Isi Makalah Kelompok
Isi Makalah Kelompok
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk
hidup yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk,
warna, dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang
sama terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Keanekaragaman Hayati di setiap wilayah tentunya memiliki perbedaan dan
ciri khas masing-masing yang sangat kompleks dengan variasi spesies yang
beragam. Letak Astronomis suatu wilayah juga mempengaruhi keanekaragaman
hayati yang ada didalamnya,
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam satu area.
Iklim makro meliputi iklim global, regional, dan local. Iklim mikro meliputi iklim
dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut iklim dibagi menjadi 4 menurut pembagian Iklim Koppen, yaitu iklim
tropis, sub tropis, iklim sedang, iklim dingin (Tjasyono, 2004).
Selain itu keanekaragaman hayati juga dipengaruhi oleh ekosistem iklim,
baik ekosistem iklim tropis, sub tropis, sedang, maupun ekosistem iklim dingin,
memiliki perbedaan masing,
Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis akan mengkaji mengenai
permasalahan tersebut. adapun judul yang penulis rumuskan dalam mengkaji
permasalahan ini adalah “Keanekaragaman Hayati Ekosistem Iklim Sedang”.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Pengertian Sumber Daya Alam Hayati (Biodiversitas)
Pengertian Biodiversitas (dari Society of American Foresters):
Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi
genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada.
Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan
dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua
bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang,
jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi
menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan
ekosistem (Rifai, M. 1994. A Discourse on Biodiversity Utilization in Indonesia.
In:Tropical Biodiversity. IFABS, Jakarta.)
Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau
proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang
mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula
dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi
1. Biodiversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas
spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas
genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan
menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang
diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.
2. Biodiversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik.
Pada level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan
jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi,
semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural
dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau
susunan spasial dari ekosistem yang berbeda.
3. Biodiversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi,
seperti pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen
yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.
4. Ahli ekologi membedakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga
kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di
dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat,
sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara geografi
(diversitas skala geografi).
3
Berdasarkan pendapat beberapa ahli memiliki makna dapat
disimpulkankeanekaragam hayati (biological-diversity ataubiodiversity) adalah
semua makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman ekosistem
yang dibentuknya (DITR 2007). Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas
tiga tingkatan (Purvis dan Hector 2000), yaitu: (i) Keanekaragaman spesies, yaitu
keanekaragaman semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang
bersel banyak atau multiseluler). (ii) Keanekaragaman genetik, yaitu variasi
genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara
geografis, maupun di antara individuindividu dalam satu populasi. (iii)
Keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta
asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masingmasing. (iv)
Keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan dasar dari munculnya beragam
jasa ekosistem (ecosystem services), baik dalam bentuk barang/produk maupun
dalam bentuk jasa lingkungan yang sangat diperlukan oleh perikehidupan
makhluk hidup, khususnya manusia. Sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk dan perkembangan pembangunan di berbagai sektor yang cukup pesat
beberapa dekade terakhir ini, banyak ekosistem alam penyedia berbagai jasa
lingkungan dan produk tersebut di atas mengalami kerusakan karena berbagai
faktor seperti ditunjukkan pada Tabel 1 (Schaltegger and Bestandig 2012).
Dari sekian banyak organisme yang menghuni bumi, tidak ada sepasang pun
yang benar-benar sama untuk segala hal. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada
kita, bahwa di alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut
juga keanekaragaman hayati. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan
dasar kehidupan di bumi. Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi
kehidupan maka keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan.
Tingginya tingkat keanekaragaman hayati di permukaan bumi mendorong
ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu dengan klasifikasi.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik
tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem. Berdasarkan hal
4
tersebut, para pakar membedakan keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan,
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman
ekosistem.
1. Tingkat Keanekaragaman Gen
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
(gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam
satu jenis. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/jenis memiliki perangkat
dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang
mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari
induk/orang tua kepada keturunannya. Gen pada setiap individu, walaupun
perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung
pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan
ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Untuk mendapatkan uraian tentang keanekaragaman hayati tingkat gen yang
lebih jelas, perhatikan
a. Ketinggian tanaman
Gambar 1.
Ketinggian
tanaman: (a)
Kerdil, (b)
Normal
(Sumber:
Dokumentasi
penelitian)
5
b. Ketegakan daun
Gambar 2.
Ketegakan
daun:
(a) tegak,
(b) menengah
(intermediate),dan
(c) melengkung kebawah (Sumber: Dokumentasi penelitian)
6
merah muda keunguan.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
7
g. Bentuk pangkal daun
Gambar 7.
Bentuk
pangkal daun:
(a) membulat
keduanya, (b)
salah satu sisi
membulat, dan (c) bentuk pangkal daun yang meruncing keduanya.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
8
j. Warna bercak tangkai daun
Gambar
10. Warna
bercak
tangkai
daun:
(a) coklat,
(b) coklat tua, dan (c)coklat kehitaman
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
11.1. Warna daun permukaan atas: (a) hijau kekuningan, (b) hijau
sedang, dan (c) hijau.
11.2. Warna daun permukaan bawah: (a) hijau kekuningan, (b) hijau
sedang, dan (c) merah keunguan.
(Sumber: Dokumentasi penelitian)
9
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
(gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Gen
merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme
yang bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya. Gen pada
setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya
berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen
inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Ternyata persilangan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah
satu penyebabnya. Keturunan dari hasil persilangan memiliki susunan perangkat
gen yang berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat
gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam
satu spesies berupa varietas-varietas yang terjadi secara alami atau secara buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau
penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan. Faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan
oleh faktor genetiknya (genotip) Sittenfeld, Ana. 1997. Biodiversity Prospecting
Frameworks.
10
Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan berikut ini:
Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh di dataran tinggi dan
dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan sifat pada tinggi
batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan lontar, seperti
tampak pada tabel pengamatan berikut ini.
Gambar 2.
Keanekaragaman pada suku
Palmae
11
Dari contoh-contoh di atas, Anda dapat mengetahui ada perbedaan atau variasi
sifat pada kucing, harimau, singa dan citah yang termasuk dalam familia/suku
Felidae. Variasi pada suku Felidae ini menunjukkan keanekaragaman pada tingkat
jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa, aren, pinang, dan lontar
yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.
B. EKOSISTEM
Komponen-komponen pembentuk ekosistem :
1. Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau
lingkungan tempat hidup. Sebagian komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan
waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa organik, dan
faktor yang mempengaruhi distribusi organisme (Aryulina, Dian dkk. 2007.
Biologi 1. Jakarta: Esis Erlangga), yaitu:
a. Suhu. Proses biologi dipengaruhi oleh suhu. Mamalia dan unggas
membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
b. Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di
gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
c. Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam
organism melalui osmosis. Beberapa organisme terrestrial beradaptasi
dengan lingkungan yang mempunyai kandungan garam tinggi.
d. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses
fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air,
fotosintesis terjadi di senitar permukaan yang terjangkau sinar matahari.
Di gurun, intensitas cahaya matahari yang besar membuat peningkatan
suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
e. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik,
pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan
pada kandungan sumber makanannya di tanah.
f. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam satu
area. Iklim makro meliputi iklim global, regional, dan local. Iklim mikro
meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
12
2. Biotik
Faktor biotik merupakan bagian hidup dari lingkungan, termasuk semua organism
yang dapat berinteraksi satu sama lain. Contoh faktor biotik adalah tumbuhan
sebagai produsen, hewan sebagai konsumen, dan mikroba sebagai pengurai (Yani,
Riana dkk. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional).
13
tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang
disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan
organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu :
1. Aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2. Anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima
elektron /oksidan
3. Fermentasi :anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga
sebagai penerima e-. Komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur.
Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri
dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai
komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen
pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air,
pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
Satuan-Satuan Ekosistem
Individu adalah makhluk hidup tunggal. Populasi adalah makhluk hidup yang
sejenis yang mendiami tempat tertentu.
Kepadatan adalah hubungan antara jumlah individu dan ruang yang di
tempati. Kepadatan populasi adalah jumlah individu makhluk hidup sejenis
persatuan luas tempat yang dihuni pada waktu tertentu.
Adanya individu yang datang, yaitu karena ada kelahiran (natalitas) dan
imigrasi.
Adanya individu yang pergi, yaitu karena adanya kematian (mortalitas) dan
emigrasi.
Tempat hidup makhluk hidup itu disebut dengan habitat.
Komunitas adalah kumpulan populasi-populasi yang berbeda dan hidup
bersama pada tempat tertentu.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya disebut ekologi.
Terdapat 2 macam ekosistem yaitu :
14
1. Ekosistem buatan, yang disengaja dibuat oleh manusia.
2. Ekosistem alami, dibuat oleh manusia tetapi sudah ada di alam.
Ekosistem yang terbesar di bumi disebut biosfer yang terdiri dari keseluruhan
yang ada di permukaan bumi.
15
c. Piramida makanan, Merupakan gambaran perbandingan antara
produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Semakin ke
puncak bio masanya semakin kecil.
d. Arus energy, Merupakan perpindahan energi
dari tempat yang tingi ke tempat yang rendah,
yaitu dari sinar matahari lalu produsen ke
konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II
sampai pengurai, sedangkan mineral membentuk
siklus. Energi yang dilepas sangat kecil karena
setiap organisme membutuhkan energi dalam
memenuhi kebutuhannya.
e. Siklus energy, Merupakan perpindahan
zat dari tempat satu ke tempat lain.
Akhirnya akan kembali ke tempat itu
berasal. Keseimbangan ekosistem dapat
terjalin bila ada hubungan timbal balik di
antara komponen-komponen ekosistem.
16
Pengaruh udara terhadap makhluk hidup: udara juga berguna bagi hewan
maupun tumbuhan. Udara mengandung antara lain: oksigen dan karbon
dioksida. Oksigen berguna untuk pernafasan baik manusia maupun hewan.
Pengaruh tanaman terhadap tanah dan udara: adanya penanaman pohon
yang dapat hidup di tanah yang kurang subur, maka kondisi tanah tersebut
dapat diperbaiki. Pohon-pohon berpengaruh dengan cara mengubah
struktur tanah dan mengurangi erosi.
Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui
siklus materi. Tubuh manusia maupun hewan tersusun atas materi. Materi
terdiri dari unsur-unsur kimia seperti karbon (C), oksigen (O), hidrogen
(H), dan nitrogen (N). Meteri tersebut akan beredar dari lingkungan masuk
ke tubuh organisme dan kembali lagi ke lingkungan membentuk siklus
materi. Berikut beberapa gambaran jalannya unsur yang dibutuhkan
makhluk hidup:
17
C. IKLIM
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca di satu daerah yang cukup luas
dan dalam kurun waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya
tetap(Tjasyono, 2004).
Iklim dan tanaman mempunyai hubungan yang erat, hubungan antara pola
iklim dengan distribusi tanaman banyak digunakan sebagai dasar dalam
klasifikasi iklim. (Kartasapoetra, 2004) mengatakan bahwa hasil suatu jenis
tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan pola iklim dan
teknologi, dalam buku yang sama dia juga mengatakan bahwa cuaca dan iklim
merupakan salah satu faktor peubah dalam produksi pangan yang sukar
dikendalikan.
Iklim merupakan salah satu faktor (selain tanah) yang akan mempengaruhi
distribusi tanaman. Wilayah dengan kondisi iklim tertentu akan didominasi
iklim tertentu akan didominasi pula oleh spesies tumbuhan tertentu, yakni
tumbuhan yang dapat beradaptasi secara baiki pada kondisi iklim tersebut.
Berdasarkan keterkaitan yang erat antara kondisi iklim dengan spesies
tumbuhan yang dominan pada suatu wilayah, beberapa ahli mengkasifikasikan
iklim berdasarkan jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi baik pada wilayah
tersebut ( Lakitan, 2002).
Klasifikasi Iklim dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Iklim Koppen
Sistem klasifikasi iklim Koppen didasarkan pada suhu dan kelembaban
udara.Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap
permukaan bumi dan kehidupan di atasnya.(Tjasyono, 2006).
Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim
pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
Pembagian iklimnya sebagai berikut :
1. Iklim A atau tropis, cirinya sebagai berikut :
18
• Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.
2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai
berikut :
• Terdapat daerah gurun dan daerah semiraid (steppa)
• Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar
3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan
terdingin antara 18° sampai -3°C.
4. Iklim D atau iklim salju microthermal ciri-cirinya adalah sebagai
berikut : rata-rata bulan terpanas lebih dari 10° C, sedangkan rata-rata
bulan terdingin -3°
5. Iklim E atau iklim kutub . Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan
Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata
bulan terdingin kurang dari- 3°C.
19
2. Iklim Schmidt – Ferguson
Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson sangat terkenal di Indonesia dan
banyak digunakan pada jenis tanaman tahunan, Schmidt-Ferguson (1951)
dalam (Tjasyono, 2006) menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata-rata
banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata banyaknya bulan basah (Mw)
dalam satu tahun. Klasifikasi ini tidak memasukkan unsur suhu karena
menganggap amplitudo suhu pada daerah tropika sangat kecil, untuk
menentukan bulan kering dan bulan basah maka kategorinya adalah sebagai
berikut :
a. Bulan Kering : Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan <
60 mm.
b. Bulan Lembab : Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan
60 – 100 mm.
c. Bulan Basah : Jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan >
100 mm.
3. Iklim Oldeman
Seperti halnya metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman juga memakai
unsur curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim, yaitu bulan basah dan bulan
kering secara berturut turut yang dikaitkan dengan pertanian untuk daerah
daerah tertentu, misalnya jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan
dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk
sebagian besar palawija maka jumlah curah hujan minimal yang diperlukan
adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup
untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim, dalam metode ini,
bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang mempunyai jumlah curah hujan
sekurang-kurangnya 200 mm. Lamanya periode pertumbuhan padi ditentukan
oleh jenis padi yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu
tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah
maka petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang
dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa
20
irigasi tambahan.Berikut segitiga iklim oldeman yang disajikan dalam bentuk
gambar : (Lakitan,2002)
Oldeman membagi iklim berdasarkan kebutuhan air masing-masing
tanaman sehingga setiap zone memiliki jenis tanaman dan cara pengelolaan
yang berbeda sehingga disebut zona agroklimat, berikut zona agroklimat
klasifikasi Oldeman:
1. A1 10-12 bulan basah berurutan dan 0-1 bulan kering
2. B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
3. B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering
4. B3 7-8 bulan basah berurutan dan 4-5 bulan kering
5. C1 5-6 bulan basah berurutan dan 0-1 bulan kering
6. C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
7. C3 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
8. D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
9. D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
10. D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
11. D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan
12. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
13. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
14. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
15. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan
Menurut Thorntwaite (1933) dalam Tjasyono (2004), menyatakan
bahwatujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim
ditinjaudari segi unsur yang benar-benar aktif, terutama air dan panas.
Menurut Tjasyono(2004), pemahaman lebih baru tentang klasifikasi iklim
adalah dengan melihathubungan sistematik antara unsur iklim tersebut
terhadap pola tanaman. Telahbanyak ditemukan korelasi antara tanaman dan
unsur panas atau air. Pemakaianbatas sederhana curah hujan dan suhu akan
menunjukkan hubungan antara unsur panas dan air itu sendiri. Misalnya
tanaman tertentu seperti jati dalam kondisisuhu yang tinggi tanaman
memerlukan banyak air untuk memenuhi keperluanevapotranspirasi.
21
D. HUBUNGAN ANTARA IKLIM DAN EKOSISTEM
Ekosistem adalah suatu kesatuan faktor biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi. Sesuai dengan definisi diatas iklim yang merupakan faktor
abiotik akan mempengaruhi faktor biotik (mahluk hidup ). Menurut Smith
(2000) Iklim hampir mempengaruhi semua aspek ekosistem antara lain respon
fisiologi dan perilaku mahluk hidup, kelahiran, kematian dan pertumbuhan
populasi, kemampuan kompetisi spesies, struktur komunitas, produktivitas dan
siklus nutirisi.
Dalam buku Element of Ecology yang ditulis Robert Smith dan Thomas
Smith, Dijelaskan suatu penelitian seorang botanist yang membagi vegetasi
dibumi ini menjadi 5 (lima) formasi tumbuhan yaitu padang pasir, padang
rumput, konifera, temperate dan hutan tropis. Pada saat yang sama penelitian
juga dilakukan oleh peneliti geografi tumbuhan dan geografi hewan. Dari hasil
penelitiannya ternyata formasi vegetasi tumbuhan ada korelasi antara iklim
dengan vegetasi, setiap vegetasi mempunyai karakteristik iklim tertentu, akan
tetapi berbanding terbalik dengan hewan tidak ada korelasi antara iklim
dengan penyebaran populasi hewan.
Ada pandangan lain yaitu V.E.Shelford (Smith dan Smith, 2000)
menyatakan bahwa tumbuhan dan hewan merupakan satu kesatuan yang
disebut dengan bioma, dimana hewan dan tumbuhan saling bergantung dalam
ekosistemnya. Berdasarkan penelitian beliau bahwa penyebaran bioma
berkorelasi dengan iklim lingkungannya.
22
BAB III
PEMBAHASAN
23
tropis, karena suhu dan curah hujan menjadi peran kunci. Distribusi bentuk
kehidupan yang dominan sangat jelas ketika kita membandingkan perbedaan
biogeografi atau ekologi. Kondisi iklim dan efeknya terhadap vegetasi sangat
penting terhadap distribusi hewan.)
24
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman hayati pada wilayah iklim sedang sangatlah kurang, Setiap jenis
wilayah beriklim sedang memiliki keanekaragaman hayati tersendiri. Iklim dan
Jenis tanah mempengaruhi jenis flora yang dapat tumbuh di hutan. Karakteristik
hutan beriklim sedang memiliki beberapa lapisan vegetasi. Lapisan paling atas
adalah kanopi, yang dibentuk oleh dedaunan dan cabang pohon tertinggi. Di
bawah lapisan ini adalah tumbuhan bawah pohon muda dan semak belukar. Di
hutan beriklim lembab, Mungkin ada pakis dan lumut. Lapisan tanah, yang
dikenal sebagai lantai hutan, adalah dibentuk oleh rumput dan tumbuhan.
Setiap lapisan mendukung spesies hewan yang berbeda. Di Amerika Utara
dicampur Hutan beriklim sedang, berbagai jenis burung menemukan makanan
mereka di lapisan hutan yang berbeda. Winter Wrens mencari serangga yang dekat
dengan tanah, sementara Nuthatches berburu serangga pada batang pohon Di
kanopi, umpan silang memakan biji pinus. Elang ekor merah terbang di atas
kanopi untuk mencari mangsa.
25
Wilayah dan Keanekaragaman Flora dan Fauna Ekosistem Iklim Sedang
26
Beberapa Contoh Flora Ekosistem Iklim Sedang
1. Cemara
Cemara tersebar pertama kali di wilayah Benua Amerika, kemudian
menyebar ke Siberia hingga Filipina. Namun Cemara kini telah menyebar
ke segala belahan bumi, mulai dari Afrika Selatan, Australia hingga
Selandia Baru, di daerah katulistiwa pun cemara telah ada.
Habitat Pohon Cemara adalah seluruh dunia. Pohon Cemara mampu
bertahan di segala kondisi cuaca yang membuatnya menjadi bisa ditanam
dimana saja.
2. Pinus
27
3. Pakis
Seperti halnya tumbuhan jenis fauna yang hidup di hutan ini juga tidak begitu
banyak. Hanya fauna yang tahan dingin saja yang mampu hidup di hutan ini. Pada
dasarnya, fauna yang hidup di hutan ini mempunyai bulu yang tebal guna
melindungi tubuh dari suhu udara yang dingin.
1. Serigala
28
2. Beruang Hitam
3. Kelinci
29
B. PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM
IKLIM SEDANG
30
C. PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM
IKLIM SEDANG
31
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Keanekaragaman hayati pada wilayah iklim sedang sangatlah kurang,
Setiap jenis wilayah beriklim sedang memiliki keanekaragaman hayati
tersendiri. Iklim dan Jenis tanah mempengaruhi jenis flora yang dapat
tumbuh di hutan. Karakteristik hutan beriklim sedang memiliki beberapa
lapisan vegetasi. Lapisan paling atas adalah kanopi, yang dibentuk oleh
dedaunan dan cabang pohon tertinggi. Di bawah lapisan ini adalah
tumbuhan bawah pohon muda dan semak belukar. Di hutan beriklim
lembab, Mungkin ada pakis dan lumut. Lapisan tanah, yang dikenal
sebagai lantai hutan, adalah dibentuk oleh rumput dan tumbuhan.
2. Manfaat Keanekaragaman Hayati yaitu Kebutuhan untuk lebih menikmati
hidup, misalnya: Wisata Rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias,
keindahan bawah laut, hewan langka) Keanekaragaman hayati dapat
menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat
ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang
diperdagangkan, dikatakan memiliki nilai ekonomi.
3. Dalam skala global pelestarian keanekaragaman hayati tentunya menjadi
perhatian dari setiap Negara salah satu keputusan yang disepakati yaitu
dengan diadakannya konvensi keanekaragaman hayati Perjanjian
multilateral untuk mengikatpara pihak (negara peserta konvensi) dalam
menyelesaikan permasalahan global khususnya keanekaragaman hayati.
Konvensi keanekaragaman hayati lahir sebagai wujud kekhawatiran umat
manusia atas semakin berkurangnya nilai keanekaragaman hayati yang
disebabkan oleh laju kerusakan keanekaragaman hayati yang cepat dan
kebutuhan masyarakat dunia untuk memadukan segala upaya
perlindungannya bagi kelangsungan hidup alam dan umat manusia
selanjutnya
32
B. SARAN
Keanekaragaman hayati perlu dilindungi dan dilestarikan karena dengan
adanya keseimbangan dalam suatu lingkungan hidup akan menimbulkan interaksi
yang baik antara makhluk yang satu dengan yang lain sehingga alam akan selalu
mendukung kelanjutan kehidupan di muka bumi ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
Insukindro dan Aliman. 1999. Pemilihan dan Fungsi Empirik: Studi Kasus
Perminatan Uang
Kartal Riil di Indonesia. Jakarta: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.
14,No. 4:49-61.
34