Anda di halaman 1dari 10

Article 1

Keywords: gizi seimbang selama kehamilan

Berinvestasi dengan Gizi Seimbang Selama Kehamilan

Masa kehamilan merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup manusia.
Pengaturan gizi seimbang selama kehamilan akan memberikan pengaruh bagi kesehatan
generasi penerus bangsa. Seperti yang telah banyak dikemukanan oleh para ahli, zat-zat gizi
sangat diperlukan untuk pembentukan organ-organ bayi di dalam kandungan. Oleh karena itu,
kekurangan zat gizi tertentu dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, atau bahkan
kecacatan. Sebagai contoh, kekurangan zat yodium yang merupakan salah satu zat gizi penting
dalam pertumbuhan mungkin akan menyebabkan anak tidak dapat mencapai tinggi yang
seharusnya dapat tercapai dengan asupan yodium yang cukup.
Kondisi kehamilan merupakan kondisi khusus dalam siklus kehidupan yang
membutuhkan penanganan yang khusus pula (link ke artikel 3), termasuk dalam hal pengaturan
diet. Kebutuhan gizi seimbang selama kehamilan sangat berbeda dengan gizi bagi orang
dewasa normal. Kebutuhan gizi akan meningkat hingga dua kali lipat pada masa-masa ini,
disertai dengan perubahan berat badan (link ke artikel 2) yang signifikan. Kesehatan bayi dalam
kandungan akan berpengaruh hingga anak tersebut dewasa. Misalnya ibu hamil yang kurang
mengkonsumsi asam folat, kemungkinan besar perkembangan otak pada bayinya tidak akan
maksimal, yang dapat menyebabkan nantinya anak tidak bisa mencapai potensi kecerdasannya.
Tentunya di masa depan anak dengan tingkat kecerdasan yang kurang akan lebih sulit mendapat
pekerjaan dibandingkan anak-anak lain yang memiliki kecerdasan tinggi.
Pengaturan gizi seimbang juga bermanfaat menurunkan kematian serta penyakit
penyerta yang mungkin timbul selama kehamilan. Beberapa penyakit penyerta kehamilan
seperti diabetes pada kehamilan mungkin timbul pada pola konsumsi ibu hamil yang salah,
seperti misalnya terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis pada awal kehamilan. Oleh
karena itu, pemilihan makanan yang tepat selama kehamilan sangat penting, baik bagi ibu
maupun bayi. Dengan pengaturan gizi yang baik, maka akan lahir bayi yang sehat, yang akan
berkembang menjadi dewasa yang sehat, dan mampu berkompetisi dengan manusia lainnya
untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Investasi melalui pengaturan gizi pada masa hamil
akan melahirkan generasi berkualitas tinggi, yang tentunya akan memiliki potensi mendapatkan
masa depan yang lebih baik.
Article 2
Keywords: Perubahan tubuh pada kehamilan

