ABORTUS
DISUSUN OLEH :
NIM : 113063J117037
Perkembangan janin
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray,
2009).
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal
(Manuaba, 2009).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa abortus adalah keluarnya janin/berakhirnya kehamilan yang ditandai
dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggusebelum mencapai viabilitasdan beratnya kurang dari 500gr.
B. KLASIFIKASI
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
C. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.
Penyebab secara umum:
a. Infeksi akut
1) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3) Parasit, misalnya malaria.
b. Infeksi kronis
1) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2) Tuberkulosis paru aktif.
3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4) Penyakit kronis, misalnya :
a) Hipertensi
b) Nephritis
c) Diabetes
d) Anemia Berat
e) Penyakit Jantung
f) Toxemia Gravidarum
5) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6) Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
a. Fibroid, inkompetensia serviks.
b. Radang pelvis kronis, endometrtis.
c. Retroversi kronis.
d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
e. menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi
(Mitayani, 2009)
D. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus.Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga
hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Apabila kehamilan 8 sampai
4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta
tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan
daripada plasenta.Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak
lengkap.Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,
adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah. Ini uterus dinamakan mola krenta.Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi
kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus).
Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut(prawirohardjo,20010).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva :
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo :
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
(Menurut Mansjoer, 2009)
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah( Rustam mochtar, 2009).
G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medis
a. Tirah baring sedikitnya 2 – 3 hari (sebaiknya rawat inap)
b. Pantang senggama
c. Setelah tirah baring 3 hari, evaluasi ulang diagnosis, bila masih
abortus imminens tirah baring di lanjutkan
d. Mobilisasi bertahap (duduk – berdiri – berjalan) dimulai apabila
diyakini tidak ada perdarahan pervaginam 24 jam
e. Pasien dirujuk setelah tanda vital dalam batas normal ke
Puskesmas Perawatan atau RS
f. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
g. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat. (Arif Manjoer dkk Jakarta : 2009).
2. Medis
a. Bila mungkin lakukan stabilisasi keadaan umum dengan pembebasan
jalan nafas, pemberian oksigenasi (O2 2 – 4 liter per menit),
pemasangan cairan intravena kristaloid (Ringer Laktat / Ringer Asetat
/ NaCl 0,9 %) sesuai pedoman resusitasi.
b. Antibiotika profilaksis : Ampisilin i.v sebelum tindakan kuretase.
c. Perlu segera dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dan pengosongan
kavum uteri. Dapat dilakukan dengan abortus tang, sendok kuret, dan
kuret hisap
d. Uterotonika : Oksitosin 10 IU i.m
e. Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah
mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
g. Oksigenisasi 2 – 4 liter/menit
h. Pemberian cairan i.v kristaloid (NaCl 0,9%, Ringer Laktat,
Ringer Asetat)
i. Transfusi bila Hb kurang dari ‘ 3d 8 g/dl
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Kehamilan
a. Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
2. Evaluasi hematologi rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit) dan uji hemostasis (fibrinogen, waktu perdarahan, waktu
pembekuan).
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2009
Manuaba, Ida Bagus, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan ,dan KB.
Jakarta : EGC
Varney, H. Buku Saku Bidan. Editor, Alfrina Hany EGC Jakarta 2011