Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN II


STRUKTUR BANGUNAN TINGKAT TINGGI

Disusun Oleh :
Komang Yudha Tri Atmaja (1622016)
Joao Paulo Costa Gomes (1622021)
Deodato Zolla Vida Do Carmo Da Silva (1622121)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR S-1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pembangunan gedung bertingkat sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu kala,
tetapi yang dikategorikan sebagai “moderen tall building” dimulai sejak 1880s. The
“first modern tall building” mungkin adalah gedung Home Insurance Building yang
berupa konstruksi baja di Chicago pada tahu 1883 yang kemudian diikuti oleh
gedung-gedung pencakar langit lainnya. Gedung-gedung tinggi pada awalnya
didominasi oleh struktur baja karena perkembangan industri baja yang cukup pesat,
sedangkan perkembangan struktur beton relatif lambat dan baru berkembang pesat
pada 1950s. Evolusi dari gedunggedung pencakar langit secara umum dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit pada periode sebelum 1950

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami struktur bangunan tingkat
tinggi sehingga dapat diterapkan nanti dilapangan apa yang sudah dipelajarinya.

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFENISI BANGUNAN TINGKAT TINGGI

Bangunan Tinggi adalah istilah untuk menyebut suatu bangunan yang


memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk
menambahkan fungsi dari bangunan tersebut. Contohnya bangunan apartemen tinggi
atau perkantoran tinggi.

Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan
bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan
biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491
kaki (23 m hingga 150 m). Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki
(150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki
(4 meter), sehingga jika suatu bangunan memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka
idealnya memiliki 6 tingkat.
2. SYARAT – SYARAT UMUM PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG

1. Syarat Stabilitasa

a) Statik
b) Dinamik

2. Syarat Kekuatan

a) Statik
b) Dinamik

3. Syarat Daktilitas

a) Elastik (Fully Elastic)


b) Daktilitas terbatas (limited ductility)
c) Daktilitas penuh (full ductility)

4. Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability)

a) Lendutan pelat dan balok


b) Percepatan (acceleration), khususnya perencangan struktur terhadap
pengaruh angin.
c) Simpangan bangunan (lateral drift)
d) Retakan (cracking)
e) Simpangan antar tingkat (Interstory drift)
f) Vibrasi/getaran (vibration)

5. Syarat Durabilitas (durability)

a) Kuat tekan minimum beton


b) Tinjauan korosi
c) Tebal selimut beton
d) Mutu baja
e) Jenis dan kandungan semen

6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran

a) Dimensi minimum dari elemen/komponen strukur


b) Tebal selimut beton
c) Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran
d) Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan
basemen)

7. Syarat intergritas

Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi penambahan


tulangan pemegang antar komponen beton precast).
8. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi

a) Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan pada


daerah setempat.
b) Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia
c) Kondisi cuaca selama pelaksanaan
d) Kesediaan berbagai sumber daya setempat.

9. Peraturan dan standar yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai