BAB 1 Ihsan
BAB 1 Ihsan
PENDAHULUIAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah berbagai
macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik keduanya tidak
progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu persatu yang secara bertahap
menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Sjamsuhidajat & Jong, 2011). The Kidney
mL/min/1,73 m2 selama atau lebih dari 3 bulan dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal (Pranoto, 2010). PGK dapat dibagi lagi menjadi 5 tahap, tergantung
pada tingkat keparahan kerusakan ginjal dan tingkat penurunan fungsi ginjal. Tahap
5 PGK disebut sebagai stadium akhir penyakit ginjal (End Stage Renal Disease/End
Stage Renal Failure). Tahap ini merupakan akhir dari fungsi ginjal karena ginjal
orang dan 20 juta diantaranya sudah masuk kedalam tahap akhir atau terminal
1
2
(Collins & Herzog, 2010). Jumlah penderita PGK di Indonesia meningkat secara
signifikan dari tahun ke tahun. Insiden pasien gagal ginjal tahap akhir yang
menjalani hemodialisis pada tahun 2002 adalah sekitar 2077 pasien, dan pada tahun
2006 jumlah pasien meningkat menjadi 4344 pasien. Di Jawa Timur angka
penderita PGK mencapai 1552 pasien (Report Of Indonesia Renal Registry, 2011).
Penyebab PGK pada pasien hemodialisis baru dari data tahun 2011
27%, Nefropati Lupus/SLE 1%, Penyakit Ginjal Hipertensi 34%, Ginjal Polikistik
1%, Nefropati Asam Urat 2%, Nefropati obstruksi 8%, Pielonefritis kronik/PNC
6%, Lain-lain 6%, dan Tidak Diketahui 1% (Report Of Indonesia Renal Registry,
2011).
Saat ini ada tiga terapi modalitas pengobatan yang tersedia untuk penyakit ginjal
kronik yang telah mencapai derajat V (End Stage Renal Disease) yaitu
dialisis) cenderung menjadi metode yang paling umum dari pengobatan (Corrigan
2011).
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
zat nitrogen yang toksik dari dalam darah melalui membran semipermeabel dengan
penderita hidup mendekati keadaan yang normal meskipun menderita gagal ginjal
yang tanpa terapi hemodialisis akan menyebabkan kematian. Pasien PGK harus
menjalani terapi hemodialisis sepanjang hidupnya dengan waktu 10-15 jam setiap
minggunya atau dua sampai tiga kali setiap minggu dengan 4-5 jam per kali terapi
masalah yang dihadapi oleh pasien PGK dapat mengakibatkan ketidakpatuhan tata
hipotensi, emboli udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, pruritus dan
lain lain.
Masing – masing dari point tersebut (hipotensi, emboli udara, nyeri dada,
cairan. Emboli udara terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien (Hudak &
Gallo, 2010 ).
terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang.
Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala uremia yang
berat. Pruritus terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme
4
terkait dengan hemodialisa yang terjadi selama sesi dialisis atau dalam 24 jam
komplikasi meskipun sudah diikuti oleh kemajuan teknologi. Sangat penting untuk
perlu adanya kepatuhan dalam tatalaksana yang harus dijalani oleh pasien penyakit
ginjal kronis (PGK) agar mengurangi resiko komplikasi yang dapat terjadi selama
durante Hemodialisa.
Surabaya.
Soetomo Surabaya.
terapi hemodialisis.