Anda di halaman 1dari 20

A.

MCB

MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah saklar atau perangkat elektromekanis


yang berfungsi sebagai pelindung rangkaian instalasi listrik dari arus lebih (over
current). Terjadinya arus lebih ini, mungkin disebabkan oleh beberapa gejala,
seperti: hubung singkat (short circuit) dan beban lebih (overload). MCB
sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan sekring (fuse), yaitu akan
memutus aliran arus listrik circuit ketika terjadi gangguan arus lebih. Yang
membedakan keduanya adalah saat terjadi gangguan, MCB akan trip dan ketika
rangkaian sudah normal, MCB bisa di ON-kan lagi (reset) secara manual,
sedangkan fuse akan terputus dan tidak bisa digunakan lagi. MCB biasa
diaplikasikan atau digunakan pada instalasi rumah tinggal, pada instalasi
penerangan, pada instalasi motor listrik di industri dan lain sebagainya.

Prinsip kerja MCB sangat sederhana, ketika ada arus lebih maka arus lebih
tersebut akan menghasilkan panas pada bimetal, saat terkena panas bimetal akan
melengkung sehingga memutuskan kontak MCB (Trip). Selain bimetal, pada
MCB biasanya juga terdapat solenoid yang akan mengtripkan MCB ketika terjadi
grounding (ground fault) atau hubung singkat (short circuit).

Namun penting juga untuk di ingat, bahwa MCB juga bisa trip dengan panas
(over heating) yang diakibatkan karena kesalahan desain/perencanaan instalasi,
seperti ukuran kabel yang terlalu kecil untuk digunakan dalam arus yang tinggi,
sehingga menghasilkan panas, yang lama-kelamaan akan melekungkan bimetal
dan mengtripkan MCB. Oleh karena itu penggunaan kabel instalasi juga harus
memperhatikan standar maksimum arus (A) kabel yang akan digunakan, dan arus
kabel tersebut tidak boleh lebih kecil dari arus maksimum rangkaian/circuit.

Menurut karakteristik Tripnya, ada tiga tipe utama dari MCB, yaitu: tipe B,
tipe C, dan tipe D yang didefinisikan dalam IEC 60898.
1. MCB Tipe B, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih
besar 3 sampai 5 kali dari arus maksimum atau arus nominal MCB. MCB
tipe B merupakan karateristik trip tipe standar yang biasa digunakan pada
bangunan domestik.

2. MCB Tipe C, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih
besar 5 sampai 10 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini
akan menguntungkan bila digunakan pada peralatan listrik dengan arus
yang lebih tinggi, seperti lampu, motor dan lain sebagainya.

3. MCB tipe D, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih
besar 8 sampai 12 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D
merupakan karakteristik trip yang biasa digunakan pada peralatan listrik
yang dapat menghasilkan lonjakan arus kuat seperti, transformator, dan
kapasitor.
Pada dasarnya pemutusan aliran listrik yang dilakukan oleh MCB berasal dari dua
prinsip, yakni prinsip panas dan prinsip elektromagnetik. Prinsip panas digunakan
saat MCB memutuskan arus karena beban lebih sedangkan prinsip
elektromagnetik digunakan saat MCB mendeteksi adanya hubung singkat.

1. Pemutusan MCB karena Elektromagnetik


Pemutusan dilakukan oleh koil yang terinduksi dan mempunyai medan magnet.
Akibatnya poros yang terdapat didekatnya akan tertarik dan menjalankan tuas
pemutus. Pada saat MCB bekerja karena hubung singkat (konsleting) akan
terdapat panas yang sangat tinggi, MCB dilengkapi dengan pemadam busur api
untuk meredam panas tersebut.

2. Pemutusan MCB karena panas


Pemutusan dilakukan karena terdapat beban lebih. Karena beban lebih maka akan
menimbulkan panas. Panas ini akan membuat bimetal melengkung dan
mendorong tuas pemutus akibatnya MCB akan trip (memutuskan arus).

Tidak sampai disitu manfaat dari menggunakan MCB masih terdapat banyak lagi.
Hal lain yang bisa didapatkan dari menggunakan MCB adalah apabila sudah trip
(putus) masih bisa digunakan lagi. MCB layaknya sakelar, saat dalam posisi Off
kita masih bisa merubah posisinya menjadi ON kembali.

B. Timer (TDR = Time Delay Relay)

TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relay penunda
batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang
membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis.
Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain,
contohnya dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay, dan lain-
lain.
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan
yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup atau
mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay
waktu tertentu.

Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja
menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik.
Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor
mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan memarik serta
menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian
R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi
penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur
berdasarkan besarnya pengisisan kapasitor.
Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian
outputnya sebagai kontak NO atau NC.
Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah
mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan
mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Pada umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan
kaki coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8
kaki yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan
berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3.
Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki
tersebut akan berbeda tergantung dari jenis relay timernya.
C. Contactor

Contactor merupakan komponen listrik yang berfungsi untuk menyambungkan


atau memutuskan arus listrik AC. Contactor atau sering juga disebut dengan
istilah relay contactor dapat kita temui pada panel kontrol listrik. Pada panel
listrik contactor sering digunakan sebagai selektor atau saklar transfer dan
interlock pada sistem ATS. Berikut adalah bentuk contactor yang dapat kita temui.

Prinsip kerja contactor sama seperti relay, dalam contactor terdapat beberapa
saklar yang dikendalikan secara elektromagnetik. Pada suatu contactor terdapat
beberpa saklar dengan jenis NO (Normaly Open) dan NC (Normaly Close) dan
sebuah kumparan atau coil elektromagnetik untuk mengendalikan saklar tersebut.
Apabila coil elektromagnetik contactor diberikan sumber tegangan listrik AC
maka saklar pada contactor akan terhubung, atau berubah kondisinya, yang
semula FF menjadi ON dan sebaliknya yang awalnya ON menjadi OFF. Untuk
memahami prinsip kerja contactor dapat dilihat dari gambar skema
contactor berikut.
Pada saat teminal A1 dan A2 diberikan sumber tegangan maka coil akan menari
tuas saklar pada contactor, setiap saklar dengan tipe NO (03 04, 13 14, 23 24)
akan berubah menjadi ON dan setiap saklar tipe NC (31 32, 41 42) akan berubah
menjadi OFF. Saklar contactor tipe NO pada umumnya memiliki kapasitar
mengalirkan arus yang lebih besar daripada saklar tipe NC contactor.

Jenis-Jenis Contactor

Contactor yang beredar dipasaran pada umumnya dibedakan berdasarkan


kemapuanya dalam mengontrol tegangan listrik AC. Di pasaran contacctor
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :

 Contactor 1 Phase

 Contactor 3 phase

Contactor 1 phase digunakan untuk mengontrol arus listrik AC 1 phase,


sedangkan contactor 3 phase digunakan untuk mengontrol aliran listrik AC 3
phase. Pada contactor 1 phase minimal terdapat 2 saklar utama, sedangkan pada
contactor 3 phase minimal terdiri dari 3 saklar utama.

Aksesoris Contactor

Contactor untuk keperluan khusus pada umumnya dilengkapi dengan beberapa


aksesoris tambahan yang berfungsi untuk memaksimalkan kerja dari contactor
tersebut. Beberpa bentuk aksesoris pada contactor adalah :

 Thermal Switch

 Timer Switch

 Interlock Switch

 Latch Block

 Transient Voltage Block


Thermal switch pada contactor berfungsi sebagai pengaman contactor dari
temperature yang berlebih, thermal switch ini akan aktif dan
mematikan kontaktor apabila suhu pada contactor melebihi batas minimal
temperature yang diseting.

Timer switch berfungsi untuk mengontrol waktu ON suatu contactor. Timer


switch pada contactor ini dapat diseting sesuai kebutuhan, sehingga periode ON
suatu contactor dapat ditentukan secara manual menggunakan timer switch
tersebut.

Interlock switch pada contactor pada umumnya digunakan untuk melengkapi


contactor pada saat digunakan pada sistem ATS (Automatic Transfer Switch)
yang sering digunakan untuk memeindahkan sumber daya listrik komersial dan
Genset secara otomatis.

Latch Block berfungsi untuk mengunci status contactor, dapat digunakan untuk
mengunci agar selalu ON dan sebaliknya tergantung dari seting yang dilakukan
terhadap contactor tersebut.

Transient voltage block berfungsi untuk menahan tegangan transient akibat


aktivasi kumparan atau tegangan induksi disekitar contactor agar tidak
mempengaruhi kinerja contactor.

Aplikasi Contactor

Contactor dapat kita temui dalam beberapa aplikasi berikut.

 Kontrol Lighting, pada sistem lighting daya besar seperti yang digunakan
pada konser music atau sistem penerangan stadion olah raga dengan lampu
daya besar selalu menggunakan contactor sebagai komponen penghubung
atau pemutus arus listrik ke lampu lighting tersebut.

 Kontrol motor listrik, motor listrik 3 phase daya besar seperti yang
digunakan dalam dunia industri membutuhkan kontactor sebagai
komponen penghubung atau pemutus arus listrik ke motor tersebut. Fungsi
contactor sebagai kontrol pada motor listrik ini sering disebut dengan
istilah magnetic starter.

 Transfer switch, transfer switch merupakan sistem pada ATS.Bagian ini


selalu menggunakan kontaktor karena diperlukan kapasitas kontrol daya
besar dan kecepatan transfer yang cepat yang dimiliki contactor.

D. Push Button

Push Button adalah saklar tekan yang berfungsi sebagai pemutus atau
penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban listrik.
Suatu sistem saklar tekan push button terdiri dari saklar tekan start, stop reset dan
saklar tekan untuk emergency.
Push button memiliki kontak NC (normally close) dan NO (normally open).

Prinsip kerja Push Button adalah apabila dalam keadaan normal tidak ditekan
maka kontak tidak berubah, apabila ditekan maka kontak NC akan berfungsi
sebagai stop (memberhentikan) dan kontak NO akan berfungsi sebagai start
(menjalankan) biasanya digunakan pada sistem pengontrolan motor – motor
induksi untuk menjalankan mematikan motor pada industri – industri.

Push button dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:

a. Tipe Normally Open (NO)


Tombol ini disebut juga dengan tombol start karena kontak akan menutup bila
ditekan dan kembali terbuka bila dilepaskan. Bila tombol ditekan maka kontak
bergerak akan menyentuh kontak tetap sehingga arus listrik akan mengalir.
b. Tipe Normally Close (NC)
Tombol ini disebut juga dengan tombol stop karena kontak akan membuka bila
ditekan dan kembali tertutup bila dilepaskan. Kontak bergerak akan lepas dari
kontak tetap sehingga arus listrik akan terputus.
c. Tipe NC dan NO
Tipe ini kontak memiliki 4 buah terminal baut, sehingga bila tombol tidak ditekan
maka sepasang kontak akan NC dan kontak lain akan NO, bila tombol ditekan
maka kontak tertutup akan membuka dan kontak yang membuka akan tertutup

E. TOR (Terminal Overload Relay)

Fungsi dari Overload relays adalah untuk proteksi motor listrik dari beban lebih.
Seperti halnya sekring (fuse) pengaman beban lebih ada yang bekerja cepat dan
ada yang lambat. Sebab waktu motor start arus dapat mencapai 6 kali nominal,
sehingga apabila digunakan pengaman yang bekerja cepat, maka pengamannya
akan putus setiap motor dijalankan.

Overload relay yang berdasarkan pemutus bimetal akan bekerja sesuai dengan
arus yang mengalir, semakin tinggi kenaikan temperatur yang menyebabkan
terjadinya pembengkokan , maka akan terjadi pemutusan arus, sehingga motor
akan berhenti. Jenis pemutus bimetal ada jenis satu phasa dan ada jenis tiga phasa,
tiap phasa terdiri atas bimetal yang terpisah tetapi saling terhubung, berguna untuk
memutuskan semua phasa apabila terjadi kelebihan beban. Pemutus bimetal satu
phasa biasa digunakan untuk pengaman beban lebih pada motor berdaya kecil.
Mekanisme kerja Over load relay: apabila resistance wire dilewati arus lebih besar
dari nominalnya, maka bimetal trip, bagian bawah akan melengkung ke kiri dan
membawa slide ke kiri, gesekan ini akan membawa lengan kontak pada bagian
bawah terdorong ke kiri dan kontak NC (95-96) akan lepas, dan membuat kontak
NO (97-98) akan terhubung.

F. Emergency Light

Sebuah lampu darurat adalah perangkat Lampu yang dilengkapi dengan baterai
yang beralih secara otomatis ketika sebuah bangunan mengalami pemadaman
listrik.

Lampu darurat dengan standar tinggi untuk Pabrik, Bangunan, Hotel ataupun
asrama perguruan tinggi. Kebanyakan Lampu Darurat yang ada di pasaran
bermutu di bawah standard, sehingga cepat rusak setelah beberapa waktu
pemakaian .

Pada setiap model maupun merk mereka menggunakan bermacam-macam


Bohlam/Bulb. Model paling awal adalah bola lampu pijar yang remang bisa
menyalakan daerah selama pemadaman dan mungkin memberikan cahaya yang
cukup untuk memecahkan masalah kegelapan atau mengevakuasi bangunan.

Seiring waktu, pengguna menginginkan cahaya lebih fokus, lebih cerah, dan tahan
lama diperlukan. Lampu emergency sorot darurat modern menyediakan-lumen
tinggi, cahaya lebar cakupan yang dapat menerangi daerah cukup baik. Beberapa
lampu halogen, dan menyediakan sumber cahaya dan intensitas yang sama dengan
yang dari lampu mobil.

Adapun baterai yang dipergunakan saat ini yang dirasakan cukup tangguh adalah
Lead-Acid / asam timbal untuk menyimpan muatan 12-volt .
G. Lampu Indikator

Lampu-lampu indikator merupakan komponen yang digunakan sebagai lampu


tanda. Lampu-lampu tersebut digunakan untuk berbagai keperluan misalnya untuk
lampu indikator pada panel penunjuk fasa R, S dan T atau L1, L2 dan L3. Selain
itu juga lampu indikator digunakan sebagai indikasi bekerjanya suatu sistem
kontrol misalnya lampu indikator merah menyala motor bekerja dan lampu
indikator hijau menyala motor berhenti.

Penggunaan Lampu Indikator pada motor

Menurut gambar rangkaian berikut ini, jika motor di stop, kontak normaly close
kontaktor Mb tertutup, dan lampu indicator warna hijau menyala.
Jika kumparan kontaktor energize, lampu indikator merah menyala
mengindikasikan bahwa motor jalan (berputar). Dalam kondisi ini, kontak Mb
menjadi terbuka, dan lampu indicator hijau padam. Lampu indikator merah
dihubungkan parallel dengan kumparan kontaktor sehingga motor akan berputar
terus jika lampu indikator tersebut terbakar.

Jika terjadi beban lebih, kontak normaly close OL terbuka, motor berhenti dan
lampu indikator merah menyala, kontak Mb terbuka, lampu indikator hijau
menyala dan kontak normaly open OL tertutup, lampu indikator kuning (A)
menyala

H. Relay

Pengertian Relay dan Fungsinya – Relay adalah Saklar (Switch) yang


dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical
(Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil)
dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik
yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi.
Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA
mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.

Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering
ditemukan di Rangkaian Elektronika.

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :

1. Electromagnet (Coil)

2. Armature

3. Switch Contact Point (Saklar)

4. Spring

Berikut ini merupakan gambar dari bagian-bagian Relay :


kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)

 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang
kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke
posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC)
akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya
membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Arti Pole dan Throw pada Relay


Karena Relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan
Throw yang dipakai dalam Saklar juga berlaku pada Relay. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai Istilah Pole and Throw :

 Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay

 Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay
dapat digolongkan menjadi :

 Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4


Terminal, 2 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

 Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5


Terminal, 3 Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.

 Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6


Terminal, diantaranya 4 Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal
Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat
dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.

 Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki


Terminal sebanyak 8 Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2
pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2
Terminal lainnya untuk Coil.

Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-
nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun
4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan
Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay
Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan
Elektronika diantaranya adalah :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay
Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan
dari Signal Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen
lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

I.Terminal

Salah satu bagian yang cukup penting untuk dapat memahami motor starter.
Terminal box adalah “stop kontak” yang bertugas menyambung aliran listrik
dari sumber ke motor.
Dari terminal box, pengaturan starter star atau delta dapat dilakukan.
Pengaturan star atau delta mengacu pada informasi yang tertera pada
nameplate motor.
Terminal box terdapat winding, jika anda sering melihat format U1-V1-W1
dan W2-U2-V2, disinilah tempatnya.
Terminal Box Motor 1 Fasa
J. Kabel

Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel
listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator adalah bahan
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet atau plastik, sedangkan
konduktor terbuat dari serabut tembaga atau tembaga pejal. Kemampuan
hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (kemampuan hantar arus)
yang dimilikinya dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus
ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik.
Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang
diterima dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian dari :

“Ampere x Volt = Watt”

Pada tegangan 220 Volt dan KHA 10 Ampere, sebuah kabel listrik dapat
menyalurkan daya sebesar 220V x 10A = 2200 watt

Jenis-jenis kabel

a. Kabel NYA

Biasanya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam


instalasi rumah digunakan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Berinti tunggal,
berlapis bahan isolasi PVC, dan seringnya untuk instalasi kabel udara. Kode
warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini
umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif murah.
Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan
mudah digigit tikus.

Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit
jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran
gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh
langsung oleh orang.
B. NYY

Memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4.
Kabel NYY dieprgunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki
lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM).
Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.

C. Kabel NYM

Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan sistem tenaga.
Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna
putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan
isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA
(harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan
yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.

Anda mungkin juga menyukai