PENDAHULUAN
Aktivitas operasi produksi kandungan kekayaan alam di bawah permukaan daratan dan lautan
bumi ini, memang selalu meninggalkan dampak bagi alam terutama perubahan rona muka
bumi. Bukit bisa berubah menjadi lembah, lembah bisa menjadi gunungan, kering bisa
menjadi banjir, kondisi cukup air bisa menjadi kekeringan pun sebaliknya. Satu sisi,
kandungan alam itu akan bernilai ekonomis dan bisa bermanfaat bagi sebesar-besar
kebutuhan manusia. Dunia ini butuh energi untuk bergerak maju. Perekonomian butuh bahan-
bahan mineral untuk berkembang baik.
Tak ada yang menolak anggapan bahwa aktivitas dasar pertambangan itu sifatnya destruktif,
merubah lanskap lahan, memotong vegetasi di permukaan, pembuangan limbah dan lain
sebagainya. Tekanan aktivitas pertambangan yang begitu besar terhadap lingkungan untuk
beberapa hal dan kondisi memang patut dikoreksi terlebih mengingat masih adanya
paradigma kuno tentang tambang terkait dengan sifat eksploitatifnya yang diturunkan oleh
pemerintah Hindia Belanda. Masyarakat juga awam terhadap aktivitas pertambangan secara
keseluruhan. Paradigma yang keliru inilah yang menimbulkan penolakan atau ketidaksukaan
publik.
Namun berbagai perkembangan di dunia internasional telah membawa trend baru dalam
dunia pertambangan di mana bahan galian tidak lagi dianggap hanya sebagai produk namun
aset yang memiliki nilai tambah/ nilai lanjut. Terdapat transformasi manfaat dalam kegiatan
pertambangan, tidak hanya terhenti pada eksploitasi semata namun ada mata rantai
pembangunan berkelanjutan yang membawa manfaat lebih bagi negara dan masyarakat.