnosis akar masalah bencana secara tepat strategi mitigasi dan pemulihan dilakukan secara
tepat karena partisipasi penuh menjamin representative kepentingan nyata masyarakat
- Eksistensi kelembagaan di komunitas yang dimandatkan untuk penangnan bencana
mengandalkan respon yang cepat/tepat pada masa darurat
- Intervensi bersifat multi sektoral, lintas sector, lintas ancaman ( banjir dan kekeringan darurat
dan pemulihan)
- Meliputi seluruh elemen perencanaan/siklus penanganan bencana. Sumber daya utama adalah
masyarakat sendiri didukung pengetahuan dan keahlian local
- Input eksternal sedikit hasil pengelolaan bencana maksimal
- Masyarakat berdaulat terhadap bencana dengan indicator ketergantungan pada pihak luar
dikurangi hingga hingga titik 0 (secara teoritis)
Unsur unsur PRBBK :
1. Disiplin : Praktisi PRBBK mematuhi pola piker langkah dan tindakan yang sesuai dengan kerangka
kerja yang telah disepakati sebagai “body of knowledge” (kerincian, proses proses dan tahapan,
keterampilan dasar dan pengetahuan) bersama antara praktisi PRBBK berdasarkan kesepakatan
2. Berkesadaran : semua langkah yang diambil dan kegiatan yang dilaksanakan oleh praktisi PRBBK
berpijak pada proses kesadaran yang terencana
3. Akuntabel : bagian tidak terpisahkan dari suatu praktek yang sistematis adalah adanya kesadaran
bahwa langkah dan kegiatan praktisi PRBBK harus selalu transparan terutama terhadap
komunitas yang bersangkutan dengan sejawat PRBBK
4. Auditable : bahwa kinerja PRBBK dapat diaudit secara partisipatif oleh komunitas dengan criteria
kritera dasar.

Kriteria UMUM PRBBK


1. Visi penyelamatan hidup dan penghidupan berkelanjutan
2. Misi reduksi kerentanan , multi hazart managemen, peningkatan kapasitas masyarakat dalam
memonitoring adaptasi, respon mitigasi persiapan peringatan dini dan seluruh aspek
perencanaan bencana
3. Partisipasi adalah dimensi spiritual namun factual, harga mati. Masyarakat sebagai penggerak
utama sebagai poros bukan partisipasi sesaat karena factor donor atau pihak eksternal
4. Sensitive jender ; keterlinbatan penuh laki laki dan perempuan
5. Sensitive dengan kerentanan : prioritas berdasarkan tingkat, distribusi kerentanan sektoral dan
kelompok/pihak/stakeholder yang paling rentan
6. Mengenali kapasitas dan sumber daya local ( mekanisme adaptasi local dan strategi)
7. Perangkat keras alias mandate kelembagaan di komunitas yang memonitor, mengkomunikasikan
resiko bencana secara regular dan melakukan penanganan, sebelum, ketika dan setelah peristiwa
darurat kemanusiaan
8. Memiliki perangkat lunak (aturan/kebiasaan/protokoler/mekanisme)
9. Pihak luar diposisikan sebagai fasilitator dan pendampingan
10. Transformasi “collectif memory” atas bencana menuju aksi kolektif untuk reduksi bencana
11. Komunikasi resiko bencana secara berkelanjutan ( melalui media, budaya dan bahasa local dll )
12. Pendekatan tetap harus inklusif (anti pendekatan eksklusife)
13. Pengkaderan fasilitator/pendampingan/organisator PRBBK yang berasal dari komunitas local dari
pengorganisasian menuju mobilisasi
14. Pelembagaan PRBBK demi keberlanjutan
15. Terciptanya komunikatas yang adaptif dan kenyal yakni kemampuan di tiap level untuk
mendeteksi, mencegah, meminimalisir dan bila perlu menangani dan pulih dari kejadian ekstrem
16. Perencanaan kontijensi dilevel komunitas yang secara regular disimulasikan. Demi melahirkan
komunitas yang sadar akan ancaman terhadap kampungnya, bagaimana dan terampil melindungi
diri mereka, keluarga, asset asset penghidupan dari ancaman alam, agar mampu mengelola
kedaruratan akibat ancaman, tidak terjadi eskalasi ketingkat bencana yang lebih komplek
17. Integrasi PRBBK ke musrenbangdes/cam/kab

Proses – proses dan sistematika PRBK


1. Memilih komunitas sasaran
Proses memilih komunitas yang paling rentan untuk memungkinkan mendapatkan pengelolaan
peredaman resiko dengan menggunakan satu rangkaian criteria
2. Membangun hubungan dan memahami komunitas
Pada dasarnya merupakan tahapan membangun hubungan kepercayaan dengan komunitas
setempat dengan cara memahami posisi umum komunitas dalam aspek ekonomi, social dan
politik.
3. Penjajakan resiko bencana secara partisipatif ( pertisipatory disaster risk assessment)
Proses diagnosis untuk mengidentifikasi resiko resiko yang dihadapi komunitas dan bagaimana
mereka mengatasi resiko tersebut.
4. Perencanaan pengelolaan resiko bencana secara partisipatif
Dilakukan setelah analisis hasil penjajakan resiko secara partisipatif.

