Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk
hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk,
warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang
sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Keanekaragaman Hayati di setiap wilayah tentunya memiliki perbedaan dan
ciri khas masing-masing yang sangat kompleks dengan variasi spesies yang
beragam. Letak Astronomis suatu wilayah juga mempengaruhi keanekaragaman
hayati yang ada didalamnya,
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam satu area.
Iklim makro meliputi iklim global, regional, dan local. Iklim mikro meliputi iklim
dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut iklim dibagi menjadi 4 menurut pembagian Iklim Koppen, yaitu iklim
tropis, sub tropis, iklim sedang, iklim dingin (Tjasyono, 2004).
Selain itu keanekaragaman hayati juga dipengaruhi oleh ekosistem iklim,
baik ekosistem iklim tropis, sub tropis, sedang, maupun ekosistem iklim dingin,
memiliki perbedaan masing,
Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis akan mengkaji mengenai
permasalahan tersebut. adapun judul yang penulis rumuskan dalam mengkaji
permasalahan ini adalah “Keanekaragaman Hayati Ekosistem Iklim Sedang”.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja keanekaragaman hayati yang terdapat di ekosistem iklim


sedang ?
2. Bagaimana pemanfaatan keanekaragaman hayati ekosistem iklim
sedang?
3. Bagaimana pelestarian keanekaragaman hayati ekosistem iklim sedang?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang terdapat di ekosistem


iklim sedang.
2. Untuk menjelaskan pemanfaatan keanekaragaman hayati ekosistem
iklim sedang.
3. Untuk memahami pelestarian keanekaragaman hayati ekosistem iklim
sedang.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Pengertian Sumber Daya Alam Hayati (Biodiversitas)
Pengertian Biodiversitas (dari Society of American Foresters):
Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi
genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada.
Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan
dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua
bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang,
jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi
menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan
ekosistem (Rifai, M. 1994. A Discourse on Biodiversity Utilization in Indonesia.
In:Tropical Biodiversity. IFABS, Jakarta.)
Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau
proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang
mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula
dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi
1. Biodiversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas
spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas
genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan
menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang
diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.
2. Biodiversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik.
Pada level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan
jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi,
semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural
dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau
susunan spasial dari ekosistem yang berbeda.
3. Biodiversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi,
seperti pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen
yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.
4. Ahli ekologi membedakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga
kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di
dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat,
sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara geografi
(diversitas skala geografi).

3
Berdasarkan pendapat beberapa ahli memiliki makna dapat
disimpulkankeanekaragam hayati (biological-diversity ataubiodiversity) adalah
semua makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem
yang dibentuknya (DITR 2007). Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas
tiga tingkatan (Purvis dan Hector 2000), yaitu: (i) Keanekaragaman spesies, yaitu
keanekaragaman semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang
bersel banyak atau multiseluler). (ii) Keanekaragaman genetik, yaitu variasi
genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara
geografis, maupun di antara individuindividu dalam satu populasi. (iii)
Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta
asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masingmasing. (iv)
Keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan dasar dari munculnya beragam
jasa ekosistem (ecosystem services), baik dalam bentuk barang/produk maupun
dalam bentuk jasa lingkungan yang sangat diperlukan oleh perikehidupan
makhluk hidup, khususnya manusia. Sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk dan perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang cukup pesat
beberapa dekade terakhir ini, banyak ekosistem alam penyedia berbagai jasa
lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai
faktor seperti ditunjukkan pada Tabel 1 (Schaltegger and Bestandig 2012).
Dari sekian banyak organisme yang menghuni bumi, tidak ada sepasang pun
yang benar-benar sama untuk segala hal. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada
kita, bahwa di alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut
juga keanekaragaman hayati. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan
dasar kehidupan di bumi. Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi
kehidupan maka keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan.
Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong
ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik
tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem. Berdasarkan hal

4
tersebut, para pakar membedakan keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan,
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman
ekosistem.
1. Tingkat Keanekaragaman Gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
(gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam
satu jenis. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat
dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang
mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari
induk/orang tua kepada keturunannya. Gen pada setiap individu, walaupun
perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung
pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan
ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Untuk mendapatkan uraian tentang keanekaragaman hayati tingkat gen yang
lebih jelas, perhatikan
a. Ketinggian tanaman

Gambar 1.
Ketinggian
tanaman: (a)
Kerdil, (b)
Normal
(Sumber:
Dokumentasi
penelitian)

5
b. Ketegakan daun
Gambar 2.
Ketegakan
daun:
(a) tegak,
(b) menengah

(intermediate),dan
(c) melengkung kebawah (Sumber: Dokumentasi penelitian)

c. Warna batang semu


Gambar 3. Warna
batang semu: (a)
kuning, (b)
kuning kehijauan,
(c) merah kehijauan, (d) merah, (e) merah muda keunguan
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

d. Warna tepi tangkai daun


Gambar
4. Warna
tepi
tangkai
daun: (a)
hijau, (b)

6
merah muda keunguan.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

e. Bercak pada batang semu


Gambar
5. Bercak
pada
batang
semu: (a)
merah, (b)
keunguan,
(c) coklat (Sumber: Dokumentasi penelitian)

f. Keadaan tepi tangkai daun


Gambar 6.
Keadaan tepi
tangkai daun: (a)
bersayap dan
menjepit batang,
(b) bersayap dan tidak menjepit batang, (c) bersayap dan bergelombang.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

7
g. Bentuk pangkal daun
Gambar 7.
Bentuk
pangkal daun:
(a) membulat
keduanya, (b)
salah satu sisi
membulat, dan (c) bentuk pangkal daun yang meruncing keduanya.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

h. Tipe kanal (potongan melintang tangkai daun ketiga)


Gambar 8.
Tipe kanal:
(a) terbuka
dengan tepi
yang melebar
kesamping, (b)
terbuka
dengan tepi yang melebar dan tegak, dan (c) lurus dengan tepi tegak.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

i. Bercak pada pangkal tangkai daun


Gambar
9. Bercak
pada
pangkal
tangkai
daun:
(a) bercak
kecil, (b) bercak besar, dan (c) tanpa bercak.(Sumber: Dokumentasi
penelitian)

8
j. Warna bercak tangkai daun
Gambar
10. Warna
bercak
tangkai
daun:
(a) coklat,
(b) coklat tua, dan (c)coklat kehitaman
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

k. Warna helaian daun bagian permukaan atas dan bawah

1. Warna daun permukaan atas


Gambar

11.1. Warna daun permukaan atas: (a) hijau kekuningan, (b) hijau
sedang, dan (c) hijau.

2. Warna daun permukaan bawah


Gambar

11.2. Warna daun permukaan bawah: (a) hijau kekuningan, (b) hijau
sedang, dan (c) merah keunguan.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)

9
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
(gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Gen
merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme
yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya. Gen pada
setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya
berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen
inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Ternyata persilangan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah
satu penyebabnya. Keturunan dari hasil persilangan memiliki susunan perangkat
gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat
gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam
satu spesies berupa varietas-varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau
penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan. Faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan
oleh faktor genetiknya (genotip) Sittenfeld, Ana. 1997. Biodiversity Prospecting
Frameworks.

2. Tingkat Keanekaragaman Spesies


Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen.
Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka
macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan
mikroba. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis pada tumbuhan
atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri fisiknya. Misalnya bentuk
dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Walaupun hewan-hewan tersebut
termasuk dalam satu familia/suku Felidae,
tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-
perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya,
perbedaan warna bulu, tipe lorengnya,

10
Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan berikut ini:

No. Ciri-ciri Kucing Harimau Singa Citah


1. Ukuran Kecil Besar Besar Sedang
tubuh
2. Warna bulu Hitam, putih, Hitam, putih, Hitam, putih, Hitam/
kuning kuning kuning putih
3. Tempat Hutan, rumah Hutan Hutan Pohon
hidup

Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan
dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi
batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti
tampak pada tabel pengamatan berikut ini.

No Ciri-ciri Kelapa Aren Pinang Lontar


1. Tinggi >30m 25m 25 15-30m
Batang
2. Daun -Panjang tangkai -Panjang Tangkai -Panjang tangkai
daun 75-150cm tangkai daun daun daun 100cm
-Helaian daun 5m, 150cm pendek -Helaian daun bulat,
ujungruncing dan tepi daun bercangap
keras menjari
3. Bunga Tongkol Tongkol Tongkol Bulir

Gambar 2.
Keanekaragaman pada suku
Palmae

11
Dari contoh-contoh di atas, Anda dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi
sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku
Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat
jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar
yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.

