MCB
Prinsip kerja MCB sangat sederhana, ketika ada arus lebih maka arus lebih
tersebut akan menghasilkan panas pada bimetal, saat terkena panas bimetal akan
melengkung sehingga memutuskan kontak MCB (Trip). Selain bimetal, pada
MCB biasanya juga terdapat solenoid yang akan mengtripkan MCB ketika terjadi
grounding (ground fault) atau hubung singkat (short circuit).
Namun penting juga untuk di ingat, bahwa MCB juga bisa trip dengan panas
(over heating) yang diakibatkan karena kesalahan desain/perencanaan instalasi,
seperti ukuran kabel yang terlalu kecil untuk digunakan dalam arus yang tinggi,
sehingga menghasilkan panas, yang lama-kelamaan akan melekungkan bimetal
dan mengtripkan MCB. Oleh karena itu penggunaan kabel instalasi juga harus
memperhatikan standar maksimum arus (A) kabel yang akan digunakan, dan arus
kabel tersebut tidak boleh lebih kecil dari arus maksimum rangkaian/circuit.
Menurut karakteristik Tripnya, ada tiga tipe utama dari MCB, yaitu: tipe B,
tipe C, dan tipe D yang didefinisikan dalam IEC 60898.
1. MCB Tipe B, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih
besar 3 sampai 5 kali dari arus maksimum atau arus nominal MCB. MCB
tipe B merupakan karateristik trip tipe standar yang biasa digunakan pada
bangunan domestik.
2. MCB Tipe C, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih
besar 5 sampai 10 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini
akan menguntungkan bila digunakan pada peralatan listrik dengan arus
yang lebih tinggi, seperti lampu, motor dan lain sebagainya.
3. MCB tipe D, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih
besar 8 sampai 12 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D
merupakan karakteristik trip yang biasa digunakan pada peralatan listrik
yang dapat menghasilkan lonjakan arus kuat seperti, transformator, dan
kapasitor.
Pada dasarnya pemutusan aliran listrik yang dilakukan oleh MCB berasal dari dua
prinsip, yakni prinsip panas dan prinsip elektromagnetik. Prinsip panas digunakan
saat MCB memutuskan arus karena beban lebih sedangkan prinsip
elektromagnetik digunakan saat MCB mendeteksi adanya hubung singkat.
Tidak sampai disitu manfaat dari menggunakan MCB masih terdapat banyak lagi.
Hal lain yang bisa didapatkan dari menggunakan MCB adalah apabila sudah trip
(putus) masih bisa digunakan lagi. MCB layaknya sakelar, saat dalam posisi Off
kita masih bisa merubah posisinya menjadi ON kembali.
TDR (Time Delay Relay) sering disebut juga relay timer atau relay penunda
batas waktu banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang
membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis.
Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain,
contohnya dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay, dan lain-
lain.
Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan
yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup atau
mati dari kontaktor atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay
waktu tertentu.
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja
menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik.
Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor
mendapat tegangan AC sehingga memutar gigi mekanis dan memarik serta
menutup kontak secara mekanis dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan relay yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian
R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi
penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur
berdasarkan besarnya pengisisan kapasitor.
Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan bagian
outputnya sebagai kontak NO atau NC.
Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah
mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan
mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO.
Pada umumnya timer memiliki 8 buah kaki yang 2 diantaranya merupakan
kaki coil sebagai contoh pada gambar di atas adalah TDR type H3BA dengan 8
kaki yaitu kaki 2 dan 7 adalah kaki coil, sedangkan kaki yang lain akan
berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3.
Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki
tersebut akan berbeda tergantung dari jenis relay timernya.
C. Contactor
Prinsip kerja contactor sama seperti relay, dalam contactor terdapat beberapa
saklar yang dikendalikan secara elektromagnetik. Pada suatu contactor terdapat
beberpa saklar dengan jenis NO (Normaly Open) dan NC (Normaly Close) dan
sebuah kumparan atau coil elektromagnetik untuk mengendalikan saklar tersebut.
Apabila coil elektromagnetik contactor diberikan sumber tegangan listrik AC
maka saklar pada contactor akan terhubung, atau berubah kondisinya, yang
semula FF menjadi ON dan sebaliknya yang awalnya ON menjadi OFF. Untuk
memahami prinsip kerja contactor dapat dilihat dari gambar skema
contactor berikut.
Pada saat teminal A1 dan A2 diberikan sumber tegangan maka coil akan menari
tuas saklar pada contactor, setiap saklar dengan tipe NO (03 04, 13 14, 23 24)
akan berubah menjadi ON dan setiap saklar tipe NC (31 32, 41 42) akan berubah
menjadi OFF. Saklar contactor tipe NO pada umumnya memiliki kapasitar
mengalirkan arus yang lebih besar daripada saklar tipe NC contactor.
Jenis-Jenis Contactor
Contactor 1 Phase
Contactor 3 phase
Aksesoris Contactor
Thermal Switch
Timer Switch
Interlock Switch
Latch Block
Latch Block berfungsi untuk mengunci status contactor, dapat digunakan untuk
mengunci agar selalu ON dan sebaliknya tergantung dari seting yang dilakukan
terhadap contactor tersebut.
Aplikasi Contactor
Kontrol Lighting, pada sistem lighting daya besar seperti yang digunakan
pada konser music atau sistem penerangan stadion olah raga dengan lampu
daya besar selalu menggunakan contactor sebagai komponen penghubung
atau pemutus arus listrik ke lampu lighting tersebut.
Kontrol motor listrik, motor listrik 3 phase daya besar seperti yang
digunakan dalam dunia industri membutuhkan kontactor sebagai
komponen penghubung atau pemutus arus listrik ke motor tersebut. Fungsi
contactor sebagai kontrol pada motor listrik ini sering disebut dengan
istilah magnetic starter.
D. Push Button
Push Button adalah saklar tekan yang berfungsi sebagai pemutus atau
penyambung arus listrik dari sumber arus ke beban listrik.
Suatu sistem saklar tekan push button terdiri dari saklar tekan start, stop reset dan
saklar tekan untuk emergency.
Push button memiliki kontak NC (normally close) dan NO (normally open).
Prinsip kerja Push Button adalah apabila dalam keadaan normal tidak ditekan
maka kontak tidak berubah, apabila ditekan maka kontak NC akan berfungsi
sebagai stop (memberhentikan) dan kontak NO akan berfungsi sebagai start
(menjalankan) biasanya digunakan pada sistem pengontrolan motor – motor
induksi untuk menjalankan mematikan motor pada industri – industri.
Fungsi dari Overload relays adalah untuk proteksi motor listrik dari beban lebih.
Seperti halnya sekring (fuse) pengaman beban lebih ada yang bekerja cepat dan
ada yang lambat. Sebab waktu motor start arus dapat mencapai 6 kali nominal,
sehingga apabila digunakan pengaman yang bekerja cepat, maka pengamannya
akan putus setiap motor dijalankan.
Overload relay yang berdasarkan pemutus bimetal akan bekerja sesuai dengan
arus yang mengalir, semakin tinggi kenaikan temperatur yang menyebabkan
terjadinya pembengkokan , maka akan terjadi pemutusan arus, sehingga motor
akan berhenti. Jenis pemutus bimetal ada jenis satu phasa dan ada jenis tiga phasa,
tiap phasa terdiri atas bimetal yang terpisah tetapi saling terhubung, berguna untuk
memutuskan semua phasa apabila terjadi kelebihan beban. Pemutus bimetal satu
phasa biasa digunakan untuk pengaman beban lebih pada motor berdaya kecil.
Mekanisme kerja Over load relay: apabila resistance wire dilewati arus lebih besar
dari nominalnya, maka bimetal trip, bagian bawah akan melengkung ke kiri dan
membawa slide ke kiri, gesekan ini akan membawa lengan kontak pada bagian
bawah terdorong ke kiri dan kontak NC (95-96) akan lepas, dan membuat kontak
NO (97-98) akan terhubung.
F. Emergency Light
Sebuah lampu darurat adalah perangkat Lampu yang dilengkapi dengan baterai
yang beralih secara otomatis ketika sebuah bangunan mengalami pemadaman
listrik.
Lampu darurat dengan standar tinggi untuk Pabrik, Bangunan, Hotel ataupun
asrama perguruan tinggi. Kebanyakan Lampu Darurat yang ada di pasaran
bermutu di bawah standard, sehingga cepat rusak setelah beberapa waktu
pemakaian .
Seiring waktu, pengguna menginginkan cahaya lebih fokus, lebih cerah, dan tahan
lama diperlukan. Lampu emergency sorot darurat modern menyediakan-lumen
tinggi, cahaya lebar cakupan yang dapat menerangi daerah cukup baik. Beberapa
lampu halogen, dan menyediakan sumber cahaya dan intensitas yang sama dengan
yang dari lampu mobil.
Adapun baterai yang dipergunakan saat ini yang dirasakan cukup tangguh adalah
Lead-Acid / asam timbal untuk menyimpan muatan 12-volt .
G. Lampu Indikator
Menurut gambar rangkaian berikut ini, jika motor di stop, kontak normaly close
kontaktor Mb tertutup, dan lampu indicator warna hijau menyala.
Jika kumparan kontaktor energize, lampu indikator merah menyala
mengindikasikan bahwa motor jalan (berputar). Dalam kondisi ini, kontak Mb
menjadi terbuka, dan lampu indicator hijau padam. Lampu indikator merah
dihubungkan parallel dengan kumparan kontaktor sehingga motor akan berputar
terus jika lampu indikator tersebut terbakar.
Jika terjadi beban lebih, kontak normaly close OL terbuka, motor berhenti dan
lampu indikator merah menyala, kontak Mb terbuka, lampu indikator hijau
menyala dan kontak normaly open OL tertutup, lampu indikator kuning (A)
menyala
H. Relay
Dibawah ini adalah gambar bentuk Relay dan Simbol Relay yang sering
ditemukan di Rangkaian Elektronika.
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
4. Spring
Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi CLOSE (tertutup)
Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu
berada di posisi OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila
Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang
kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke
posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik
di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC)
akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh
Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya
membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay
dapat digolongkan menjadi :
Selain Golongan Relay diatas, terdapat juga Relay-relay yang Pole dan Throw-
nya melebihi dari 2 (dua). Misalnya 3PDT (Triple Pole Double Throw) ataupun
4PDT (Four Pole Double Throw) dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan
Throw, silakan lihat gambar dibawah ini :
Fungsi-fungsi dan Aplikasi Relay
Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan
Elektronika diantaranya adalah :
I.Terminal
Salah satu bagian yang cukup penting untuk dapat memahami motor starter.
Terminal box adalah “stop kontak” yang bertugas menyambung aliran listrik
dari sumber ke motor.
Dari terminal box, pengaturan starter star atau delta dapat dilakukan.
Pengaturan star atau delta mengacu pada informasi yang tertera pada
nameplate motor.
Terminal box terdapat winding, jika anda sering melihat format U1-V1-W1
dan W2-U2-V2, disinilah tempatnya.
Terminal Box Motor 1 Fasa
J. Kabel
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel
listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator adalah bahan
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet atau plastik, sedangkan
konduktor terbuat dari serabut tembaga atau tembaga pejal. Kemampuan
hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (kemampuan hantar arus)
yang dimilikinya dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus
ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik.
Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang
diterima dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian dari :
Pada tegangan 220 Volt dan KHA 10 Ampere, sebuah kabel listrik dapat
menyalurkan daya sebesar 220V x 10A = 2200 watt
Jenis-jenis kabel
a. Kabel NYA
Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit
jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran
gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak tersentuh
langsung oleh orang.
B. NYY
Memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4.
Kabel NYY dieprgunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki
lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM).
Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.
C. Kabel NYM
Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan sistem tenaga.
Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna
putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan
isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA
(harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan
yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.