Laporan Pendahuluan DHF Jadi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

I. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti
dan aides albopictus. (Soegijanto, 2006)
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat
pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam,
nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada
penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik merah,
pendarahan spontan (petekie). (Hendrawanto, 2004).

II. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, klien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.
Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada KLIEN dengan
perdarahan hebat.

III. PATOFISIOLOGI NURSING PATHWAY

Virus dengue
Proliferasi dan transformasi limfosit imun dalam tubuh
Replikasi virus dalam limfosit
Aktifasi sistem komplemen

fungsi agregasi trombosit pelepasan anafilaktoxin histamin


menurun serotonin

megakariosit meningkat permeabilitas kapiler meningkat


umur trombosit menurun ekstravasasicairan intravaskuler
ke ektravaskuler
trombositopeni
volume plasma menurun Defisit Cairan tubuh
pedarahan hipotensi,hemokonsentrasi,hipo
proteinemia,efusi dan renjatan

resiko syok hipovolemi anoksia jaringan ,asidosis metb

Hipertermi
IV. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah
menurun, (120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0 
0/0 )
d. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

V. TANDA DAN GEJALA


Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dangejala lain adalah :
a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
b. Asites
c. Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

VI. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS


a. Trombositopeni (  100.000/mm3)
b. Hb dan PCV meningkat (  20% )
c. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
d. Isolasi virus
e. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
f. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis,
FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
VII. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan
kurang ) atau kejang-kejang.
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV
meningkat.
c. Panas disertai perdarahan
d. Panas disertai renjatan.
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk
anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak
dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air
buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan
minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah
cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan
penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
4) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
5) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,
antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan
hebat.
Dengan Renjatan ;
1. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80
mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan
akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam.
Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa
waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi
renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
1) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg.
2) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
3) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
4) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1
jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi
cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh
plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya )
sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30
mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10
mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur
kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam.
Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24
jam.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan
nafsu makan menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan
nafsu makan menurun.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
h. Pengkajian Per Sistem
1) Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2) Sistem Persyarafan
Pada grade III klien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
serta pada grade IV dapat trjadi DSS
3) Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet
positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan
sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
4) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen
teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat hematemesis, melena.
5) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
6) Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade
III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Defisit cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
d. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-
fakto pembekuan darah (trombositopeni).
f. Kecemasan berhubungan dengan kondisi Klien yang memburuk
dan perdarahan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional

1 2 3 4

1. Hipertermi Suhu tubuh anak normal. 1. Beri komres air kran. 1. Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas
berhubungan dengan Kriteria hasil : 2. Berikan / anjurkan klien untuk banyak secara konduksi.
proses infeksi virus minum 1500-2000 cc/hari (sesuai 2. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
1. Suhu tubuh antara
dengue. toleransi). akibat evaporasi.
36,5oC – 37,5oC
3. Anjurkan klien untuk menggunakan
2. Nyeri otot hilang pakaian yang tipis dan mudah menyerap 3. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
keringat. tipis mudah menyerap keringat dan tidak
4. Observasi intake dan output, tanda vital merangsang peningkatan suhu tubuh.
(suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam 4. Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
sekali atau lebih sering. mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan
dan pemberian obat sesuai program. untuk mengetahui keadaan umum klien.
5. Pemberian cairan sangat penting bagi klien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh klien.
2. Defisit volume cairan Anak tidak mengalami defisit 1. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering. 1. Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi
berhubungan dengan volume cairan. 2. Observasi capillary Refill. cairan intravaskuler.
pindahnya cairan Kriteria Hasil: 3. Observasi intake dan output. Catat warna 2. Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
intravaskuler ke urine/ konsentrasi, BJ. 3. Penurunan haluaran urine pekat dengan
1. Input dan output
ekstravaskuler. 4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari peningkatan BJ diduga dehidrasi.
seimbang
(sesuai toleransi). 4. Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh
2. Vital sign dalam batas 5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. peroral.
normal 5. Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh,
3. Tidak ada tanda untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
presyok
4. Akral hangat
5. Capilarry refill < 3
detik
3. Resiko Syok Tidak terjadi syok 1. Monitor keadaan umum klien. 1. Untuk memonitor kondisi klien selama
hypovolemik hipovolemik pada anak. 2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau perawatan terutama saat terdi perdarahan.
berhubungan dengan Kriteria Hasil: lebih. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
perdarahan yang Tanda vital dalam batas presyok/ syok.
3. Jelaskan pada klien dan keluarga tanda
berlebihan, pindahnya normal. 2. Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign
perdarahan, dan segera laporkan jika
cairan intravaskuler ke untuk memastikan tidak terjadi presyok/ syok.
terjadi perdarahan.
ekstravaskuler. 3. Dengan melibatkan psien dan keluarga maka
4. Kolaborasi : Pemberian cairan tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui
intravena. dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera

5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, diberikan.


4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
trombo.
kehilangan cairan tubuh secara hebat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
darah yang dialami klien dan untuk acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
4. Resiko gangguan Tidak terjadi gangguan 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan 1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga
pemenuhan kebutuhan kebutuhan nutrisi pada anak. yang disukai. kemungkinan intervensi.
nutrisi kurang dari Kriteria Hasil: 2. Observasi dan catat masukan makanan 2. Mengawasi masukan kalori/kualitas
kebutuhan tubuh klien. kekurangan konsumsi makanan.
1. Tidak ada tanda-tanda
berhubungan dengan 3. Timbang BB tiap hari (bila 3. Mengawasi penurunan BB/ mengawasi
malnutrisi
intake nutrisi yang memungkinkan). efektifitas intervensi.
tidak adekuat akibat 2. Menunjukkan berat 4. Berikan makanan sedikit namun sering dan 4. Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan
mual dan nafsu makan badan yang seimbang. atau makan diantara waktu makan. dan meningkatkan masukan juga mencegah
yang menurun. 5. Berikan dan Bantu oral hygiene. distensi gaster.
6. Hindari makanan yang merangsang dan 5. Meningkatkan nafsu makan dan masukan
mengandung gas. peroral.
6. Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
5. Resiko terjadi Tidak terjadi perdarahan pada 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit 1. Penurunan trombosit merupakan tanda adanya
perdarahan anak. yang disertai tanda klinis. kebocoran pembuluh darah yang pada tahap
berhubungan dengan Kriteria Hasil: 2. Monitor trombosit setiap hari. tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis
penurunan factor- 3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat seperti epistaksis, ptike.
1. TD 100/60 mmHg, N:
faktor pembekuan (bedrest). 2. Dengan trombosit yang dipantau setiap hari,
80-100x/menit reguler,
darah (trombositopen) 4. Berikan penjelasan kepada klien dan dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh
pulsasi kuat. keluarga untuk melaporkan jika ada tanda darah dan kemungkinan perdarahan yang
2. Tidak ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, dialami klien.
perdarahan lebih epistaksis. 3. Aktifitas klien yang tidak terkontrol dapat
lanjut, trombosit 5. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan menyebabkan terjadinya perdarahan.
meningkat. sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan 4. Keterlibatan klien dan keluarga dapat
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap membantu untuk penaganan dini bila terjadi
selesai ambil darah. perdarahan.
5. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI


M, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Soegijarto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak (diagnosa dan penatalaksanaan).
Jakarta : Salemba Medika
Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue : edisi ke-2. Surabaya :
Aerlangga

Anda mungkin juga menyukai