B. EKOSISTEM
Komponen-komponen pembentuk ekosistem :
1. Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup. Sebagian komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan
waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa organik, dan
faktor yang mempengaruhi distribusi organisme (Aryulina, Dian dkk. 2007.
Biologi 1. Jakarta: Esis Erlangga), yaitu:
a. Suhu. Proses biologi dipengaruhi oleh suhu. Mamalia dan unggas
membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
b. Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di
gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
c. Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam
organism melalui osmosis. Beberapa organisme terrestrial beradaptasi
dengan lingkungan yang mempunyai kandungan garam tinggi.
d. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses
fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air,
fotosintesis terjadi di senitar permukaan yang terjangkau sinar matahari.
Di gurun, intensitas cahaya matahari yang besar membuat peningkatan
suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
e. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik,
pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan
pada kandungan sumber makanannya di tanah.
f. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam satu
area. Iklim makro meliputi iklim global, regional, dan local. Iklim mikro
meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
12
2. Biotik
Faktor biotik merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk semua organism
yang dapat berinteraksi satu sama lain. Contoh faktor biotik adalah tumbuhan
sebagai produsen, hewan sebagai konsumen, dan mikroba sebagai pengurai (Yani,
Riana dkk. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional).

a. Produsen (autotrof), yang berarti penghasil. Dalam hal ini, produsen


berarti organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang
mempunyai klorofil. Di dalam ekosistem perairan, komponen biotik yang
berfungsi sebagai produsen adalah berbagai jenis alga dan fitoplankton.
Organism yang dapat membuat makanannya sendiri dengan bantuan sinar
matahari disebut fotoautotrof dan dengan bantuan bahan kimia disebut
kemoautotrof.
b. Konsumen (heterotrof), yang berarti pemakai, yaitu organisme yang
tidak dapat menghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan zat
makanan yang dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secara
langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora.
Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama.
Karnivora yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora yang memangsa konsumen
tingkat kedua disebut konsumen tingkatketiga dan seterusnya.
c. Dekomposer atau Pengurai. Dekomposer adalah komponen biotik yang
berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang
telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan adanya
organisme pengurai, unsur hara dalam tanah yang telah diserap oleh
tumbuhan akan diganti kembali, yaitu berasal dari hasil penguraian
organisme pengurai. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof)
karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai
menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan
yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang

13
tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang
disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan
organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu :
1. Aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2. Anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima
elektron /oksidan
3. Fermentasi :anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga
sebagai penerima e-. Komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur.
Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri
dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai
komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen
pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air,
pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

 Satuan-Satuan Ekosistem
Individu adalah makhluk hidup tunggal. Populasi adalah makhluk hidup yang
sejenis yang mendiami tempat tertentu.
Kepadatan adalah hubungan antara jumlah individu dan ruang yang di
tempati. Kepadatan populasi adalah jumlah individu makhluk hidup sejenis
persatuan luas tempat yang dihuni pada waktu tertentu.
Adanya individu yang datang, yaitu karena ada kelahiran (natalitas) dan
imigrasi.
Adanya individu yang pergi, yaitu karena adanya kematian (mortalitas) dan
emigrasi.
Tempat hidup makhluk hidup itu disebut dengan habitat.
Komunitas adalah kumpulan populasi-populasi yang berbeda dan hidup
bersama pada tempat tertentu.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya disebut ekologi.
Terdapat 2 macam ekosistem yaitu :

14
1. Ekosistem buatan, yang disengaja dibuat oleh manusia.
2. Ekosistem alami, dibuat oleh manusia tetapi sudah ada di alam.
Ekosistem yang terbesar di bumi disebut biosfer yang terdiri dari keseluruhan
yang ada di permukaan bumi.

 Hubungan ketergantungan antar komponen ekosistem


Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau
antara komponen biotik dan abiotik.
1. Antar komponen biotik
a. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses
makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dalam rantai
makanan disebut tingkat
trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama
yang mampu
menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan, maka tingkat trofi pertama selalu diduduki oleh
tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat
trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut
konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan
tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap
pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya,
sebagian energi akan hilang.
b. Jaring-jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling
berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga
membentuk seperti jaring-jaring.

Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap


jenis makhluk hidup tidak hanya memakan
satu jenis makhluk hidup lainnya.

15
c. Piramida makanan, Merupakan gambaran perbandingan antara
produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Semakin ke
puncak bio masanya semakin kecil.
d. Arus energy, Merupakan perpindahan energi
dari tempat yang tingi ke tempat yang rendah,
yaitu dari sinar matahari lalu produsen ke
konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II
sampai pengurai, sedangkan mineral membentuk
siklus. Energi yang dilepas sangat kecil karena
setiap organisme membutuhkan energi dalam
memenuhi kebutuhannya.
e. Siklus energy, Merupakan perpindahan
zat dari tempat satu ke tempat lain.
Akhirnya akan kembali ke tempat itu
berasal. Keseimbangan ekosistem dapat
terjalin bila ada hubungan timbal balik di
antara komponen-komponen ekosistem.

2. Antar komponen biotik dan abiotik


Komponen abiotik dapat mempengaruhi komponen biotik. Begitu juga
komponen biotik dapat mempengaruhi komponen abiotik dalam ekosistem.
Berikut beberapa contoh pengaruh komponen abiotik terhadap komponen biotik:
 Pengaruh air terhadap makhluk hidup: air sangat berguna bagi makhluk
hidup, sebagai contoh perhatikan tanaman padi yang tumbuh di sawah.
Akar padi menembus ke dalam tanah untuk menyerap air dan zat-zat hara.
Bila tanah mengandung cukup air, maka padi akan tumbuh subur,
sebaliknya bila kekurangan air maka padi tidak akan tumbuh dengan baik.

16
 Pengaruh udara terhadap makhluk hidup: udara juga berguna bagi hewan
maupun tumbuhan. Udara mengandung antara lain: oksigen dan karbon
dioksida. Oksigen berguna untuk pernafasan baik manusia maupun hewan.
 Pengaruh tanaman terhadap tanah dan udara: adanya penanaman pohon
yang dapat hidup di tanah yang kurang subur, maka kondisi tanah tersebut
dapat diperbaiki. Pohon-pohon berpengaruh dengan cara mengubah
struktur tanah dan mengurangi erosi.
 Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui
siklus materi. Tubuh manusia maupun hewan tersusun atas materi. Materi
terdiri dari unsur-unsur kimia seperti karbon (C), oksigen (O), hidrogen
(H), dan nitrogen (N). Meteri tersebut akan beredar dari lingkungan masuk
ke tubuh organisme dan kembali lagi ke lingkungan membentuk siklus
materi. Berikut beberapa gambaran jalannya unsur yang dibutuhkan
makhluk hidup:

17
C. IKLIM

Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca di satu daerah yang cukup luas
dan dalam kurun waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya
tetap(Tjasyono, 2004).
Iklim dan tanaman mempunyai hubungan yang erat, hubungan antara pola
iklim dengan distribusi tanaman banyak digunakan sebagai dasar dalam
klasifikasi iklim. (Kartasapoetra, 2004) mengatakan bahwa hasil suatu jenis
tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan pola iklim dan
teknologi, dalam buku yang sama dia juga mengatakan bahwa cuaca dan iklim
merupakan salah satu faktor peubah dalam produksi pangan yang sukar
dikendalikan.
Iklim merupakan salah satu faktor (selain tanah) yang akan mempengaruhi
distribusi tanaman. Wilayah dengan kondisi iklim tertentu akan didominasi
iklim tertentu akan didominasi pula oleh spesies tumbuhan tertentu, yakni
tumbuhan yang dapat beradaptasi secara baiki pada kondisi iklim tersebut.
Berdasarkan keterkaitan yang erat antara kondisi iklim dengan spesies
tumbuhan yang dominan pada suatu wilayah, beberapa ahli mengkasifikasikan
iklim berdasarkan jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi baik pada wilayah
tersebut ( Lakitan, 2002).
Klasifikasi Iklim dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Iklim Koppen
Sistem klasifikasi iklim Koppen didasarkan pada suhu dan kelembaban
udara.Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap
permukaan bumi dan kehidupan di atasnya.(Tjasyono, 2006).
Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim
pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
Pembagian iklimnya sebagai berikut :
1. Iklim A atau tropis, cirinya sebagai berikut :

• Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C,

• Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun

18
• Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.
2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai
berikut :
• Terdapat daerah gurun dan daerah semiraid (steppa)
• Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar
3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan
terdingin antara 18° sampai -3°C.
4. Iklim D atau iklim salju microthermal ciri-cirinya adalah sebagai
berikut : rata-rata bulan terpanas lebih dari 10° C, sedangkan rata-rata
bulan terdingin -3°
5. Iklim E atau iklim kutub . Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan
Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata
bulan terdingin kurang dari- 3°C.

19
2. Iklim Schmidt – Ferguson
Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson sangat terkenal di Indonesia dan
banyak digunakan pada jenis tanaman tahunan, Schmidt-Ferguson (1951)
dalam (Tjasyono, 2006) menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata-rata
banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata banyaknya bulan basah (Mw)
dalam satu tahun. Klasifikasi ini tidak memasukkan unsur suhu karena
menganggap amplitudo suhu pada daerah tropika sangat kecil, untuk
menentukan bulan kering dan bulan basah maka kategorinya adalah sebagai
berikut :
a. Bulan Kering : Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan <
60 mm.
b. Bulan Lembab : Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan
60 – 100 mm.
c. Bulan Basah : Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan >
100 mm.

3. Iklim Oldeman
Seperti halnya metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman juga memakai
unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim, yaitu bulan basah dan bulan
kering secara berturut turut yang dikaitkan dengan pertanian untuk daerah
daerah tertentu, misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk
sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan
adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup
untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim, dalam metode ini,
bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan
sekurang-kurangnya 200 mm. Lamanya periode pertumbuhan padi ditentukan
oleh jenis padi yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu
tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah
maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang
dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa

20
irigasi tambahan.Berikut segitiga iklim oldeman yang disajikan dalam bentuk
gambar : (Lakitan,2002)
Oldeman membagi iklim berdasarkan kebutuhan air masing-masing
tanaman sehingga setiap zone memiliki jenis tanaman dan cara pengelolaan
yang berbeda sehingga disebut zona agroklimat, berikut zona agroklimat
klasifikasi Oldeman:
1. A1 10-12 bulan basah berurutan dan 0-1 bulan kering
2. B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
3. B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering
4. B3 7-8 bulan basah berurutan dan 4-5 bulan kering
5. C1 5-6 bulan basah berurutan dan 0-1 bulan kering
6. C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
7. C3 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
8. D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
9. D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
10. D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
11. D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan
12. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
13. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
14. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
15. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan
Menurut Thorntwaite (1933) dalam Tjasyono (2004), menyatakan
bahwatujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim
ditinjaudari segi unsur yang benar-benar aktif, terutama air dan panas.
Menurut Tjasyono(2004), pemahaman lebih baru tentang klasifikasi iklim
adalah dengan melihathubungan sistematik antara unsur iklim tersebut
terhadap pola tanaman. Telahbanyak ditemukan korelasi antara tanaman dan
unsur panas atau air. Pemakaianbatas sederhana curah hujan dan suhu akan
menunjukkan hubungan antara unsur panas dan air itu sendiri. Misalnya
tanaman tertentu seperti jati dalam kondisisuhu yang tinggi tanaman
memerlukan banyak air untuk memenuhi keperluanevapotranspirasi.

21
D. HUBUNGAN ANTARA IKLIM DAN EKOSISTEM

Ekosistem adalah suatu kesatuan faktor biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi. Sesuai dengan definisi diatas iklim yang merupakan faktor
abiotik akan mempengaruhi faktor biotik (mahluk hidup ). Menurut Smith
(2000) Iklim hampir mempengaruhi semua aspek ekosistem antara lain respon
fisiologi dan perilaku mahluk hidup, kelahiran, kematian dan pertumbuhan
populasi, kemampuan kompetisi spesies, struktur komunitas, produktivitas dan
siklus nutirisi.
Dalam buku Element of Ecology yang ditulis Robert Smith dan Thomas
Smith, Dijelaskan suatu penelitian seorang botanist yang membagi vegetasi
dibumi ini menjadi 5 (lima) formasi tumbuhan yaitu padang pasir, padang
rumput, konifera, temperate dan hutan tropis. Pada saat yang sama penelitian
juga dilakukan oleh peneliti geografi tumbuhan dan geografi hewan. Dari hasil
penelitiannya ternyata formasi vegetasi tumbuhan ada korelasi antara iklim
dengan vegetasi, setiap vegetasi mempunyai karakteristik iklim tertentu, akan
tetapi berbanding terbalik dengan hewan tidak ada korelasi antara iklim
dengan penyebaran populasi hewan.
Ada pandangan lain yaitu V.E.Shelford (Smith dan Smith, 2000)
menyatakan bahwa tumbuhan dan hewan merupakan satu kesatuan yang
disebut dengan bioma, dimana hewan dan tumbuhan saling bergantung dalam
ekosistemnya. Berdasarkan penelitian beliau bahwa penyebaran bioma
berkorelasi dengan iklim lingkungannya.

22
BAB III
PEMBAHASAN

A. KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM IKLIM SEDANG

Keanekaragaman hayati wilayah ekosistem iklim sedang tidak terlepas


dari sejarah geologi dan paleoklimatologi yang menentukan keanekaragaman
hayati ekosistem iklim sedang saat ini termasuk berbagai spesies fauna dan
flora yang terdapat pada ekosistem tersebut.
Keanekaragaman hayati tidak merata di seluruh planet ini. Berbagai
faktor yang berkontribusi terhadap distribusi ini, termasuk iklim global,
ketinggian lereng (gradient), dan hambatan geografis seperti
pegunungan.Distribusi keanekaragaman hayati saat ini tidak terlepas dari
sejarah pembentukan daratan. Faktor iklim dan geografis juga berkontribusi
terhadap diferensiasi keanekargaman hayati setiap daerah. Menurut Jens,
dkk(2015, hlm. 186) menjelaskan “One of the most striking patterns of global
biodiversity distribution is the decrease in the number of species with
increasing latitude. In the low latitudes (tropics) the number of species is very
high, whereas the opposite is true for the higher latitudes (temperate and
polar zones)”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka salah satu pola yang
paling mencolok dari distribusi keanekaragaman hayati secara global adalah
penurunan jumlah spesies sesuai meningkatnya garis lintang. Pada lintang
rendah (tropis) keanekargaman hayati dengan jumlah spesies sangat tinggi,
sedangkan sebaliknya untuk lintang yang lebih tinggi (beriklim sedang dan
zona kutub). Masih menurut Jens dkk (2015, hlm. 174) bahwa “Life is
unevenly distributed, primarily as a result of climate as well as Earth history,
specifically plate tectonics.Biodiversity generally increases nearer the tropics,
sincebtemperature and precipitation play key roles. The distribution of the
predominant life forms is particularly apparent when one compares different
biogeographical, or ecological. Climatic conditions and their effect on
vegetation are also of central importance to the distribution of animals”.
(Hidup ini tidak merata, sebagi akibat dari iklim dan sejarah bumi, khususnya
lempeng tektonik. Keanekaragaman hayati umumnya meningkat dekat daerah

23
tropis, karena suhu dan curah hujan menjadi peran kunci. Distribusi bentuk
kehidupan yang dominan sangat jelas ketika kita membandingkan perbedaan
biogeografi atau ekologi. Kondisi iklim dan efeknya terhadap vegetasi sangat
penting terhadap distribusi hewan.)

Gambar 1. Hubungan Letak Geografis Terhadap Distribusi Biodiversity


Sumber : Jens, dkk (2015, hlm. 175

24
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman hayati pada wilayah iklim sedang sangatlah kurang, Setiap jenis
wilayah beriklim sedang memiliki keanekaragaman hayati tersendiri. Iklim dan
Jenis tanah mempengaruhi jenis flora yang dapat tumbuh di hutan. Karakteristik
hutan beriklim sedang memiliki beberapa lapisan vegetasi. Lapisan paling atas
adalah kanopi, yang dibentuk oleh dedaunan dan cabang pohon tertinggi. Di
bawah lapisan ini adalah tumbuhan bawah pohon muda dan semak belukar. Di
hutan beriklim lembab, Mungkin ada pakis dan lumut. Lapisan tanah, yang
dikenal sebagai lantai hutan, adalah dibentuk oleh rumput dan tumbuhan.
Setiap lapisan mendukung spesies hewan yang berbeda. Di Amerika Utara
dicampur Hutan beriklim sedang, berbagai jenis burung menemukan makanan
mereka di lapisan hutan yang berbeda. Winter Wrens mencari serangga yang dekat
dengan tanah, sementara Nuthatches berburu serangga pada batang pohon Di
kanopi, umpan silang memakan biji pinus. Elang ekor merah terbang di atas
kanopi untuk mencari mangsa.

25
Wilayah dan Keanekaragaman Flora dan Fauna Ekosistem Iklim Sedang

Berdasarkan Peta diatas Wilayah Iklim Sedang yaitu :

 Irlandia, Inggris, Prancis, Austria, Jerman, Denmark, Norwegia (sebagian),


Italia, Bulgaria, Rumania, Bulgaria, Ukraina, Belarus, Lituania, Latvia,
Estonia, Kazakstan, Uzbekistan, Rusia(bagian selatan)

1. Mongolia (Benua Asia).

26
Beberapa Contoh Flora Ekosistem Iklim Sedang

1. Cemara
Cemara tersebar pertama kali di wilayah Benua Amerika, kemudian
menyebar ke Siberia hingga Filipina. Namun Cemara kini telah menyebar
ke segala belahan bumi, mulai dari Afrika Selatan, Australia hingga
Selandia Baru, di daerah katulistiwa pun cemara telah ada.
Habitat Pohon Cemara adalah seluruh dunia. Pohon Cemara mampu
bertahan di segala kondisi cuaca yang membuatnya menjadi bisa ditanam
dimana saja.

2. Pinus

27
3. Pakis

Seperti halnya tumbuhan jenis fauna yang hidup di hutan ini juga tidak begitu
banyak. Hanya fauna yang tahan dingin saja yang mampu hidup di hutan ini. Pada
dasarnya, fauna yang hidup di hutan ini mempunyai bulu yang tebal guna
melindungi tubuh dari suhu udara yang dingin.

Beberapa Contoh Fauna Ekosistem Iklim Sedang

1. Serigala

28
2. Beruang Hitam

3. Kelinci

29
B. PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM
IKLIM SEDANG

Manfaat Keanekaragaman Hayati :


a. kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya: Wisata
Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah
laut, hewan langka)
b. Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan produk berupa materi
atau jasa yang manfaatnya dapat ditukar dengan uang, misalnya
bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan,
dikatakan memiliki nilai ekonomi.
c. Bagi suatu negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat
memberikan kebanggaan karena keindahan atau kekhasannya,
Keanekaragaman hayati tersebut memiliki nilai budaya.
d. Keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan ,karena
sebagai sumber ilmu dan untuk tujuan lain.misalnya pelestarian
alam.

30
C. PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM
IKLIM SEDANG

Dalam skala global pelestarian keanekaragaman hayati tentunya menjadi


perhatian dari setiap Negara salah satu keputusan yang disepakati yaitu dengan
diadakannya konvensi keanekaragaman hayati Perjanjian multilateral untuk
mengikatpara pihak (negara peserta konvensi) dalam menyelesaikan permasalahan
global khususnya keanekaragaman hayati. Konvensi keanekaragaman hayati lahir
sebagai wujud kekhawatiran umat manusia atas semakin berkurangnya nilai
keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh laju kerusakan keanekaragaman
hayati yang cepat dan kebutuhan masyarakat dunia untuk memadukan segala
upaya perlindungannya bagi kelangsungan hidup alam dan umat manusia
selanjutnya
Selain itu beberapa hal dapat di lakukan
1. Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang
dinilai memiliki keunikan. Keunikan itu juga berisi berbagai macam jenis
flora dan fauna yang harus dilindungi.
2. Cagar alam adalah keadaan alam yang mempunyai sifat yang khas melalui
flora dan fauna yang ada di dalamnya. Cagar alam juga memiliki
ekosistem yang harus dilindungi.
3. Hutan suaka alam adalah hutan yang memiliki ekosistem dilindungi di
dalamnya. Hutan suaka alam juga bisa disebut hutan lindung.

Kerjasama lintas instansi antar Negara merupakan keberhasilan-keberhasilan


yang ada tidak lepas dari hasil kerjasama yang selama ini telah terjalin baik,
misalnya dengan JICA, GEF, dsb.. Di waktu-waktu yang akan datang sudah tentu
masih diperlukan kelanjutan dan peningkatan kerjasama semacam ini, lebih-lebih
menyongsong era globalisasi. Disisi lain jaringan penelitian serta pertukaran data
di tingkat nasional perlu dilakukan untuk lebih mengoptimalkan dan mempercepat
laju pemahaman sumberdaya hayati.