Mengenal Perubahan Tubuh pada Kehamilan


Kondisi kehamilan akan membawa banyak perubahan bagi ibu hamil, baik secara fisik
maupun emosional. Beberapa fase dalam kehamilan akan membawa perubahan yang berbeda
pula. Perubahan tubuh pada kehamilan mungkin akan lebih terlihat dengan mudah
dibandingkan perubahan emosional. Biasanya, perubahan fisik akan lebih terlihat jelas pada
trimester kedua dan ketiga. Sedangkan pada trimester pertama atau usia kehamilan 1-12
minggu, perubahan fisik belum terlalu terlihat dengan jelas. Perubahan berat badan belum
terlalu terlihat jelas pada masa-masa ini. Selain itu, biasanya gejala mual dan muntah (link ke
artikel 3) sering ditemukan pada trimester ini, sehingga asupan makanan ibu hamil tentunya
juga akan menurun. Sebagai konsekuensinya, berat badan tidak akan meningkat. Masih sangat
jarang dilakukan penelitian pada wanita hamil di trimester awal ini.
Perubahan tubuh pada kehamilan akan lebih terlihat jelas pada trimester kedua dan
ketiga atau usia kehamilan 13-42 minggu. Pada trimester ini, nafsu makan akan mulai meningkat
seiring dengan hilangnya gejala mual dan muntah yang biasa terjadi selama masa kehamilan.
Peningkatan kebutuhan zat gizi juga mulai terjadi pada masa ini. Hingga akhir kehamilan, pada
wanita dengan berat badan sebelum kehamilan yang normal, peningkatan berat badan
diharapkan antara 11 hingga 16 kg. Sedangkan pada wanita dengan berat badan kurang atau
kurus sebelum kehamilan, peningkatan berat badan hingga akhir kehamilan diharapkan
sebanyak 12 hingga 18 kg. Dan untuk wanita dengan berat badan lebih sebelum kehamilan,
peningkatan berat badan seharusnya antara 7 hingga 11,5 kg. Untuk ibu hamil yang mengalami
obesitas sebelum kehamilan, peningkatan berat badan akibat kehamilan seharusnya tidak lebih
dari 6 kg.
Pemantauan berat badan sejak sebelum kehamilan sangatlah penting untuk mengetahui
perubahan tubuh pada kehamilan. Cara menentukan apakah berat badan sebelum kehamilan
termasuk normal, kurus, lebih, atau obesitas adalah dengan mengitung berat badan (BB) dibagi
dengan tinggi badan (TB) dalam meter yang kuadrat atau BB(kg)/TB 2(m). Pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi penghitungan index massa tubuh yang banyak terdapat
di internet.
Article 3
Keywords: Mual dan muntah selama kehamilan

Penanganan Mual dan Muntah Selama Kehamilan


Gejala mual dan muntah sering kali ditemui pada masa awal atau trimester pertama
kehamilan. Mual dan muntah selama kehamilan terjadi akibat perubahan hormon-hormon
dalam tubuh selama kehamilan yang berdampak pada kerja saluran pencernaan. Gejala ini
sering ditemukan pada sekitar 50 hingga 90% ibu hamil di seluruh dunia. Penanganan mual dan
muntah perlu dilakukan karena gejala ini sering kali menyebabkan turunnya asupan makan ibu
hamil yang akan berdampak pada tidak terpenuhinya kecukupan gizi ibu hamil (link ke artikel
1). Agar mual dan muntah tidak mengganggu perkembangan janin, harus dikenali terlebih
dahulu tingkat keparahan mual dan muntah. Bila mual dan muntah termasuk dalam kategori
berat, maka penanganan utama hanya dapat dilakukan di rumah sakit untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.
Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala mual dan muntah
selama kehamilan. Hasil penelitian di sebuah Rumah Sakit di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa konsumsi makanan memiliki kandungan protein yang tinggi seperti ikan, daging, tempe,
dan produk olahan kacang-kacangan diketahui dapat mengurangi gejala mual dan muntah.
Sedangkan perbedaan bentuk makanan seperti padat, cair, maupun makanan lunak tidak terlalu
berpengaruh pada penurunan gejala mual dan muntah.
Terapi menggunakan tanaman herbal seperti jahe juga diketahui dapat membantu
mengurangi gejala mual dan muntah selama kehamilan karena kandungan zat-zat tertentu
didalamnya. Selain itu, penggunaan jahe sebagai terapi alternative bagi ibu hamil termasuk
aman, karena tidak seperti kebanyakan obat, tanaman herbal ini hanya bekerja lokal di saluran
pencernaan, sehingga tidak mempengaruhi organ-organ lainnya. Dulu pernah ada ketakutan
bahwa konsumsi jahe sebagai anti mual dan muntah dapat menyebabkan keguguran dan
kecacatan, atau mengganggu perkembangan otak janin. Dilain pihak, telah banyak uji dilakukan
untuk melihat keamanan jahe sebagai terapi mual dan muntah pada ibu hamil. Hasil dari
penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa jahe aman dikonsumsi sebagai terapi
alternative untuk mengurangi mual dan muntah selama kehamilan tanpa menimbulkan efek
samping seperti yang disebutkan diatas. Konsumsi sebanyak satu gram ekstrak jahe atau setara
dengan satu sendok teh rimpang jahe per hari diketahui efektif mengurangi gejala mual dan
muntah selama kehamilan.
Artikel 4
Keywords: ASI Eksklusif

Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif


Jargon pemberian ASI Eksklusif mungkin sudah sering kali diperdengarkan di banyak
media. Berbagai iklan susu formula sering kali membuat ibu menyusui lebih tertarik
memberikan susu formula kepada anaknya dibanding ASI (Air Susu Ibu). Padahal, ASI
merupakan benda hidup yang kualitasnya tidak mungkin disamai oleh susu formula manapun.
Selain murah, aman, dan higienis, ASI juga mengandung berbagai macam zat penting seperti
misalnya zat immunoglobulin yang berperan penting untuk membentuk ketahanan fisik bayi
dari serangan virus dan bakteri. Dengan adanya zat ini, bayi tidak akan mudah sakit. Pemberian
ASI diketahui dapat mengurangi resiko alergi pada bayi disamping meningkatkan kemampuan
kognitifnya. Di Indonesia sendiri, kesadaran ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif masih
sangat rendah. Padahal, menyusui tidak hanya baik bagi bayi, tetapi juga bagi ibu. Menyusui
diketahui dapat menurunkan resiko menderita kanker payudara dan ovarium, yaitu jenis kanker
yang paling sering menyebabkan kematian pada wanita.
Bahkan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan Lembaga perlindungan anak dunia
(UNICEF) telah menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian
bayi di dunia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif. Bukti penelitian terbaru
yang dilansir Jurnal Paediatrics pada tahun 2006 juga mengungkap bahwa bayi yang diberi susu
formula memiliki kemungkinan 25 kali lebih besar untuk meninggal di bulan pertama
kelahirannya dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. Selain itu, kejadian
kasus kurang gizi pada anak-anak berusia dibawah dua tahun ternyata dapat dikurangi
kejadiannya dengan pemberian ASI eksklusif.
Pemberian ASI secara eksklusif sebaiknya dilakukan mulai dari awal kelahiran hingga bayi
mencapai usia 6 bulan. Terminologi pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja
sejak awal kelahiran hingga usia 6 bulan tanpa penambahan makanan ataupun minuman
apapun, termasuk air putih. Jadi, apabila seorang bayi pernah mengkonsumsi makanan atau
minuman apapun selain ASI sebelum usianya 6 bulan, maka bayi tersebut dianggap tidak
mendapatkan ASI Eksklusif. Komitmen ibu serta dukungan seluruh keluarga sangat
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif. Persiapan pemberian ASI dapat
dilakukan sejak kehamilan, sehingga masalah-masalah yang menyebabkan kesulitan menyusui
(link ke artikel 6) dapat dihindari. Hal tersebut penting dilakukan agar bayi mendapat gizi
terbaik melalui ASI.
Article 5

Keywords: Masalah pemberian ASI pada bayi

Mengenal dan Mengatasi Masalah Pemberian ASI pada Bayi


Proses pemberian ASI atau menyusui bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Banyak
sekali permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul, baik dasi sisi ibu maupun sisi bayi itu
sendiri, yang akan mempersulit proses pemberian ASI eksklusif (link ke artikel 4). Beberapa
masalah pemberian ASI pada bayi sering kali menjadi alasan kegagalan pemberian ASI Eksklusif.
Padahal seperti yang kita tahu, ASI Eksklusif sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayi itu
sendiri.
Salah satu masalah pada bayi yang sering ditemui adalah seringnya bayi menangis. Hal
ini sering mendorong ibu atau anggota keluarga lainnya untuk memberikan makanan atau
minuman selain ASI untuk menenangkan bayi. Bayi yang sering menangis sering kali dianggap
karena pemberian ASI tidak cukup membuat bayi merasa kenyang. Padahal, bayi yang sering
menangis atau rewel tidak selalu terkait dengan kurangnya ASI. Harus ada keyakinan bahwa ibu
akan memproduksi ASI sebanyak kebutuhan bayinya. Jadi, tidak mungkin ASI yang dihasilkan ibu
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayinya. Apabila bayi tidak berhenti menangis atau rewel
setelah disusui, bisa jadi disebabkan oleh faktor lain, seperti misalnya popok yang basah atau
bayi sedang butuh perhatian, misalnya ingin digendong.
Masalah pemberian ASI pada bayi lainnya adalah bayi yang tidak tidur sepanjang
malam. Sering kali kejadian ini membuat ibu menjadi gelisah dan bingung, sehingga akan
mengganggu produksi ASI. Padahal, bayi yang tidak tidur sepanjang malam bukanlah suatu
kelainan. Hal tersebut merupakan proses alamiah, karena bayi muda memang masih
beradaptasi dengan waktu tidurnya (link ke artikel 8). Selain itu, pada masa-masa ini bayi juga
masih perlu sering menyusu. Sebaiknya tidurkan bayi disamping ibu agar dapat disusui sewaktu-
waktu, dan tentu saja jangan berikan makanan lain selain ASI.
Bayi menolak untuk menyusu juga menjadi masalah pemberian ASI pada bayi yang
sering ditemui. Kejadian ini mungkin disebabkan karena bayi terbiasa menyusu dengan botol,
sehingga bayi tidak terbiasa untuk menyusu melalui puting ibu. Jangan menyerah untuk
menyusui apabila anda mengalami permasalahan seperti ini. Tunggu hingga bayi lapar dan tetap
berikan ASI kepada bayi. Apabila bayi sudah mau menyusu, pastikan bayi menyusu hingga ASI
habis. Jangan lupa berikan perhatian dan kasih sayang pada bayi. Apabila dengan cara-cara
tersebut bayi masih belum mau menyusu, maka konsultasikan masalah anda ini dengan dokter.
Artikel 6

Keywords : Masalah psikologis pada ibu menyusui

Penanganan Masalah Psikologis pada Ibu Menyusui


Masalah menyusui tidak hanya terkait dengan masalah pemberian ASI pada bayi (link
ke artikel 5). Sering kali faktor psikologis pada ibu sendiri lah yang menghambat proses menyusui
disamping gangguan fisik (link ke artikel 7). Pada ibu menyusui, terutama ibu yang baru pertama
kali melahirkan, menyusui adalah sebuah proses baru yang sering menimbulkan stress. Di sisi
lain, kondisi kejiwaan ibu sangat mempengaruhi produksi air susu ibu. Oleh karena itu,
penanganan masalah psikologis pada ibu menyusui harus sangat diperhatikan untuk
membantu kelancaran pemberian ASI Eksklusif (link ke artikel 4) yang sangat penting
peranannya bagi kehidupan bayi.
Sindroma ASI kurang merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh ibu
menyusui. SIndroma ASI kurang merupakan masalah kekurang percayaan dan kekhawatiran
berlebihan pada diri ibu karena menganggap dirinya tidak dapat menghasilkan ASI yang cukup
untuk anaknya. Padahal sebenarnya tubuh ibu dengan sendirinya telah menyesuaikan jumlah
ASI yang diproduksi berdasarkan kebutuhan sang bayi. Jadi dengan kata lain tidak mungkin
seorang ibu memproduksi ASI kurang dari kebutuhan bayinya. Produksi ASI dapat ditingkatkan
dengan sering-sering menyusui bayi. Jangan biarkan bayi tidak menyusu lebih dari 2 jam, dan
berikan ASI dari kedua payudara ketika menyusui. Usahakan untuk melakukan proses tersebut
hingga payudara terasa kosong. Apabila ibu bekerja, maka perahlah ASI setiap 2 jam sekali untuk
merangsang produksi berikutnya.
Masalah psikologis menyusui pada ibu yang sering ditemui lainnya adalah ibu merasa
air susu tidak keluar. Hal ini sering mendorong ibu untuk memberikan susu formula kepada
anaknya yang baru lahir. Padahal sebenarnya bayi dapat bertahan hingga tiga hari tanpa ASI,
sehingga pemberian susu formula tidak perlu diberikan selama periode waktu tersebut, sambil
menunggu ASI ibu keluar. Selama waktu tersebut, ibu dapat terus merangsang payudara untuk
mengeluarkan ASI dengan melakukan pijatan-pijatan kecil di daerah payudara. Selain itu, kondisi
cemas, gelisah, takut, dan stress juga harus dihindari karena akan menghambat proses produksi
ASI. Yang terpenting adalah komitmen dan keyakinan ibu untuk memberikan ASI eksklusif,
sehingga dengan sendirinya tubuh akan merangsang produksi dan pengeluaran ASI.
Artikel 7
Keywords: Masalah menyusui pada ibu

Manajemen Masalah Menyusui pada Ibu


Proses menyusui bukanlah proses yang mudah untuk dilakukan. Tidak hanya gangguan
psikologis (link ke artikel 6), namun juga gangguan fisik yang mungkin dialami ibu menyusui
seperti payudara yang lecet, bengkak, dan lain sebagainya. Masalah menyusui pada ibu
tersebut mungkin akan mengganggu proses pemberian ASI pada bayi. Namun penanganan yang
tepat akan dapat membantu ibu melaksanakan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya.
Dukungan dan bantuan suami serta keluarga tentunya juga akan sangat penting untuk membatu
penyelesaikan permasalahan menyusui ini. Pemberian susu pengganti atau susu formula sering
kali menjadi jalan cepat untuk mengatasi permasalahan menyusui, baik pada ibu maupun pada
bayi. Padahal, langkah ini sebenarnya tidak tepat, karena setiap masalah gangguan menyusui
memiliki penyelesaian tanpa harus mengorbankan proses pemberian ASI eksklusif (link ke artikel
4) yang sedang berlangsung.
Putting susu yang lecet sering kali menjadi masalah yang banyak ditemukan pada ibu
menyusui. Sebenarnya, selama putting tidak terlalu sakit, ibu masih tetap bisa memberikan
ASInya. Mulailah menyusui pada bagian yang tidak terlalu lecet, dan perbaiki posisi perlekatan
bayi ketika menyusui. Apabila ditemukan lecet yang parah, maka putting susu dapat
diistirahatkan selama minimal 1 kali 24 jam. Namun demikian, ASI harus tetap diperas
menggunakan pompa dan diberikan kepada bayi. Konsumsi 1 tablet paracetamol setiap 4-6 jam
sekali serta penggunaan BH dengan penyokong dapat membantu mengurangi rasa nyeri yang
mungkin timbul. Apabila ditemukan bercak putih atau luka, sebaiknya segera konsultasikan
permasalahan anda dengan bidan atau dokter terdekat.
Masalah menyusui pada ibu lainnya yang juda sering ditemui adalah payudara bengkak.
Gejala yang sering dikeluhkan pada permasalahan ini adalah payudara terlalu penuh dan terasa
sakit. Untuk menangani masalah ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Tetaplah
menyusui dan usahakan untuk mengosongkan payurada setiap kali menyusui. Sebelum
menyusui, kompres payudara dengan air hangat selama lima menit, dan urut dari arah pangkal
menuju putting. Kemudian perah ASI sebelum menyusui. Apabila payudara sudah terasa
lembut, susui bayi sesegera dan sesering mungkin. Apabila bayi tidak mau menyusu, perah ASI
dan berikan kepada bayi. Setelah proses menyusui selesai, kompres payudara dengan kain
dingin lalu segera keringkan. Apabila masih terasa nyeri, segera hubungi dokter untuk melihat
apakah ada peradangan pada kelenjar susu.
Artikel 8
Keywords: tahap perkembangan anak

Tahap Perkembangan Anak pada 3 Tahun Awal Kehidupan


Perkembangan dasar anak yaitu regulasi makan, tidur, dan emosional terjadi selama 3
tahun awal kehidupannya. Tahap perkembangan anak ini sangat penting untuk diketahui orang
tua agar dapat membangun interaksi dengan anak, sekaligus memberikan asuhan yang tepat
kepada anak tersebut. Setiap tahapan-tahapan perkembangan tersebut terjadi pada usia yang
berbeda-beda dan membutuhkan strategi pengasuhan yang berbeda pula.
Pada awal usianya, yaitu usia nol hingga dua bulan, regulasi pada tubuh anak akan mulai
mengatur ritme bangun dan tidurnya. Tidak heran di usia ini ada bayi yang tidak dapat tidur di
malam hari. Hal itu terjadi karena tubuh bayi masih perlu beradaptasi untuk menemukan waktu
tidurnya. Di usia ini, bayi akan berkomunikasi dengan cara menangis. Bayi akan menangis ketika
merasakan lapar, sakit, nyeri, takut, atau kelelahan. Pengasuh harus belajar mengenali dan
membedakan berbagai macam jenis tangisan bayi. Hal ini penting agar bayi nantinya tidak
mengalami tangis yang berlebihan karena penanganan yang tidak sesuai dengan maksud
tangisan bayi. Berdasarkan penelitian, bayi yang menangis berlebihan akan lebih mudah
mengalami gangguan makan dan tidur (link ke artikel 5) dibandingkan yang tidak menangis
berlebihan.
Tahap perkembangan anak yang kedua adalah tahap timbal balik dinamis, yang terjadi
pada usia 2-6 bulan. Pada tahap ini, anak akan belajar untuk berinteraksi dengan pengasuhnya
melalui tatapan mata, mengulang vokalisasi perkataan seseorang, dan juga menunjukkan
expresinya dengan sentuhan. Jalinan hubungan antara bayi dan pengasuh sangat penting pada
masa-masa ini. Tanpa adanya kedekatan hubungan antara bayi dan pengasuh, maka akan terjadi
masalah kesulitan makan pada anak nantinya.
Tahapan lainnya adalah masa peralihan kemandirian makan dan pengaturan emosi.
Tahapan ini terjadi pada usia 6 bulan hingga 3 tahun. Pada masa ini, anak akan mulai belajar
untuk makan sendiri (link ke artikel 9), serta belajar mengekspresikan rasa kenyang dan lapar
dengan emosinya. Pada tahap ini, orang tua jangan memaksa anak untuk makan. Tawarkan
makanan ketika anak merasa lapar, dan ketika anak sudah kenyang, jangan paksa anak
menghabiskan makanannya.
Artikel 9
Keywords: Pemberian makan pada bayi

Tips dan Panduan Pemberian Makan Pada Bayi


Kesulitan makan pada anak merupakan masalah yang sangat banyak ditemui
dimanapun. Kesulitan ini bisa saja terjadi akibat pola asuh yang salah maupun kesalahan
perlakuan ketika anak sedang belajar makan. Prinsip-prinsip pemberian makan pada bayi
penting untuk diketahui sebagai panduan bagi orang tua maupun pengasuh untuk mengajari
anak mengenali berbagai jenis makanan, sehingga nantinya anak tidak akan mengalami masalah
kesulitan makan. Bayi sebaiknya mulai belajar makan makanan selain ASI (link ke artikel 9) pada
usia 6 bulan. Pada usia ini, ASI sudah tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan anak, sehingga anak
butuh asupan tambahan dari makanan padat untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemberian makanan pertama pada anak sebaiknya dimulai dengan memberikan
makanan cair dulu seperti jus buah yang tidak asam, jus sayur dan bubur susu, semuanya
diberikan tanpa penambahan gula. Makanan tersebut diberikan dengan frekuensi 2-3 kali per
hari, sedangkan selebihnya diberikan ASI. Makanan cair ini diberikan hingga usia bayi mencapai
8 bulan.
Ketika bayi sudah mencapai usia 8 bulan, pemberian makan pada bayi diberikan dengan
konsistensi makanan yang lebih padat, seperti misalnya nasi, sayur, daging, hati dan bahan-
bahan lainnya yang dimasak tanpa bumbu, kemudian dihaluskan dan disaring. Makanan jenis ini
dikonsumsi sekitar 3-4 kali per hari hingga usia bayi mencapai 11 bulan. Disamping itu, ASI tetap
diberikan apabila anak merasa lapar.
Apabila anak tidak mau makan atau hanya memainkan makanannya, jangan
menganggap bahwa anak tersebut tidak menyukai makanannya. Ulang pemberian bahan
makanan yang sama hingga 5 kali untuk sebelum anda memutuskan apakah anak anda
menyukai bahan makanan tersebut atau tidak. Dalam satu sajian menu, usahakan jangan
menghidangkan makanan yang terdiri lebih dari tiga jenis bahan makanan. Hal ini berguna
untuk membantu anak mengenali dan mengingat berbagai jenis dan rasa bahan makanan yang
dimakannya. Respon anak seperti menyentuh, mencium, memasukkan dan mengeluarkan
makanannya dari dalam mulut adalah respon yang wajar. Biarkan anak melakukan hal tersebut,
karena respon tersebut merupakan upaya anak untuk mengingat dan mengenali rasa
makanannya (link ke artikel 10).
Artikel 10
Keywords: Prinsip pemberian makan pada balita

Pemahanam Prinsip Pemberian Makan pada Balita


Kesulitan makan merupakan permasalahan yang sering terjadi pada anak-anak, tidak
hanya di usia bayi, namun terutama di usia balita atau anak dibawah lima tahun. Sebenarnya,
kesulitan makan tidak perlu terjadi apabila orang tua memiliki pemahaman tentang prinsip
pemberian makan kepada balita. Pengenalan terhadap berbagai jenis makanan (link ke
artikel 9) sebaiknya dimulai sejak usia 6 bulan. Dengan demikian, pengenalan makanan pada
balita akan menjadi lebih mudah. Ada enam prinsip yang harus dipahami oleh orang tua atau
pengasuh dalam mengajarkan kebiasaan makan yang benar kepada anak.
Prinsip yang pertama adalah bagaimana caranya memfasilitasi anak mengatur rasa
laparnya. Hal ini dilakukan dengan membuat dan merencanakan jadwal makan yang teratur
untuk anak. Usahakan memberikan makanan pada anak setiap 3-4 jam sekali, dan jangan
berikan makanan atau camilan diluar jadwal makan anak. Prinsip pemberian makan pada balita
yang kedua adalah memfasilitasi anak menyadari rasa kenyang. Berikan makanan kepada anak
dengan porsi yang kecil, namun perbolehkan anak untuk menambah makananya setelah
makanan di piringnya habis. Selain itu, ajarkan anak untuk makan bersama keluarga, dan jangan
perbolehkan anak meninggalkan meja makan sebelum seluruh keluarga merasa kenyang.
Prinsip yang ketiga adalah mengajarkan anak membedakan antara perasaan lapar dan
emosi. Jangan pernah menggunakan makanan sebagai hadiah untuk anak. Hal tersebut akan
mendorong anak menggunakan makanan untuk mengungkapkan emosinya, seperti misalnya
mogok makan apabila keinginannya tidak dipenuhi. Prinsip yang keempat adalah membatasi
waktu makan anak. Berikan waktu makan kepada anak selama 20-30 menit. Setelah 20-30
menit, angkat makanan anak, tidak peduli apakah makanannya habis atau tidak. Kelima, puji
anak apabila ia makan sendiri atau tidak disuapi. Namun jangan pernah memberikan komentar
apapun mengenai porsi makan anak, karena porsi makan setiap anak berbeda-beda sesuai
kebutuhan tubuhnya. Keenam, jangan biarkan ada gangguan pada waktu makan, seperti TV,
mainan, dan lain-lain. Gangguan-gangguan ini akan menyulitkan anak untuk mengenali respon
lapar dan kenyang pada tubuhnya. Berikan waktu khusus di luar jam makan untuk bermain atau
menonton TV.

Anda mungkin juga menyukai