[ii]
Dinda Hidayanti
Penerbit
NulisBuku.com
Terdampar di Rusia
[iii]
Ucapan terimakasih
[iv]
Daftar isi
[v]
Ramadhan pertama
di Rostov
Rostov-on-Don, 15 september 2007.
1
perempuan yang tanpa busana, ups! Tapi, apapun itu,
terserah. Yang jelas aku tak seperti itu.
[2]
antri di Rusia sangat parah, karena mereka tak antri
dengan membuat barisan, tetapi berkumpul di depan
pintu. Hal ini membuat make-up para wanita Rusia
yang tebal itu pun memudar, bau parfum tak sedap
pun tercium dan rambut yang tertata rapi pun
menjadi berantakan. Aku pun akhirnya berbaur
dalam kumpulan itu, tenaga habis terkuras
sementara masih ada tiga cap dokter yang harus
kudapat.
[3]
Bingung. Kenapa bertanya tentang suami? Aku
hanya menjawab jika aku belum menikah. Dokter
yang bermata abu-abu itu malah marah besar :
[4]
puasa. Aku masak cukup banyak karena masakan ini
bukan hanya untukku, tapi juga untuk dua
mahasiswa asal Indonesia yang satu asrama
denganku, Andres dan mas Tegar. Untuk hari puasa
pertama ini, aku sengaja memasak menu istimewa:
susu, nasi, dan tumisan sawi putih. Menu istimewa
yang sederhana, tapi cukup untuk memulihkan
tenaga yang lemas.
[5]
bawah asrama dengan harga yang masih cukup
mahal juga selalu penuh. Untuk jadwal waktu sholat,
aku meminta jadwal pada petugas masjid, di utara
kota. Langsung untuk waktu satu tahun. Di Rusia,
matahari tak bekerja secara teratur, tetapi
tergantung pada musim. Saat musim dingin yang
biasa terjadi di bulan desember, matahari akan
bekerja selama delapan jam. Sedangkan saat musim
panas, matahari bekerja tanpa lelah selama dua
puluh dua jam. Apalagi di kota St.Petersburg yang
terletak di sebelah utara Rusia, mataharinya hanya
terbenam selama kurang dari satu jam, atau biasa di
sebut dengan nama “Belii Noch”.
[7]
Asrama barat
Rostov, September 2007
[8]
Walau belum masuk musim salju, tapi udara
sudah sangat dingin. Suhu di termometer ruangan
hanya dua belas derajat. Tetap saja aku harus
memaksakan diri untuk keluar dari kehangatan
selimut untuk mengikuti kelas pagi di glavni korpus,
gedung utama.
[9]
memperbaiki pintunya namun belum juga bagus,
sedangkan komandan asrama sama sekali tak perduli
dengan keadaan ini.
[10]
lucu sekaligus tragis adalah kondisi liftnya yang
jarang berfungsi, mungkin karena usianya yang tua
dan tak terawat. Selain lift, saluran air juga sering
sekali bermasalah.
[11]
rasa-rasanya seperti air yang mendidih. Aku tak
ingin banyak mengeluh karena kondisi asrama
terbaik nomor enam di Rusia ini, aku terus berusaha
untuk bersyukur dengan segala yang aku alami.
[12]
ke kampus. Tak lupa memasang earphone di kedua
telinga agar bisa mendengarkan musik di dalam bus.
Hal ini kulakukan agar aku tak mendengarkan
makian dan teriakan penuh emosi yang biasa terjadi.
[14]
Sebenarnya aku malas untuk kuliah, tapi saat
kuingat tentang tanggung jawab dan tujuanku datang
ke sini, aku tetap melanjutkan untuk melangkah
pergi meninggalkan kamarku yang hangat karena
pemanas ruangan yang dibeli oleh Cik Mai.
[15]
Dari halte, aku harus berjalan kaki sejauh lima
ratus meter untuk sampai kampus. Di Eropa,
memang harus barjalan kaki, karena tak ada tukang
becak atau pun ojek. Aku jadi teringat seniorku,
Mbak Leli, yang setiap hari harus berjalan kaki
sekitar dua kilometer untuk sampai ke halte
terdekat.
[16]
di tengah keluarga yang sangat sederhana, dan
prihatin. Saat ujian, tasnya selalu dipenuhi buku
pelajaran dan kain-kain border milik tetangga yang
harus dirapihkan ujungnya, itu memang pekerjaan
Ana.
[17]
tak seberapa, tapi tambak ini mampu
menyekolahkan Ana sampai SMA.
[18]
Kobel dan minyak zaitun
[19]
Musim dingin sudah menyapa, beberapa minggu
ini Kobel memiliki masalah dengan kulit, untuk
manusia yang biasa hidup di negara tropis yang
lembab seperti Indonesia, tentunya musim dingin
menjadi momok bagi kita semua! Karena apa? Kulit
kita seakan-akan terasa teriris perih tiada tara. Itu
semua karena kering, bahkan terkadang terlihat
goresan tipis-tipis dan mengeluarkan darah. Selain
takut dengan vonis kanker kulit, plus tidak tahannya
dengan rasa perih maka kami tak surut asa.
Murah!
[22]
mental mahasiswa-mahasiswi kita! Iya ga? Hahaha,
sebuah dalil pembenaran diri. Bilang aja malas!
[23]
Kasihan sekali, kulitnya menjadi rusak pecah-
pecah, ada goretan berdarah-darah. Sebagian sudah
mengering dan menjadi borok. Pasti rasanya perih dan
gatal. Uuuh.
[24]
Kobel dengan wajah mesumnya kembali
menyeringai. Dengan iseng, ia mencoba untuk
mengganggu, ia bilang
[25]
Kobel, dengan tubuh penuh dengan minyak dari
ujung rambut samapi ujung jempol. Seluruh tubuh, ia
balur dengan minyak zaitun. Aku, sangat terkejut dan
penjelmaan ini. Aku tertawa terbahak-bahak melihat
minyak zaitun ukuran 500ml. Itu hanya tersisa
setengah botol. Dan ternyata cukup banyak yang
terbuang untuk tubuh Kobel yang jangkung itu.
[26]
Begitu sampai dikamar Kobel yang memang jadi
sarangnya pelajar Indonesia ini, aku benar-benar
dikejutkan dengan sesuatu yang janggal. Sangat
janggal, membuatku ingin sekali tertawa, hingga
terjungkal-jungkal.
[27]
mereka. Dan atas nama keindahan! Aku acungkan
jempol! Inilah kreasi anak-anak Rostov! Berjuang di
tengah-tengah perjuangan!
[28]
Kobelisme “insiden si abdul”
[29]
Jangan salah, meskipun anak ini super ajaib. Tetep
saja orangnya gokil abis. Sampai terkadang, terasa
garing. Bagiku, tanpanya, aku akui Rostov akan terus
diselubungi awan hitam tanpa hari-hari seistimewa
saat Kobel memulai harinya dengan kegokilan yang
super ajaib ini.
[31]
adalah satu bulan sekali. Itu juga hanya direndam
dengan pewangi, kemudian dibilas seadanya.
[32]
Tanpa disadari sebelumnya, akhi inipun memasang
wajah serius, dengan terus melihat kearah sarung. Dan,
sekali lagi. Bukan ‘isi’ dari sarungnya. Sambil tgerus
menatap seakan terhipnotis dan mengangguk mantap
maka akhi menjawab,
[33]
Sadar seluruh kamar teridam, Kobel tersadar
[35]
Tetangga dari Gn. Himalaya
Yap, Nepal!
[36]
berbeda dari abang dengan manusia kebanyakan,
abang adalah pelajar teladan.
[37]
asik berdongeng tentang cewenya di Indonesia yang
berkulit ‘putih’ mulus dan cantik, mendengar kata
‘putih’. Abang yang sedari tadi cuek bebek dan sedang
diam menghadap komputernya, langsung merespon.
[38]
Abang yang sedang stress dan marah-marah
akhirnya menjawab
[39]
supaya abang yang sedang belajar, menjadi terganggu
konsentrasinya.
[40]
Abang Niraj menjadi sadar. Jika ‘not all Indonesian
student’s are normal as human’
[41]
Dosenku sayang,
dosenku malang
Satu semester sudah adikku Dita resmi jadi
[42]
yang kadang-kadang muncul secara tidak langsung dan
membuat orang Rusia berpikir Dita sedang berbicara
dalam bahasa Indonesia, padahal ia sedang berusaha
berbicara dalam bahasa Rusia .
[43]
wajah yang dibuat se-innocent mungkin, serta senyum
paling manis di bibir, plus ucapan,
[44]
untuk seorang WNA yang sedang dalam masa sekarat
ujian.
[47]
Untuk ujian yang ini, ada sedikit masalah karena
rupanya Dita sama sekali tidak pernah hadir untuk ikut
pelajaran olah raga. Sebetulnya ini juga kesalahanku
yang mengajarinya untuk tidak menghadirinya.
Memang cukup sesat yang aku nasehatkan. Tapi, tetap
saja dibalik itu semua, aku tetap memberikan
semangat yang luar biasa kepada Dita, agar dapat
melewatinya. Tentu saja dengan banyak advise yang
cukup sesat yang tidak masuk akal tapi akhirnya bias
menyelamatkannya.
[49]
Setelah mendapatkan materinya dari internet.
Meski tidak sempurna, sekalian Dita berlatih untuk
menjelaskan dalam bahasa inggris, dibantu kawan-
kawan yang memang terlatih fasih berbahasa Inggris.
Ini semua demi meyakinkan sang dosen. Sempat-
sempatnya aku memberikan masukan gila pada Dita,
[50]
Tanpa diduga sebelumnya, ternyata ia senang
sekali bertemu Dita, waktu Dita menyerahkan tugas itu
tangannya bergetar menerima dari tangannya,
mukanya memerah padam dan napasnya tidak teratur,
serasa mulai ada yang aneh dengan dosen ini. Apakah
dia akan mati? Yang seharusnya begitu adalah Dita.
Bukan sebaliknya.
[51]
sekuat tenaga. Ia, bahkan tidak tahu kalau bahasa
inggris Dita tidak lebih baik daripadanya. Hihi.
[52]
Si ompong
dan
balada rumah sakit
“Dinda, kamu bisa ke rumah sakit sekarang??
[53]
Aku selalu merasa hanya orang-orang terpilih oleh
Tuhan lah yang mampu dan sanggup tinggal di Rusia
dengan segala keunikannya. Termasuk Ompong.
[54]
Kami bertiga saling berpelukan. Tentu, tanpa perlu
diminta kami bertiga akan selalu mendoakan
keselamatan Ompong, karena ia juga keluarga kami
disini, di Rusia ini.
[58]
Mabok janda
Selama menjalani hari-hariku sebagai maha-
[59]
mengerti bahasa dari orang Rusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan orang asing. Parah!
[60]
mengajar, hingga make up yang menempel di wajah
mereka.
[61]
Dari ketujuh subjurusan itu, akhirnya aku
memililh masuk ke psikologi perkembangan, dengan
tema yang menyangkut perkembangan mental anak-
anak usia prasekolah. Walaupun aku tidak terlalu
suka dengan anak-anak, namun dengan
mempelajarinya, aku rasa akan bisa menyukai
mereka. Itu harus!
[62]
diri. Padahal masih ada banyak dosen lain yang
datang untuk memberi pengarahan, tapi sama sekali
tak digubrisnya. Yang seru dari seorang madam Irina
Kaidanovskaya adalah cara menerangkan sesuatu
didepan kelas. Raut wajahnya lucu. Dengan kulit
kriputnya, ia selalu tertawa dengan sangat lebar,
hingga matanya melotot.
[63]
Sistem perkuliahan di kampusku memang sangat
unik. Setidaknya itu menurutku, yang tak pernah
mengalami dunia kuliah di tanah air. Setiap dua kali
pertemuan kuliah, maka akan ada satu kelas seminar
atau kelas praktek. Di kelas ini, kita harus
menyiapkan materi, membahas dan menjawab. Tapi
sayangnya terkadang kelas kurang efektif. Misalnya,
disatu seminar kita akan membahas satu bab, maka
dosen seminar akan memberikan spisok1 pertanyaan
dan literature-nya atau referensinya. Tugas kita
hanya mempersipakan dan maju untuk menjelaskan.
Tapi sangat disayangkan karena disetiap bab tidak
banyak pertanyaan yang muncul, paling hanya
sepuluh pertanyaan, sedangkan jumlah mahasiswa
setiap grupnya lebih dari 20 orang. Jika mau disebut
sportif, sepertinya hanya mahasiswa yang ingin
kuliah saja yang mengambil pertanyaan dan
mempersiapkannya. Sisanya? hanya mendengarkan,
atau bolos.
1 daftar
[64]
Aku sendiri bingung, kadang jika sudah terlambat
meminta soal, maka aku tidak akan kebagian, dan
akua hanya datang ke seminar seperti sapi ompong,
melompong! Hoooaamm..
[65]
bahasan yang ia sampaikan. Terkadang tanpa sadar,
aku sampai mengikuti gerakan tubuhnya di depan
kelas. Apa mungkin karena koordinasi tubuhku
mulai error? Otakku sepertinya bekerja terlalu berat
hingga tidak bisa mengontrol konsentrasi yang lain.
Asyik mendengarkan dosen hiperaktif itu, tiba-tiba
aku berpikir hal yang sama sekali lain tak nyambung.
Bagiku, orang setua Kaidanovkaya, semestinya sudah
istirahat dirumah dan bermain dengan cucu, tapi
sepertinya itu tidak bisa dilakukannya.
[66]
salah satu mahasiswinya, kemudian meninggalkan
Irina Kaidanovskaya begitu saja. Sebenarnya nama
dari Irina Kaidanovskaya ini diambil dari nama
familiya (surename) suaminya : Kaidanovskiy. Dan
sebagai rasa cinta yang tak pernah padam, Irina
mengganti surnamenya dengan nama suaminya.
“Madam semangat!!”
[67]
Nilai kedisiplinan Rusia
[68]
ruang rawat inap. Ia sedang berdiri sambil membawa
sebuah buku ditangan kurusnya, wajah manisnya
langsung sumringah saat tahu kedatangan kami
bertiga.
[69]
seorang mahasiswa, terlihat sedang menjawab dengan
mimik wajah serius meskipun ada batas ruang yang
diberi kaca hingga mirip sekali, dengan suasana
tahanan penjara.
[70]
Aku jadi ingat tentang dosen bahasa Rusia ku yang
sangat disiplin, suatu hari dikelas bahasa hanya ada
aku yang masuk kelas aku seorang diri. Seluruh teman-
temanku sekelas yang lain tidak dapat hadir, karena
satu hal dan hal lainnya, biasa alasan para mahasiswa
yang malas bangun pagi. Aku, yang sudah gembira
karena berpikir kelas hari ini akan ditiadakan ternyata
harus gigit jari karena dosenku ternyata tak perduli
dengan para mahasiswa malas tersebut. Dan kegiatan
kuliah tetap berjalan seperti biasa. Hanya ada aku dan
Dosen. Buset!
[76]
Oseng-oseng
kentang telor
Sudah lama rasanya aku tak mengunjungi Mbak
[79]
“Terimakasih, Mbak.” Jawabku sambil mengambil
coklat panas.
[80]
“Loh Mbak, aku datang untuk main kok.. bukan
untuk makan hehe” jawabku menenangkan
[81]
“Privet, u tebya est kartofel?”2 tanya mbak Leli
ketika sang pemilik kamar yang berasal dari afrika itu
membuka pintu
2
Hai, apa kamu punya kentang?
3
Oh sebentar, aku lihat dulu
[82]
Sesampainya di kamar, aku dan mbak Leli tertawa.
Kini, di hadapan kami sudah ada sepuluh telur ayam dan
enam buah kentang. Aku sama sekali tak menyangka
jika mbak Leli bisa berfikir secerdas ini. Hebat!
“Hahahaha.”
[84]
Tentu saja aku tak bisa membayangkan ketika mbak
Leli harus berjaipong ria dengan lagu dangdut. Hehehe.
[85]
PNBB :
Sekolah Es Buah. Segar!
By : Azzurit Hijau 125
[86]
Karena grup ini adalah sebuah sekolah, maka ada
juga jabatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali
kelas, guru, dan satpam. Setiap hari ada pelajaran yang
akan dibahas, bahkan ada juga PR(pekerjaan rumah)
yang harus dikerjakan oleh semua guru dan murid. Di
PNBB, guru dan murid kedudukannya sama, karena
guru bisa menjadi murid dan murid pun bisa menjadi
guru.
[88]
Apa lagi keunikannya? Di PNBB ada jargon-jargon
yang sering dipakai, antara lain : pertamax, keduax,
petromax, pattric, Mr.Crab, Spongebob, dan
sebagainya. Selain itu, ada juga kamus istilah yang
berisikan istilah-istilah yang sering dipakai, misalnya :
Ugan, Petis, Mbaurekso, Sajen, UUP, UUM, U3S, H2C,
UUL dan lain-lain.
[89]
Terlupa), e-CUS (Ekspresi cinta untuk SBY), dan
menyusul Kisah Lucu Dalam Hidup.
[90]
Tentang Penulis
[91]
laknat yang amat-sangat tak bermanfaat ini sampai
ditangan anda.
Spasiba-spasiba…
Facebook : www.facebook.com/ddhidayanti
Blog : www.hidayanti.wordpress.com
Kompasiana :www.kompasiana.com/dindahidayanti
Ye Em : treesa_hidayantee@yahoo.com
Skype : dinda.hidayanti
e-mail: treesa.hidayantee@gmail.com
Spasiboooo….
Ebook versi.
Full page 166p, jika berminat untuk edisi cetak bisa didapat
melalui pemesanan langsung kepada penulis di
treesahidayanti@gmail.com / 087871173323.
[93]