Keterampilan dan alat – alat PRBBK


1. Review data sekunder, Mengumpulkan data yang relevan dengan masyarakat dari sumber yang
dipublikasi maupun tidak
2. Observasi langsung, Observasi yang sistematis tentang masyarakat dan relasi relasi yang
adaperistiwa peristiwa, proses proses pengumpulan dan merekam hasil observasi untuk
mendapat gambaran yang lebih baik tentang kehidupan masyarakat
3. Wawancara semi structural, Sebagai penggalian media informasi dari barbagai perspektif yang
berbeda ( diantara masyarakat pemangku kepentingan local yag lainnya, pakar ekstrenal)
4. Diskusi , Mendiskusikan topic khusus secara terperinci dengan kelompok kecil yag
berpengetahuan dan berminat mengenai topic itu. Orang orang dapat dikelompokkan menurut
jender, umur atau kepemilikan sumber (ternak, swah dll)
5. Drama, bermain peran, dan simulasi , Memperagakan siapa yang tekana dampak, apa yang rusak
padasaat bencana atau bagaimana masyarakat mempersiapkan diri dan merespon antaman
tertentu
6. Membuat diagram dan visualisasi :
Peta, model, diagram, matrik adalah kelengkapan belajar dalam membuat analisis membuat
perbandingan membangun hubungan – hubungan kecenderungan
7. Peta pikiran , Membuat pemetaan informasi yang sudah dimiliki
8. Alur sejarah, Mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi di masa lalu untuk memahami
masa kini
9. Pemetaan , Membuat gambaran parsial tentang kondisi dan landmark di area tertentu, fasilitas
keluarga maupun masyarakat yang rentan terhadap ancaman tertentu
10. Modeling, Representasi aspek aspek tertentu dalam masyarakat dengan menggunakan pasir,
batu dan material lainnya
11. Transek, Jalan secara sistematis mengelilingi ruang hidup masyarakat untuk mengetahui
bermacam-macam penggunaan laha, kegiatan ekonomi,, system ekologi dengan membuat
catatan, gambar dan mengajukan pertanyaan kepada informan kunci.
12. Analisis kelembagaan
Menunjukkan lembaga lembaga kunci, organisasi, dan individual dalam masyarakat. Hubungan
hubungan antar mereka dan posisi mereka dalam pembuatan keputusan
13. Analisis penghidupan dan kelas, diagram yang menunjukkan sumber penghidupan dan
pengeluaran rumah tangga untuk memahami perilaku keputusan dan strategi bertahan
14. Ekonomi keluarga, wawancara perorangan rumah tangga yang menggambarkan berbagai macam
sumber pendapatan
15. Pemetaan sumber daya berbasis gender, menunjukkan perbedaan penggunaan dan control
terhadap sumber daya yang berbasis gender
16. Matrik keuntungan berbasis gender, menunjukkan perbedaan akses control terhadap
keuntungan produksi berbasis gender
17. Pohon masalah, identifikasi masalah dampak dan akar masalah
18. Sebab akibat, aktivitas terutama dilakukan untuk mengathui hubungan penyebab dan akibatnya
19. Rangking scoring, alat untuk mengeksploitasi persepsi masyarakat mengetahui criteria dan
memahami pilihan pilihan mereka dalam mengukur dan memprioritaskan resiko bencana yang
ada
20. Lagu rakyat, cerita rakyat dan puisi, mendapatkan informasi tentang pengetahuan, kepercayaan
dan kebiasaan dari lagu, cerita dongeng dan puisi
21. Kalender musim, gambaran peristiwa dan kecenderungan musiman dengan mengidentifikasi
konteks kerentanan, asset penghidupan dan strategi penghidupan ( misalnya curah hujan, tingkat
pangan pada waktu yang berbeda dalam satu tahun, penanaman hasil panen dan jadwal panen
harga pangan, perubahan dalam status kesehatan)
22. Kalender harian , membandingkan aktivitas sehari hari anggota keluarga dalam hubungannya
dengan potensi resiko bencana yang melekat padanya. Setiap anggota keluarga mempunyai
tingkat resiko berbeda berdasarkan kegiatan yang dilakukan dan waktu yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai