A. Pengertian
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik
sampai buruk
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan
sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat
B. Etiologi
Sthreptomicine
Sulfonamida
Tetrasiklin
Klorpromazin
Karbamazepin
Tegretol
Jamu
5. Makanan
C. Patofisiologi
hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya
147) .
dalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir.
tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast
sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi
sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan
penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini
terbentuknya.
D. Manifestasi Klinis
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala,
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan
bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu
generalisata.
2. Kelainan selaput lendir di orifisium
menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk
3. Kelainan mata
sejumlah 16 % diantara seluruh kasus yang ada. Komplikasi yang lain ialah
F. Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
2. Antibiotik
karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan
infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi
perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak
purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
hemostatik.
4. Topikal :
base. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim
sulfadiazine perak.
G. Pemeriksaan Penunjang
superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
BAB III
A. Pengkajian
a. Data Subyektif
Klien mengeluh demam tinggi, lemah letih, nyeri kepala, batuk, pilek,
Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi
Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
iridosiklitis.
c. Data Penunjang
1. Gangguan integritas Menunjukkan kulit dan a. Observasi kulit setiap hari Menentukan garis dasar dimana perubahan
kulit b.d. inflamasi jaringan kulit yang utuh catat turgor sirkulasi dan pada status dapat dibandingkan dan
dermal dan epidermal sensori serta perubahan melakukan intervensi yang tepat.
b. Gunakan pakaian tipis dan Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan
infeksi.
untuk pemberian
kortikosteroid.
2. Gangguan nutrisi kurang Menunjukkan berat a. Kaji kebiasaan makanan Memberikan pasien/orang terdekat rasa
dari kebutuhan tubuh badan yang disukai/tidak disukai. kontrol, meningkatkan partisipasi dalam
badan. pemasukan.
keadaan hangat.
d. Kerjasama dengan ahli gizi Kalori protein dan vitamin untuk memenuhi
3. Gangguan rasa nyaman, a. Melaporkan nyeri a. Kaji keluhan nyeri, Nyeri hampir selalu ada pada beberapa
nyeri b.d. inflamasi pada berkurang. perhatikan lokasi dan derajat beratnya keterlibatan jaringan
ekspresi
rileks. kenyamanan dasar ex: pijatan tegangan otot dan kelelahan umum
indikasi.
4. Gangguan intoleransi Klien melaporkan a. Kaji respon individu terhadap Mengetahui tingkat kemampuan individu
aktivitas b.d. kelemahan peningkatan toleransi aktivitas. dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.
fisik aktivitas.
dimiliki klien.
konjungtifitis hilangnya b. Kaji deskripsi fungsional apa Memberikan keakuratan thd pengelihatan
permanen.
pengelihatan:
- Orientasikan thd
lingkungan.
jangkuan pengelihatan
klien.
- Berikan pencahayaan
yang cukup.
- Letakan alat-alat
- Berikan bahan-bahan
yang besar.
- Hindari pencahayaan
yang menyilaukan.
Davis, Mark D., Rogers, Roy S., Pittelkow, Mark R. (2010). Recurrent Erythema
Multiforme/Stevens-Johnson Syndrome. Arch Dermatol vol.13
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat. In: Kapita
Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Media Aesculapius. Jakarta. 2012. p:133-139
Parrillo, Steven j. 2010. Steven Johnson Syndrome in Emergency medicine. E-Medicine. URL
: http://www.emedicine.medscape.com/article/756523-overview