Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan pskiatri mayor yang ditndai dengan adanya perubahan pada persepsi,

pikiran, afek dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan

intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit tertentu dapat berkembang

kemudian (Kaplan & Sadock, 2004).

Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam

durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih)

yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicraan yang tidak terorganisir, dan

adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejala negative (APA, 2000).

2.1.2 Etiologi

Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu :

a. Diatesis-Stress Model

Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan

yang secara khusus mempengaruhi diri seseorag sehingga dapat menyebabkan

berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling

berpengaruh secara dinamis (Kaplan & Sadock, 2004).

b. Faktor Biologis

Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan

bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergic yang berlebihan di

3
4

bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia.

Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmitter lain

termasuk serotonin, norephinefrin, glutamate dan GABA. Selain perubahan

yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata

ditemukan perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi

korteks atau atropi otak kecil, terutama pada penderita skizofrenia kronis

(Kaplan & Sadock, 2004).

c. Genetika

Factor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat

umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8%, dan pada

anak 12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak

telah dipisahkan daro orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua

skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar

dizigot sebesar 12% (Kaplan & Sadock, 2004).

d. Faktor Psikososial

 Teori perkembangan

Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa krangnya

perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal

kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah

interpetasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan social pada

penderita skizofrenia (Sirait, 2008).


5

 Teori Belajar

Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita

skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang

mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna. Hubungan

interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang

karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak (Sirait, 2008).

 Teori keluarga

Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam menimbulkan

skizofrenia.Namun beberapa penderita skizofrenia berasal dari keluarga

yang disfungsional (Sirait, 2008).

2.1.3 Tipe-tipe skizofrenia

Diagnosis skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental

Disorders (DSM) yaitu: DSM –III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan

berlanjut dalam DSM-IV-TR 2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang

dominan yaitu (Davison, 2006):

 Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi

auditorik dalam konteks terdaoatnya fungsi kognitif dan afektif yang relative

masih terjaga.Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kbesaran,

atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham

kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul.Ciri-ciri


6

lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi,

dan agresif.

 Tipe Hebefrenik

Ciri utama skizofrenia tipe hebefrenik adalah pembicaraan kacau, tingkah

laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate.Pembicaraan yang kacau

dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi

pembicaraan.Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan

yang serius pada aktivitas hidup sehari-hari.

 Tipe katatonik

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat

meliputi ketidak bergerakan motoric (waxy flexibility. Aktivitas motor yang

berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan

berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang

ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain

(echopraxia).

 Tipe undifferentiated

Merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola symptom-

simptom yang cepat menyangkut semua indicator skizofrenia. Misalnya,

indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat

dipegang karena berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat

besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang

menunjukkan ketakutan.
7

 Tipe residual

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia

tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti

keyakinan-keyakinan negative, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak

wajar yang tidak sepenuhnya delusional.Gejala-gejala residual itu dpaat

meliputi menarik diri secara social, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan

afek datar.

2.1.4 Gejala klinis skizofrenia

Berdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dari skizofrenia adalah adanya

campuran dari dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negative (APA,

2000). Secara umum, karakteristik gejala skizofrenia (Kriteria A), dapa digolongkan

dalam 3 kelompok:

a. Gejala positif

b. Gejala negative

c. Gejala lainnya

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada,

namun pada pasien skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala yang

bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi, ketidak teraturan pembicaraan,

dan perubahan perilaku (Kaplan & Sadock, 2004).

Gejala negative adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu, seperti

perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan gembira, menarik diri,

ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan social, serta kurangnya

motivasi untuk beraktivitas (Kaplan & Sadock, 2004).


8

Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain perilaku yang aneh

(misalnya katatonia, di mana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang,

menampilkan pose tubuh yang aneh) dan disorganisasi pembicaraan. Adapun

disoraginasi pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasikan ide dan

pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan gangguan berfikir

normal).Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi, dan sebagainya (Prabowo, 2007).

2.1.5 Terapi

Tiga dasar akan pertimbangan pengobatan gangguan pada skizofrenia adalah

(Kaplan & Sadock, 2004):

 Terlepas dari berbagai etiologi, skizofrenia terjadi pada seseorang yang

memiliki sifat individual, keluarga, serta social psikologis yang unik, maka

pendekatan pengobatan disusun berdasarkan bagaimana penderita telah

terpengaruhi oleh gangguan dan bagaimana penderita akan terobati oleh

pengobatan yang dilakukan (terapi farmakologi).

 Faktor lingkungan dan psikologi turut berperan dalam perkembangan

skizofrenia, maka harus dilakukan juga terapi non farmakologi.

 Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan

terapetik jarang tercukupi untuk mengobati gangguan yang memiliki

berbagai macam bentuk.

Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja

atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah: gangguan proses berfikir,
9

gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan

psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering

terdapat pada skizofrenia hebefrenik.Waham halusinasi banyak sekali.

Pedoman diagnostic Skizofrenia Hebefrenik menurut PPDGJ-III :

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

 Diagnosis hebefrenik utuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

 Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran

yang khas berikut ini memang benar bertahan:

o Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

mannerism; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan

perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.

o Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),

senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty

manner), tertawa menyeringai (grimaces), (pranks), keluhan hipokondrial

, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated-phrase).

o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.


10

o Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tapi biasanya

tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucination).

Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang

serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan

ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty

of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-

buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin

mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien (PPDGJ-III, 2013).

Pengobatan farmakologi pada skizofrenia, termasuk jenis skizofrenia

hebefrenik, menggunakan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua kelompok,

berdasarkan mekanisme kerjanya.Yaitu dopamine reseptor antagonis (DRA) atau

antipsikotika generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamin antagonis (SDA) atau

antipsikotika generasi II (APG-II).Obat APG I disebut juga antipsikotika

konvensional atau tipikal.Sedangkan APG-II disebut juga antipsikotika baru atau

atipikal.

Sebaiknya skizofrenia diobati dengan APG-II dengan kisaran dosis ekuivalen

klorpromazine 300-600mg per hari atau kadang-kadang mungkin lebih.Pemeliharaan

dengan dosis rendah antipsikotika diperlukan, setalah kekambuhan pertama.Dosis

pemeliharaannya sebaiknya diteruksan untuk beberapa tahun.

Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif,

sedangkan untuk gejala negative hamper tidak bermanfaat.Obat APG-II bermanfat

baik untuk gejala posotif maupun negative.


11

Standar emas baru adalah APG-II.Meskipun harganya mahal tetapi manfaatnya

sangat besar.Pilihlah APG-II yang efektif dan efek samping yang lebih ringan dan

dapat digunakan secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah putih

setiap minggu.Gunakanlah APG-II yang aman yang anda tidak harus memantaunya

secara ketat.

Anda mungkin juga menyukai