PENDAHULUAN
1
akan tetapi pembangunan merupakan suatu proses multi dimensi yang meliputi
pola reorganisasi dan pembaharuan seluruh sistem dan aktifitas ekonomi dan
sosial dalam mensejahterakan kehidupan warga masyarakat
1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang pengertian pembangunan.
2. Dapat mengetahui pengetian dari pembangunan berkelanjutan.
3. Dapat turut serta ikut terhadap pembangunan berkelanjutan.
4. Dapat mengetahui pentingnya pembangunan berkelanjutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan
dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan
adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti
pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-
nilai moral dan etika umat.
4
masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Keberlanjutan Ekologis
2. Keberlanjutan Ekonomi
3. Keberlanjutan Sosial dan Budaya
4. Keberlanjutan Politik
5. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan
5
Gambar 2.1. Sustainable Development
6
3. Dalam bidang pangan, terciptanya kemandirian dalam bidang pangan pada
akhir tahun 2014 ditandai dengan meningkatnya ketahanan pangan rakyat,
berupa perbaikan status gizi ibu dan anak pada golongan masyarakat yang
rawan pangan, membaiknya akses rumah tangga golongan miskin terhadap
pangan, terpelihara dan terus meningkatnya kemampuan swasembada
beras dan komoditas pangan utama lainnya, menjaga harga pangan yang
terjangkau bagi masyarakat kelompok pendapatan menengah bawah,
menjaga nilai tukar petani agar dapat menikmati kemakmuran, dan
meningkatkan daya tawar komoditas Indonesia dan keunggulan komparatif
(comparative advantage) dari sektor pertanian Indonesia di kawasan
regional Asia dan Global;
4. Dalam bidang energi, membangun ketahanan energi dengan mencapai
diversifikasi energi yang menjamin keberlangsungan dan jumlah pasokan
energi di seluruh Indonesia dan untuk seluruh penduduk Indonesia dengan
tingkat pendapatan yang berbeda-beda, meningkatkan penggunaan energi
terbarukan (renewable energy) dan berpartispasi aktif dan memanfaatkan
berkembangnya perdagangan karbon secara global, meningkatkan
efisisensi konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan rumah
tangga maupun industri dan sektor transportasi, dan memproduksi energi
yang bersih dan ekonomis;
5. Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Selain itu terus dilakukan
program reboisasi, penghutanan kembali (reforestasi) dan program
pengurangan emisi karbon;
6. Dalam rangka mengatasi dampak pemanasan global, untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan, Indonesia, pada tahun 2009, dalam
pertemuan G 20 di Pitsburgh dan Konvensi Internasional tentang
Perubahan Iklim di Copenhagen telah berinisitaif memberikan komitmen
7
mitigasi dampak perubahan iklim berupa penurunan emisi gas rumah kaca
(GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dari kondisi tanpa rencana aksi
(business as usual – BAU) dengan usaha sendiri serta penurunan sebesar
41% dengan dukungan internasional. Upaya penurunan emisi GRK
tersebut terutama difokuskan pada kegiatan-kegiatan kehutanan, lahan
gambut, limbah dan energi yang didukung oleh langkah-langkah kebijakan
di berbagai sektor dan kebijakan fiskal;
7. Dalam bidang infrastruktur, meneruskan pembangunan dan pasokan
infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas
berbagai prasarana penunjang pembangunan seperti jalan raya, jalan kereta
api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, listrik, irigasi, air bersih dan sanitasi
serta pos dan telekomunikasi; dan
8. Dalam bidang usaha Kecil dan Menengah, langkah-langkah yang
dilakukan adalah, meningkatkan dan memajukan usaha kecil menengah
dengan menambah akses terhadap modal termasuk perluasan Kredit Usaha
Rakyat (KUR), meningkatkan bantuan teknis dalam aspek pengembangan
produk dan pemasaran, melaksanakan kebijakan pemihakan untuk
memberikan ruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah, serta
menjaga fungsi, keberadaan serta efisiensi pasar tradisional.
8
berkewajiban membelajarkan goals pembangunan berkelanjutan yang berorientasi
pada tindakan. Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembangunan bekelanjutan
tidak lagi dikemudikan hanya dengan input (pemahaman materi) tetapi terutama
melalui output (hasil) dari pembelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan dalam
pembangunan berkelanjutan secara khusus membangun kompetensi berorientasi
konsep pendidikan pada output, dimana warga negara yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah. Pembangunan berkelanjutan mengharapkan partisipasi
aktif warga negara untuk bertindak membantu masyarakat mewujudkan keadilan
sosial, ketahanan (pengan) ekonomi, perubahan dan melindungi lingkungan dan
pemerintahan yang demokratis sepanjang garis pembangunan berkelanjutan.
9
lingkunan hidup, karena manusia tidak dapat terlepas dari lingkungan hidup,
beberapa factor dari lingkungan dapat menjadi dampak keberlanjutan
pembangunan. Berikut merupakan beberapa dampak keberlanjutan pembangunan
terhadap lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.
A. Dampak Positif
1.Penduduk memiliki penghasilan tetap dan kesejahteraan meningkat
2.Tercukupinya aneka kebutuhan dengan kesanggupan dunia industry untuk
memenuhinya.
3.Ketersediaan bahan baku atau bahan mentah oleh industry.
4.Terciptanya banyak lapangan kerja karena tercipta produksi yang terus
menerus.
5.Pengetahuan tentang teknologi terus meningakat karena semakin cepatnya
media informasi.
6.Memperkecil ketergantungan kita dari luar negri terutama impor.
B. Dampak Negatif
1.Tercemarnya lingkungan hidup akibat efek dari pembangunan terutama
industry
2.Berkurangnya lahan hutan akibat pembangunan yang tidak terkontrol
3.Banyak hewan kehilangan habitat
4.Penyakit yang dapat timbul akibat pencemaran lingkungan.
10
Komisi Bruntland menegaskan bahwa tidak ada sebuah cetak biru untuk
pembangunan berkelanjutan. Setiap negara harus mengembangkan pendekatannya
sendiri. Dalam konteks ini, tidak mengejutkan jika muncul anggapan dan
penekanan yang berbeda antara negara maju dan berkembang (Mitchell et al.,
2003).
11
Pada saat ini, setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi
peraturan hukum dan standar nasional yang berlaku. Hal ini berlaku pula dalam
beberapa standar internasional yang berlaku dan di dalamnya mensyaratkan
kewajiban perusahaan untuk mematuhi standar kebijakan nasional yang berlaku.
Bahkan beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan terkait dengan
aspek lingkungan dan sosial sudah melalui konsultasi publik yang melibatkan
LSM dan pemerintah. Dengan demikian, kebijakan perusahaan dirumuskan
berdasarkan kepada prinsip kolaboratif dengan pendekatan metodologi multi
stakeholder consultation. Dengan demikian, kondisi ini mencerminkan adanya
sinergi antara perusahaan, LSM dan pemerintah. Kondisi ini yang disebut oleh
ekonom Jusuf Panglaykim sebagai Indonesia Incorporation.
12
Dari standar-standar yang dijelaskan diatas terdapat standar internasional lain
yang hamper secara universal harus dipatuhi oleh perusahaan, yaitu standar dari
International Standard Organization (ISO). Organisasi internasional ini
mengembangkan standar-standar yang harus di adopsi oleh perusahaan-
perusahaan, seperti ISO 9001 tentang Sistem Manajemen Mutu, ISO 14001
tentang Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 26000 tentang Social Responsibility,
ISO 50001 tentang Sistem Manajemen Energi, OHSA 18001 tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21, Konsep
dan Pedekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI
15