31
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Keanekaragaman hayati pada wilayah iklim sedang sangatlah kurang,
Setiap jenis wilayah beriklim sedang memiliki keanekaragaman hayati
tersendiri. Iklim dan Jenis tanah mempengaruhi jenis flora yang dapat
tumbuh di hutan. Karakteristik hutan beriklim sedang memiliki beberapa
lapisan vegetasi. Lapisan paling atas adalah kanopi, yang dibentuk oleh
dedaunan dan cabang pohon tertinggi. Di bawah lapisan ini adalah
tumbuhan bawah pohon muda dan semak belukar. Di hutan beriklim
lembab, Mungkin ada pakis dan lumut. Lapisan tanah, yang dikenal
sebagai lantai hutan, adalah dibentuk oleh rumput dan tumbuhan.
2. Manfaat Keanekaragaman Hayati yaitu Kebutuhan untuk lebih menikmati
hidup, misalnya: Wisata Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias,
keindahan bawah laut, hewan langka) Keanekaragaman hayati dapat
menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat
ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang
diperdagangkan, dikatakan memiliki nilai ekonomi.
3. Dalam skala global pelestarian keanekaragaman hayati tentunya menjadi
perhatian dari setiap Negara salah satu keputusan yang disepakati yaitu
dengan diadakannya konvensi keanekaragaman hayati Perjanjian
multilateral untuk mengikatpara pihak (negara peserta konvensi) dalam
menyelesaikan permasalahan global khususnya keanekaragaman hayati.
Konvensi keanekaragaman hayati lahir sebagai wujud kekhawatiran umat
manusia atas semakin berkurangnya nilai keanekaragaman hayati yang
disebabkan oleh laju kerusakan keanekaragaman hayati yang cepat dan
kebutuhan masyarakat dunia untuk memadukan segala upaya
perlindungannya bagi kelangsungan hidup alam dan umat manusia
selanjutnya

32
B. SARAN
Keanekaragaman hayati perlu dilindungi dan dilestarikan karena dengan
adanya keseimbangan dalam suatu lingkungan hidup akan menimbulkan interaksi
yang baik antara makhluk yang satu dengan yang lain sehingga alam akan selalu
mendukung kelanjutan kehidupan di muka bumi ini.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ana. 1997. Biodiversity Prospecting Frameworks. Paper presente dat the


management course supported by the Government of Japan, ISNAR
and IBS
Aryulina, Dian dkk. 2007. Biologi 1. Jakarta: EsisErlangga

Cumming Science Publishing.Sanfransisco-California. USA.

Handoko. 1994.klimatologi dasar landasan pemahaman fisika atmosfer


dan unsure-unsur iklim PT. dunia pustaka jaya. Jakarta

Insukindro dan Aliman. 1999. Pemilihan dan Fungsi Empirik: Studi Kasus
Perminatan Uang

Kartal Riil di Indonesia. Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.
14,No. 4:49-61.

William, Bates. 2000. Advancing Quality Through Additional Attention to Result.


Chronicle. Vol. 1 number 11, January 2000. Diambil dari:
http://www.chea.org/chronicle/vol.1/no.11/index.html. (20 Desember
2007).
KementerianLingkunganHidup, 1997, Agenda 21 Indonesia: A National Strategy
for Sustainable Development, Jakarta, KLH dan UNDP).

Purvis A, Hector A. 2000. Mendapatkan ukuran keanekaragaman hayati.


Alam405: 212-219

Rifai, M. 1994. A Discourse on Biodiversity Utilization in Indonesia. In: Tropical


Biodiversity. IFABS, Jakarta.

Schaltegger S, Beständig U. 2012. Manajemen Keanekaragaman Hayati


Perusahaan Handbook: Panduan untuk Implementasi Praktis. BMU, Berlin
Sittenfeld,
Smith.R.LdanSmith.T.M. 2000. Element of Ecology, 4th Ed. Benjamin

Tjasyono, Bayong HK. 2006. Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung

Trijoko, 2006. Biologi. Erlangga: Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai