Anda di halaman 1dari 3

Inkontinensia Urin

Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di
luar keinginan. Jika inkontinensia urin terjadi akibat kelainan inflamasi (sistitis), mungkin sifatnya
hanya sementara. Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius (paraplegia),
kemungkinan besar sifatnya akan permanen.

Lebih dari 10 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat menderita inkontinensia urin
(AHCPR, 1992). Keadaan ini mengenai individu dengan segala usia meskipun paling sering dijumpai di
antara para lansia. Dilaporkan bahwa lebih dari separuh penghuni panti lansia Menderita
inkontinensia urin. Meskipun inkontinensia urin bukan konsekuensi normal dari proses penuaan,
namun perubahan traktus urinarius yang berkaitan dengan usia merupakan predisposisi bagi lansia
untuk mengalami inkontinensia urin.

Usia, jenis kelamin serta jumlah persalinan per vaginam yang pernah dialami sebelumnya
merupakan faktor risiko yang sudah dipastikan dan secara parsial menyebabkan peningkatan
insidennya pada wanita. Faktor risiko lain yang diperkirakan merupakan penyebab gangguan ini
adalah infeksi saluran kemih, menopause, pembedahan urogenital, penyakit kronis dan penggunaan
berbagai obat. Gejala ruam, dekubitus, infeksi kulit serta saluran kemih dan pembatasan aktivitas
merupakan konsekuensi dari inkontinensia urin.

Biaya perawatan bagi pasien inkontinensia urin diperkirakan lebih dari 10,3 milyar US $ per
tahunnya (AHCPR, 1992). Biaya psikososial dari inkontinensia urin sangat besar, yaitu: perasaan
malu, kehilangan kepercayaan diri dan isolasi sosial merupakan hasil yang umumnya terjadi.
Inkontinensia urin pada lansia sering menyebabkan perlunya perawatan dalam lembaga perawatan.

Tipe-Tipe Inkontinensia Urin

Inkontinensia akibat stres merupakan eliminasi urin di luar keinginan melalui uretra sebagai
akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra-abdomen. Tipe Inkontinensia ini paling sering
ditemukan pada wanita dan dapat disebabkan oleh cedera obstetrik, lesi kolum vesika urinaria,
kelaianan ekstrinsik pelvis, fistula, disfungsi detrusor dan sejumlah keadaan lainnya. Di samping itu,
gangguan ini dapat terjadi akibat kelainan kongenital (ekstrofi vesika urinaria, ureter ektopik).

Urge incontinence terjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk urinasi
tetapi tidak mampu menahan nya cukup lama sebelum mencapai toilet. Pada banyak kasus,
kontraksi kandung kemih yang tidak dihambat merupakan faktor yang menyertai; keadaan ini dapat
terjadi pada pasien disfungsi neurologi yang mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih
atau pada pasien dengan gejala lokal iritasi akibat infeksi saluran kemih atau tumor kandung kemih.

Overflow incontinence ditandai oleh eliminasi urin yang sering dan kadang-kadang terjadi
hampir terus-menerus dari kandung kemih. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara
normal dan mengalami distensi yang berlebihan. Meskipun eliminasi urine terjadi dengan sering
kandung kemih tidak pernah kosong. Overflow incontinence dapat disebabkan oleh kelainan
neurologi (yaitu, lesi medula spinalis) atau oleh faktor-faktor yang menyumbat saluran keluar urin
(yaitu, penggunaan obat obatan, tumor, striktur dan hiperplasia prostat). Kandung kemih neurogenik
dibahas secara terpisah dalam bagian berikutnya.

Inkontinensia fungsional merupakan Inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian


bawah yang utuh tetapi ada faktor lain gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk
mengidentifikasi perlunya urinasi (misalnya, demensia Alzheimer) atau gangguan fisik yang
menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi.

Bentuk-bentuk Inkontinensia urine campuran,

Yang mencakup ciri-ciri Inkontinensia seperti yang baru disebutkan, dapat pula terjadi. Selain itu,
inkontinensia urin dapat terjadi akibat interaksi banyak faktor.

Dengan pengenalan permasalahan yang tepat, pemeriksaan dan rujukan untuk evaluasi
diagnostik serta terapi, maka prognosis inkontinensia dapat ditentukan. Semua pasien inkontinensia
harus diperhatikan untuk mendapatkan pemeriksaan evaluasi dan terapi.

Evaluasi diagnostik

Setelah adanya Inkontinensia dikenali, anamnesis riwayat sakit yang cermat diperlukan. Tindakan ini
mencakup uraian yang rinci mengenai masalah tersebut dan riwayat penggunaan obat-obatan.
Riwayat urinasi, catatan eliminasi urine dan hasil-hasil test bedside (yaitu, volume urin sisa sesudah
urinasi, manuver stres) dapat digunakan untuk membantu menentukan tipe Inkontinensia urin.
Evaluasi diagnostik urodinamik yang lebih ekstensif dapat dilakukan.

Penatalaksanaan

Penanganan Inkontinensia urine bergantung pada faktor penyebab yang mendasarinya. Namun
demikian, sebelum terapi yang tepat dapat dimulai, munculnya masalah ini harus diidentifikasi
dahulu dan kemungkinan keberhasilan terapi diakui. Jika perawat dan petugas kesehatan lainnya
menerima Inkontinensia sebagai bagian yang tidak terelakkan dari proses penuaan dan perjalanan
penyakitnya atau menganggap Inkontinensia tidak dapat dipulihkan dan tidak dapat diterapi pada
usia berapa pun, maka keadaan tersebut tidak akan dapat diterapi dengan hasil yang baik. Upaya
yang bersifat interdisipliner dan kolaboratif sering sangat penting dalam mengkaji dan mengatasi
Inkontinensia urine secara efektif.

Penatalaksanaan yang berhasil bergantung pada tipe Inkontinensia urin dan faktor
penyebabnya, kontinensia urine dapat bersifat sepintas atau reversibel; setelah penyebab yang
mendasari berhasil diatasi, pola urinasi pasien akan kembali normal.

Penyebab yang bersifat reversibel dan sering terjadi secara singkat dapat diingat melalui
singkatan DIAPPERS. Penyebab ini mencakup keadaan berikut: delirium, infeksi saluran kemih,
atrofik vaginitis atau uretritis, pharmacologic agents (agens farmakologi, preparat antikolinergik,
sedatif, alkohol, analgesik, diuretik, relaksan otot, preparat adrenergik), psychologic factors ( faktor
psikologis; depresi, regresi), excessive urin production ( asupan cairan yang berlebihan, kelainan
endokrin yang menyebabkan diuresis), restricted activity ( aktivitas yang terbatas), dan stool
impaction (impaksi fekal) (AHCPR, 1992). Semua ini berhasil diatasi pola, urinasi pasien biasanya
kembali normal.

Intervensi keperawatan

Bergantung pada hasil hasil evaluasi mungkin diperlukan penanganan keperawatan dan atau medik.
Tindakan keperawatan yang efektif sering hanya berupa tindakan sederhana seperti menciptakan
lingkungan yang memudahkan pasien untuk ke kamar mandi; meletakkan pispot atau urinal dalam
jangkauan pasien; menganjurkan kepada pasien untuk membiarkan lampu menyala di kamar tidur
yang gelap; dan menasehati pasien agar memilih pakaian yang mudah ditanggalkan ketika ingin
menggunakan kloset.
Perawat dapat pula menganjurkan dan mendorong pasien untuk mempraktikkan latihan
Kegel yang dapat membantu pasien wanita dengan segala usia untuk mengendalikan Inkontinensia.
Latihan ini menguatkan otot-otot dasar panggul yang akan memperbaiki resistensi uretra dan
pengendalian urinarius.

Tindakan lain yang dapat dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
Inkontinensia adalah dengan memulai program prompted voiding atau habis training dan
mendorong pasien untuk meningkatkan asupan cairan untuk mencegah konstipasi serta pengerasan
feses yang sering menjadi faktor penyebab Inkontinensia urine pada seorang pasien yang sedentarik.
Latihan kandung kemih yang mencakup penggunaan strategi perilaku atau biofeedback mungkin
juga bermanfaat.

Penatalaksanaan bedah

Koreksi dengan pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi Inkontinensia stres. Ada berbagai
macam tindakan bedah yang dapat dilakukan: perbaikan vagina, suspensi kandung kemih pada
abdomen dan elevasi kolum vesika urinaria. Sfingter artifisial yang dimodifikasi dengan
menggunakan balon karet-silikon sebagai mekanisme penekanan swa- regulasi dapat digunakan
untuk menutup uretra. Metode lain untuk mengontrol Inkontinensia stres adalah aplikasi stimulasi
elektronik pada dasar panggul dengan bantuan pulsa generator miniatur yang dilengkapi elektrode
yang dipasang pada sumbat intra-anal.

Untuk tipe-tipe Inkontinensia yang lain, tindakan keperawatan seperti yang dijelaskan di atas
biasanya lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai