1. TUJUAN
Setelah menyelesaikan materi ante natal care diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan anternatal :
• Menentukan usia kehamilan
• Menetukan kunjungan berikutnya
• Melakukan pemeriksaan fisik
• Melakukan perawatan antenatal
• Melakukan pendidikan kesehatan antenatal
• Membuat NCP kasus antenatal
2. MATERI
a. Pengertian Ante Natal Care
Adalah perawatan fisik dan mental sebelum persalinan atau pada masa hamil. ANC bersifat
preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal yang kurang baik bagi ibu dan anak. Ante partum
care berarti perawatan sebelum anak lahir, yang ditujukan pula untuk anak dalam kehamilan dan
kala I dan kala II persalinan.
PALPASI LEOPOLD I
Tujuan : menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan bagian janin dalam fundus
Cara :
• Pasien dipersiapkan antra lain untuk mengosongkan kandung kemih dan diminta tidur dengan
posisi kaki sedikit ditekuk dan rileks.
• Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat
pada fundus: presentasi kepala bokong tidak keras dan tidak melenting, presentasi sungsang :
kerasa, melenting dalam goyangan, lintang teraba bagian kecil janin.
PALPASI LEOPOLD II
Tujuan : menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan letak punggung janin dan
bagian-bagian kecil
Cara :
• Dari Leopold pertama kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan
bagian apa yang terletak di samping.
• Membujur teraba punggung yaitu rata dengan tulang iga
• Lintang teraba kepala
PALPASI LEOPOLD III
Tujuan : menentukan bagian terbawah janin dimana bagian bawah sudah masuk PAP atau belum
Cara ;
• Presentasi kepala : keras, bulat
• Bokong : lunak dan tidak bulat
• Lintang : simfisis pubis teraba kosong
PALPASI LEOPOLD IV
Tujuan : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP
Cara :
Pemeriksa menghadap kearah kiri klien untuk menentukan bagian terendah janin yang masuk
PAP.
• Divergen : melampaui lingkaran terbesarnya sudah masuk PAP
• Konvergen ; belum melampaui lingkaran terbesarnya belum masuk PAP
• Auskultasi : stetoskop monoaural untuk hitung djj
Genetalia : inspeksi kebersihan vagina, tanda Chadwick, cairan/secret yang dikeluarkan vagina,
apakah ada flour albus, gatal-gatal di area vagina, apakah ada bekas luka episiotomi
Ekstremitas : bagian atas apakah pergerakan normal, bagian bawah apakah ada varises, oedem ,
dan reflek patella.
1. LABORATORIUM
1. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL)
2. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
3. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina dan servik)
2. U S G
1. Jenis kelamin
2. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion,
5. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
1. H + 7
2. B (1-3) + 9, bila tanggal > 24 + B 1, B (4-12) – 3
3. T (1-3) + 0, T (4-12) + 1
FREKUENSI KEHAMILAN
1. AKTIFITAS / ISTIRAHAT
1. BP turun , HR meningkat , Episode Sinkop, Edema
2. INTEGRITAS EGO
1. Persepsi diri
3. ELIMINASI
1. Konstipasi, miksi ? , BJ urine ? , haemoroid
4. MAKANAN dan CAIRAN
1. Morning sickness (TM I), nyeri ulu hati,
2. Penambahan BB ( 8 – 12 kg), hipertrofi gusi (berdarah)
3. Anemi fisiologis (Hemodilusi)
5. NYERI / KETIDAKNYAMANAN
1. Kram kaki, nyeri payudara dan punggung, Braxton Hicks
6. PERNAFASAN
1. Respirasi meningkat
7. KEAMANAN
1. Suhu : 36,1o – 37,6o C ,
2. DJJ ( 12 minggu dengan dopler, 20 minggu dengan fetoskop)
3. Gerakan janin (20 minggu)
4. Quickening dan Ballotement (16 – 20 minggu)
8. SEKSUALITAS
1. Perubahan seksualitas, leukorea, peingkatan uetrus
2. Payudara membesar, pigmentasi
3. Goodell, Hegar, chadwiks
9. INTERAKSI SOSIAL
1. Denial, maturasi, aseptance
10. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
11. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
B. Jenis Persalinan
– Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta tidak melukai ibu dan
bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
– Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan operasi
secio caesaria.
– Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan ketuban.
1. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat badan kurang
dari 500 g.
2. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan antara 500 g
dan 999 g.
3. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan 1000 g dan 2499
g.
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih
5. Partus post matures / serotinus
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot – otot
rahim.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap
umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus, kehamilan
sering lama dari biasanya
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya
oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
D. Gejala Persalianan.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena robekan – robekan kecil
yang terjadi pada serviks
– Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida kepala anak pada
bulan terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding
rahim dan perut sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak
kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada permulaan persalinan.
– Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh bagian terbawah
janin.
– Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang – kadang bercampur
darah.
5/5
– mudah digerakkan
4/5
H I – II – sakit digerakkan
3/5
2/5
H III + – bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
1/5
0/5
H V – diperineum
Ket :
: kepala janin
: PAP
G. Proses Persalinan
1. Kala I.
– fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1cm atau lebih perjam,
penurunan kepala dimulai.
Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15 menit dan tidak seberapa
mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan
Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih
lama, lendir darah bertambah banyak.
2. Kala II
1. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
2. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datangnya tiap 2 – 3 menit.
Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan
secara tiba-tiba dan banyak.
4. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul, perineum
menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
5. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his
berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali
kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
6. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang
oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini
telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu.
Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad
komisura posterior.
7. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari
hidung anak keluar lendir dan cairan.
8. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul oleh seluruh
badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
9. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
– Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2 – 3
menit.
4. Kala IV
Kala I :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas
kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat beradaptasi terhadap
nyeri dengan KH :
Intervensi :
– Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
– ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik pernapasan / relaksasi yang
tepat dan masses pinggang
– Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan sakral, perubahan
posisi.
– Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis untuk menentukan ada
tidaknya distensi setelah blok syaraf.
– Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus setiap 30 menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam tidak terjadi cedera pada
janin dengan KH :
Intervensi :
– Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan presentasi.
– Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap kontraksi uterus.
– Catat kemajuan persalinan.
3. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan mortilitas gastric, dorongan
fisiologis.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak terjadi cedera pada
maternal dengan KH :
– Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah dimengerti.
– Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari cedera.
Intervensi :
– Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari meninggalkan klien tanpa
perhatian.
– Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari makanan padat.
– Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada dorongan untuk
mengejan.
4. Resti gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan perubahan suplai O2 atau
aliran darah : anemia dan pendarahan sekunder
Tujuan :
Intervensi :
– Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi uteroplasental.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau regangan dan hipoksia
jaringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Tujuan :
– Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk mempertahankan kontrol, istirahat
diantara kontraksi.
Intervensi :
– Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat mis : tiupan napas pendek dan
cepat.
– Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan berikan reinforcement untuk
upaya klien / pasangan.
– Pantau tanda vital ibu dan janin.
6. Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik vena,
hipovolemia, perubahan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan :
– Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
Intervensi :
Tujuan :
– Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan pengeluaran plasenta.
Intervensi :
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan masukan
Tujuan :
Intervensi :
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang. Trauma
jaringan, persalinan lama.
Tujuan :
– Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan fungsilaesa)
Intervensi :
– Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan menggunakan tehnik aseptik.
Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
Intervensi :
– Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran, insersi tali pusat dan
ketuban.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
setelah melahirkan.
Tujuan :
Intervensi :
– Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan salep topikal.
– Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
Kala IV :
Tujuan :
Intervensi :
– Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu dalam perawatan
bayi, sesuai kondisinya.
– Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan
dan kedekatan dalam budaya khusus.