“NUZULUL-QUR'AN”
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
BANJARMASIN
2017
PENDAHULUAN
Alquran adalah kitab suci umat Islam yang diterima oleh Nabi
Muhammad Saw. Di dalam Alquran banyak berbagai ilmu yang kita dapatkan.
Ternyata, bukan cuma umat Islam saja yang mempelajari dan memperdalami
Alquran, banyak orang dari berbagai negara dan agama sedang mempelajari
Alquran.
Maka dari itu di kesempatan kali ini kami akan menjelaskan tentang
Nuzulul Qur'an.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Nuzulul Qur'an ?
2. Bagaimana Tahapan Alquran diturunkan ?
3. Apa hikmah terjadinya Nuzulul Qur'an ?
C. TUJUAN MAKALAH
Kata Nuzul Alquran adalah gabungan dari dua kata, yang dalam bahasa
Arab susunan semacam ini disebut dengan istilah tarkib idlafi, dan dalam
bahasa Indonesia dirartikan dengan, turunnya Alquran.
Dalam Bahasa Arab, kata "Nazala" dapat berarti "meluncur dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah". Nuzul secara etimologi dapat berarti
singgah atau tiba di tempat tertentu. Menurut Dr. Ahmad al-Sayyid al-Kumi
dan Dr.Muhammad Ahmad Yusuf al-Qasim mengemukakan ; Setidak-
tidaknya, ada lima makna nuzul, dua diantaranya telah disebutkan di atas,
sedangkan tiga makna lainnya berarti : "tertib, teratur" dan bisa juga berarti
"Perkumpulan". Kemudian yang terakhir Nuzul juga dapat berarti "Turun
secara berangsung-angsur dan terkadang sekaligus."1
Nuzulul Qur'an berasal dari gabungan 2 kata yaitu dari kata "Nuzul" dan
"Al-Quran". Dipandang dari segi bahasa "Nuzul" artinya turun.
Nuzulul Quran berasal dari gabungan 2 kata yaitu dari kata "Nuzul" dan
"Al- Quran". Dipandang dari segi bahasa "Nuzul" artinya turun. Sedangkan
Nuzul Alquran kepada Rasulullah adalah penerimaan Alquran oleh Rasulullah.
Diungkapkan turunnya Alquran kepada beliau itu memberikan pengertian
turun dari atas ke bawah. Demikian itu karena ketinggian kedudukan Al-Quran
dan besarnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup
manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi serta dunia dengan
akhirat.
1
Usman, Ulumul Qur'an, (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2009), h.37.
Pertama, al-Quran sudah diturunkan dan ditempatkan sekaligus di suatu
tempat yang bernama Lauh mahfudz, tempat yang mana tidak ada
satupun orang yang mengetahuinya dengan pasti. Ini sesuai pada Q.S. Al-
Buruj ayat 21-22.
21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,
22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Mengenai waktu kapan diturunkannya, bagaimana wujudya dan cara
Allah menurunkan al-Quran ke lauh mahfudz tidak ada seorangpun yang
mengetahuinya dan hanya Allah yang mengetahui segalanya.
Kedua, sesudah turun dari lauh mahfudz lalu al-Quran turun ke Bait al-
Izzah di langit dunia. Ini berarti tempat dari Bait al-Izzah berada di langit
yang terdekat dengan bumi tapi untuk persisnya Wallahu ‘Alam hanya
Allah yang mengetahui.
Imam al-Hakim dan Ibnu Abi Syaibah mengeluarkan sebuah riwayat
melalui Hasan bin Hurait, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Al-Quran telah dipisah dari adz-Dzikr kemudian diletakkan di
Baitul Izzah di langit dunia, kemudian Jibril membawa turun kepada
Nabi saw. Semua sanad dalam hadis ini shahih.2
2
Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Ulumul Quran: Studi Al-Quran Komprehensif, terj. Tim
Editor Indiva (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), h.180.
3
M. Hadi Ma’rifat, Sejarah Alquran, terj. Thoha Musawa (Jakarta: AL-HUDA, 2007),
h.43.
Dengan ketiga tahapan ini, Imam Suyuti pun menyatakan penjelasan
secara singkat ketiga tahapan ini, beliau menyatakan: inilah pendapat
yang diceritakan oleh Imam Mawardi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Hatim melalui jalan periwayatan adh-Dhahak dari Ibnu Abbas, ia
berkata: Al-Quran diturunkan secara sekaligus dari sisi Allah, dari
Lauhul Mahfuz kepada para malaikat yang mulia. Mereka itulah para
penulis di langit dunia, kemudian oleh mereka disampaikan kepada Jibril
secara bertahap dalam waktu dua puluh malam, dan oleh Jibril
disampaikannya kepada Nabi saw. secara bertahap pula selama dua puluh
tahun.4
4
Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Ulumul Quran: Studi Al-Quran Komprehensif, terj. Tim
Editor Indiva (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), h.182.
5
Ibid, h.57.
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6
A. Athaillah, Sejarah Al-Quran: Verifikasi tentang Otentisitas Alquran (Banjarmasin:
IAIN Antasari Press. 2006), h.70.
Pendapat kedua, bahwa surah pertama yang diturunkan adalah surah al-
Muddatstsir. Ini sesuai pada penjelasan Jabir yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dalam kitab Jami’ al-Shahih. Diriwayatkan bahwa
Ibnu Salamah bertanya kepada Jabir bin Abdillah Anshari, “Surah atau
ayat Al-Quran yang mana yang pertama kali diturunkan?”. Dia
menjawab, “Ya Ayyuhal Muddatstsir.” Ibnu Salamah bertanya,
“Bagaimana dengan Iqra’ Bismi Rabbika?” Dia menjawab, “Perkataan
yang pernah aku dengar dari Rasulullah saw, kini akan aku sampaikan
kepadamu. Aku mendengar beliau bersabda, “Aku telah melewati
waktuku dalam gua. Setelah masa itu berakhir, aku turun dan berada di
tengah-tengah sebuah lembah. Aku mendengar suara panggilan.
Kemudian aku mendongak ke langit. Tiba-tiba aku melihat dia (Jibril).
Seluruh tubuhku bergetar . aku langsung kembali ke rumah menghampiri
Khadijah. Aku ingin dia menyelimutiku, saat itulah diwahyukan, Ya
Ayyuhal Muddatstsir Qum Fa Andzir...”.7 Ini menjadikan kesimpulan
sebagian para ulama bahwa surah yang pertama kali diturunkan adalah
surah Al-Muddatstsir.
M. Hadi Ma’rifat, Sejarah Alquran, terj. Thoha Musawa (Jakarta: AL-HUDA, 2007),
7
h.57-58.
8
A. Athaillah Sejarah Al-Quran: Verifikasi tentang Otentisitas Alquran (Banjarmasin:
IAIN Antasari Press. 2006), h.72.
Sama seperti ayat dan surah pertama yang diturunkan, terdapat
perbedaan dari para ulama tentang ayat dan surah terakhir, yaitu sebagai
berikut:
Pendapat pertama, yang diturunkan terakhir kali adalah ayat 3 dari Surah
al-Maidah. Ini menurut riwayat yang terkuat. Alasannya adalah pada ayat
tersebut memuat makna bahwa agama Islam telah sempurna oleh Allah
swt. Sehingga para ahli banyak merujuk pada ayat ini.
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir
Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari Ini Telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa.
Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pendapat kedua, yang diturunkan terakhir kali adalah ayat 278 dari surah
al-Baqarah.
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
9
Ibid, h.75.
Ini adalah ayat tentang dilarangnya riba. Menurut riwayat bahwa diantara
terakhir sekali turunnya ayat quran adalah ayat riba dan pada waktu itu
Rasulullah saw. telah wafat dan tidak sempat menjelaskan maksud dari
ayat ini10.
Pendapat ketiga, yang diturunkan untuk terakhir kalinya adalah ayat 281
dari surah al-Baqarah.
281. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu
itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri
diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Ibnu Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Said bin Jubair, ia berkata
bahwa ayat terakhir yang diturunkan dari Allah secara keseluruhan
(mutlak) adalah: “wattaquu yauman turja’uuna fiihi illallah”, dan Nabi
saw. masih hidup setelah turunnya ayat ini selama sembilan malam.
Kemudian beliau wafat pada (Ahad) tanggal 3 bulan Rabi’ul Awal.11
10
Ibid, h.76.
11
Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Ulumul Quran: Studi Al-Quran Komprehensif, terj. Tim
Editor Indiva (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), h.116.
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur
dan benar).
12
A. Athaillah, Sejarah Al-Quran: Verifikasi tentang Otentisitas Alquran (Banjarmasin:
IAIN Antasari Press. 2006), h.92-96.
perintah dan larangan larangan itu. Sebab itu ayat-ayat yang mula-mula
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam masa-masa permulaan
adalah diarahkan kepada pembentukan pribadi muslim, dengan ajaran-
ajaran iman dan akhlak. Dan setelah rasa iman dan kecintaan kepada
Allah SWT bersemi dalam jiwa, maka timbulah rasa taat dan kesedian
untuk melaksanakan perintah dan larangannya. Ini adalah benar benar
suatu hikmah kebijaksanaan yang harus diperhatikan oleh setiap orang
yang ingin mengadakan perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat
manapun juga.13
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Drs. H.A. Mustofa, Sejarah Alquran (Surabaya: Al-Ikhlas,2006), h. 155-156.
Diungkapkan turunnya Alquran Dapat di artikan turun dari atas ke
bawah. Maksudnya adalah ketinggian kedudukan Al-Quran dan
besarnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup
manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi serta dunia
dengan akhirat.
Al-Quran diturunkan dalam beberapa tahap:
1. Al- Quran diturunkan sekaligus di Lauh mahfudz
2. Al-Quran diturunkan lagi dari Lauh mahfudz ke Bait al-Izzah
3. Al-Quran diturunkan secara bertahap dari Bait al-Izzah kepada
Nabi Muhammad melalui perantara Jibril as.
Ayat/surah yang pertama yang diturunkan pertama kali secara
shahih ialah lima ayat pertama surah al-Alaq. Sedang ayat/surah
yang terakhir kali diturunkan adalah surah Al- Maidah ayat 5
Diturunkannya Alquran secara bertahap telah memberikan
beberapa hikmah yang besar sekali pada Nabi Muhammad SAW
dan para sahabat. Diantaranya:
Untuk memperkuat hati Nabi Muhammad SAW sendiri.
Untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam
menyimak, mempelajari, memahami, dan menghafalkan
Alquran.
Ayat-ayat alquran yang diturunkan selalu sesuai dengan
situasi, kondisi dan perkembangan kaum Muslim.
Agar ayat-ayat alquran yang diturunkan dapat diterima dan
dihayati oleh para sahabat secara lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA