Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN HASIL PENELITIAN

DOSEN MUDA

STUDI TENTANG PENGETAHUAN TERHADAP NAPZA


PADA REMAJA DI KOTA BANDA ACEH

OLEH

HAIYUN NISA, S.Psi., M.Psi, Psikolog


AFRIANI, S.Psi., M.Sc

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Sesuai Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan
Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2015
Nomor 624/UN11/S/LK-PNBP-2015 Tanggal 02 Juli 2015

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
NOVEMBER 2015
Studi Tentang Pengetahuan Terhadap NAPZA Pada Remaja di Kota Banda Aceh

RINGKASAN

Permasalahan NAPZA yang terjadi di Indonesia khususnya di Aceh semakin pelik. Jumlah
pengguna dan pecandu yang terus meningkat setiap tahunnya menuntut berbagai pihak untuk
dapat melakukan berbagai macam intervensi. Remaja merupakan salah satu komponen yang
terdata mengalami permasalahan narkoba cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan remaja terhadap NAPZA di Kota Banda Aceh. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan sampel remaja berusia 12-19 tahun
berjumlah 300 orang yang dipilih secara accidental. Pengetahuan terhadap NAPZA diukur
dengan menggunakan skala Pengetahuan tentang NAPZA yang diadaptasi dari Chairunnisa
(2010). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa 62,7% remaja memiliki tingkat
pengetahuan terhadap NAPZA dengan kategori baik. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar remaja di Kota Banda Aceh mengenal dan memahami dengan baik istilah
NAPZA, jenis golongan dan cara penggunaan serta bahaya yang ditimbulkan olehnya.
Tingkat pengetahuan remaja diperoleh dari berbagai sumber diantaranya yaitu media, guru
teman dan orangtua. Analisis lanjutan mendapatkan bahwa komunikasi orangtua dan remaja
mengenai NAPZA merupakan faktor yang paling berkontribusi dibanding faktor lainnya
dalam meningkatkan pemahaman remaja tentang NAPZA.

Kata Kunci : pengetahuan terhadap NAPZA, remaja, Banda Aceh


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya
sehingga tim dapat menyusun laporan akhir penelitian yang berjudul “Studi Tentang
Pengetahuan Terhadap NAPZA Pada Remaja di Kota Banda Aceh”. Selama melakukan
penelitian, tim banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini tim menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat:

1. Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. selaku Rektor Universitas Syiah Kuala.
2. Prof. Dr. Ir. H. Hasanuddin, MS selaku Ketua Lembaga Penelitian Unsyiah.
3. DR. dr. Mulyadi, Sp.P(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
4. Dahlia, S.Psi., M.Sc selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga
penelitian ini telah terlaksana dengan baik.
5. Seluruh responden penelitian yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada tim senantiasa mendapat balasan
dari Allah SWT. Akhirnya tim berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak
yang terkait pada khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Atas segala bantuan yang
telah diberikan tim mengucapkan terima kasih. Amin.

Banda Aceh, 27 November 2015

Tim Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................... i

RINGKASAN.......................................................................................... ii
PRAKATA.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................. 1
BAB II. PERUMUSAN MASALAH............................................... 2
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 3
BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN...................... 6
BAB V. METODE PENELITIAN.................................................... 6
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................... 9
BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN............................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16
LAMPIRAN
DRAF NASKAH PUBLIKASI
LAPORAN PENGGUNAAN KEUANGAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Pengguna NAPZA di Indonesia Tahun 2009 sampai 2013 …… 1


Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampel …………………………………………… 7
Tabel 3. Profil Responden Penelitian …………………………………………… 10
Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA . ……………………. 10
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan remaja terhadap NAPZA berdasarkan Jenis
Kelamin ………………………………………………………………… 11
Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA berdasarkan Usia …. 11
Tabel 7. Sumber Informasi Tentang Jensi-Jenis dan Bahaya NAPZA ………… 11
Tabel 8. Hubungan antara Komunikasi Orangtua-Remaja tentang NAPZA,
Usia Remaja, Usia Ayah, Usia Ibu dan Total Pendapatan Keluarga
dengan Tingkat Pengetahuan terhadap NAPZA ……………………… 12
Tabel 9. Faktor yang Berkontribusi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang NAPZA ……………………………………………………….. 12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian ………………………………………... 9


BAB I. PENDAHULUAN

Permasalahan NAPZA merupakan isu yang saat ini menjadi pusat perhatian, khususnya
di Indonesia. Beberapa waktu lalu, beberapa orang narapidana yang terkait kasus narkoba
telah menjalani eksekusi mati yang tentunya menuai banyak pro dan kontra. Penggunaan
NAPZA di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya sebagaimana yang terlihat
pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jumlah Pengguna NAPZA di Indonesia Tahun 2009 sampai 2013


Tahun
Penggolongan
No.
Kasus
2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah

1 Narkotika 11.135 17.834 19.045 18.977 21.119 88.110

2 Psikotropika 8.779 1.181 1.601 1.729 1.612 14.902

3 Bahan Adiktif 10.964 7.5999 9.067 7.917 12.705 48.252


lainnya

Jumlah 30.878 26.614 29.713 28.623 35.436 151.264

Sumber : Badan Narkotika Nasional (BNN), 2014

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah pengguna NAPZA semakin meningkat


setiap tahunnya. Angka jumlah pengguna NAPZA layaknya seperti fenomena gunung es,
yang menunjukkan bahwa sebenarnya masih banyak jumlah pengguna NAPZA yang belum
terdata sehingga menjadi permasalahan yang cukup besar nantinya. Fenomena penggunaan
NAPZA terjadi pada semua lapisan individu, tanpa mengenal usia, latar belakang pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan dan lain sebagainya. Beberapa permasalahan terkait penggunaan
NAPZA kerap terjadi pada kalangan remaja. Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun
2011 merilis data mengenai jumlah pengguna NAPZA yang merupakan remaja sebanyak 22
persen dan ditaksir sudah melebihi dari angka tersebut saat ini, dikarenakan penggunaan
NAPZA menjadi tren di kalangan remaja (Serambi Indonesia online, 2014). Berdasarkan
data yang diperoleh dari BNN menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2013, jumlah
pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba semakin meningkat. Pada
tahun 2010, ada 531 tersangka Narkotika, dan meningkat menjadi 605 pada tahun 2011, 695
tersangka pada tahun 2012 dan 1.121 tersangka pada tahun 2013.

Aceh merupakan provinsi yang menduduki peringkat keempat dari 33 provinsi di


Indonesia terkait permasalahan NAPZA, hal ini menunjukkan bahwa Aceh memerlukan
intervensi yang serius sehingga anak-anak dan remaja Aceh khususnya tidak lagi menjadi
korban keburukan NAPZA. Di provinsi Aceh sendiri, jumlah pengguna berbagai narkotika
mencapai 10 ribu orang pada tahun 2013 (Kemenkokesra, 2013).

Remaja merupakan kelompok yang kerap mengalami berbagai permasalahan dalam


kehidupannya, salah satunya adalah penggunaan NAPZA. Hal ini dapat disebabkan oleh
banyak hal, antara lain perkembangan psikologis remaja yang mengalami hambatan sehingga
mudah terjerumus untuk menggunakan NAPZA, selain itu kurangnya kontrol dari orang tua
juga menyebabkan para remaja menjadi leluasa untuk mencoba NAPZA tanpa mereka
ketahui efek dan kegunaannya. Mudahnya para remaja terjerumus untuk menjadi pengguna
dan pecandu NAPZA tidak hanya dipengaruhi oleh beberapa hal di atas, tetapi permasalahan
pengetahuan tentang NAPZA juga menjadi unsur penting. Beberapa remaja yang menjadi
pecandu NAPZA menyatakan bahwa saat pertama sekali mereka di berikan oleh temannya,
mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah sesuatu yang berbahaya dan akan merugikan
(Komunikasi Pribadi, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa ternyata para remaja tidak
mendapatkan informasi yang cukup mengenai NAPZA, sehingga mereka dengan mudah
dijerumuskan oleh lingkungan sekitarnya.
Pengetahuan terhadap NAPZA merupakan suatu hal penting yang dapat membantu
mengurangi jumlah pengguna dan pecandu NAPZA. Kurangnya pengetahuan tentang
NAPZA inilah yang kemudian dengan mudah menyebabkan para remaja menggunakan
NAPZA. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penelitian ini.

BAB II. PERUMUSAN MASALAH


Semakin maraknya kasus penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja menjadi
perhatian berbagai pihak untuk dapat segera melakukan tindakan baik dari upaya pencegahan
hingga intervensi. Namun, upaya tersebut tidak dapat berjalan secara efektif tanpa
mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor apa yang mempengaruhi keterlibatan remaja dengan
NAPZA. Faktor kontekstual atau lingkungan dimana remaja berinteraksi secara sosial
diindikasikan sebagai faktor utama yang mempengaruhi perilaku penyalahgunaan NAPZA.
Disisi lain, ketidakpahaman atau kurangnya informasi remaja tentang apa itu NAPZA dan
dampak yang ditimbulkannya adalah hal penting pula yang patut diperhatikan dalam
menjelaskan prediktor penyebab munculnya perilaku penyalahgunaan NAPZA. Hal ini
didasarkan pada pemahaman bahwa perilaku yang ditampilkan oleh seseorang tidak terlepas
dari sejauhmana ia memiliki pengetahuan tentang apa dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja di
kota Banda Aceh terhadap NAPZA dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Pengetahuan
terhadap NAPZA merupakan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu yang dapat
memengaruhi persepsinya terhadap NAPZA. Penelitian ini dilakukan pada remaja di kota
Banda Aceh.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengetahuan Terhadap NAPZA
Dalam proses menjalani kehidupan, sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh individu
berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimilikinya (Azwar, 2003). Pengetahuan adalah
sebuah konsep yang tidak dapat diamati secara langsung seperti halnya perilaku (Hunt, 2003).
Menurut Hunt dan Ellis (2004) pengetahuan merupakan suatu informasi tentang suatu hal
yang bersifat abstrak dan diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Secara lebih khusus,
Bloom (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai proses kognitif yang
melibatkan ingatan mengenai hal-hal yang telah dipelajari oleh seorang individu yang
mengacu pada kemampuan mengenali, mendeskripsikan, menamakan, menguraikan, dan
mencocokkan segala hal yang berkaitan dengan informasi tersebut.

Pengetahuan terhadap NAPZA dapat didefinisikan dengan terlebih dahulu melihat arti
dari NAPZA itu sendiri. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat
Aditif lainnya. Sebagaimana yang tertera pada UU No. 22 Tahun 1997 NAPZA didefinisikan
sebagai berikut:
“Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku. Zat adikitif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan
psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan
ketergantungan”.

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakai, NAPZA dapat dibedakan


menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah Hallusinogen yaitu jenis Narkoba yang
menstimuli kerja saraf sehingga menimbulkan efek halusinasi yang menyebabkan perubahan
perasaan, pikiran dan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan kedua adalah Depressants (downer) yang bekerja dengan menekan sistem kerja
saraf yang dapat memberikan efek tenang pada penggunanya, contohnya adalah ganja,
valium, heroin. Golongan ketiga yaitu Stimulant (upper) bekerja dengan merangsang fungsi
tubuh dan kegairahan terhadap penggunanya sehingga menjadi lebih aktif dan bersemangat,
ekstasi, kokain dan amphetamine termasuk dalam golongan ini (Badan Narkotika Nasional,
2014). Pada dasarnya penyalahgunaan NAPZA memberikan dampak buruk terhadap kondisi
fisik individu. seperti kerusakan otak, gangguan hati, ginjal, paru-paru, penurunan fungsi
pada sistem indra dan penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik. Disisi lain secara
pikologis individu akan mengalami kelabilan emosi, depresi, euphoria, kehilangan kendali
diri hingga gangguan jiwa (Yuen & Mineta, 2003). Terjadinya kerusakan dan perubahan
sikap dari individu pengguna NAPZA ini akan membahayakan diri dan lingkungannya.

Beradasarkan definisi pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan uraian


mengenai NAPZA, maka pengetahuan mengenai NAPZA dapat diartikan sebagai proses
kognitif untuk mengingat kembali dari apa yang telah dipelajari mengenai NAPZA dengan
mengenali, mendeskripsikan, menamakan, menguraikan, dan mencocokkan jenis golongan
NAPZA dan konsekuensi yang ditimbulkan dari penggunaan zat tersebut terhadap individu
yang mengkonsumsinya

B. Remaja dan NAPZA


Masa remaja merupakan transisi dari anak-anak menuju dewasa yang berkisar dari usia
12 hingga 18 tahun. Pada masa ini, remaja tidak hanya mengalami perubahan besar secara
fisik namun juga kognitif, emosi dan psikososial. Pembentukan identitas diri yang jelas dan
stabil merupakan tugas perkembangan utama yang harus dicapai oleh remaja pada masa ini
dimana sangat dipengaruhi oleh orang-orang terdekat dan lingkungan sekitarnya. Remaja
yang memiliki hubungan positif dengan orangtua, teman, sekolah dan komunitas akan
tumbuh dan berkembang secara optimal dan mampu mencapai tugas perkembangan dengan
baik (Papalia, Old & Fedldman, 2009).

Dalam upaya pembentukan identitas diri ini, tidak sedikit remaja terjerumus ke dalam
perilaku negatif. Hal ini tampak pada kenyataan dilapangan dengan semakin maraknya kasus
berisiko dikalangan remaja khususnya penyalahgunaan NAPZA. Para ahli perkembangan
mengemukakan beberapa pemicu yang menyebabkan remaja dapat terjebak dalam
penyalahgunaan narkoba diantaranya yaitu tekanan dari teman sebaya, konformitas
kelompok, rasa penasaran, ungkapan ketidakpuasan dengan aturan bahkan bentuk pelarian
diri dari ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Hal ini
menggambarkan bahwa memasuki usia remaja, seorang anak sangat rentan dengan perilaku-
perilaku negatif karena ketidaktahuan ataupun rendahnya keterampilan sosial yang mereka
miliki (Rice & Dolgin, 2008).

C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Remaja terhadap Penggunaan NAPZA


Dalam teori bio-ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (1979),
perkembangan kognitif, afektif dan perilaku individu tidak terlepas dari pengaruh
kontekstual. Pengaruh kontekstual merupakan suatu sistem yang berlapis dimulai dari diri
individu itu sendiri berupa karakteristik yang dibawa secara genetik (usia, jenis kelamin),
kemudian sistem yang terdekat atau berhubungan langsung dengan individu disebut sebagai
mikrosistem (keluarga, teman sebaya dan sekolah), interaksi antara lingkungan mikrosistem
(mesositem) seperti hubungan antara orangtua dengan guru disekolah anak, eksosistem yaitu
lingkungan yang tidak berhubungan langsung dengan individu (kebijakan perusahaan tempat
orangtua bekerja memengaruhi kuantitas pertemuan dengan anak) hingga lingkungan terbesar
atau makrosistem seperti budaya, agama dan sistem ekonomi/politik. Setiap sistem
memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan individu baik secara langsung ataupun
tidak langsung.

Sejauhmana pengetahuan dan perilaku remaja terhadap NAPZA juga tidak terlepas dari
pengaruh konteksual. Lingkungan terdekat remaja yaitu orangtua sangat besar perannya
terhadap perkembangan kognisi remaja terhadap hal-hal apa yang dipelajarinya dalam
lingkungan termasuk perilaku beresiko (Williams, Burton, & Warzinski, 2012). Mallick
(2012) menemukan bahwa komunikasi efektif antara orangtua dan remaja menjadi faktor
protektif untuk mencegah keterlibatan remaja dengan Narkoba. Hubungan ini diperantarai
oleh pengetahuan yang diterima remaja melalui komunikasi tentang Narkoba dari orangtua.
Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, Branstetter dan Furman (2013) juga
menyimpulkan bahwa remaja dengan orangtua yang senantiasa terbuka, memberikan
dukungan, penuh kehangatan dan pola komunikasi yang positif berkorelasi dengan rendahnya
penggunaan NAPZA.

Selain itu, beberapa penelitian lain (Friestad et al., 2003; Goodman & Huang, 2003;
Goodman & Huang, 2002) menemukan bahwa usia remaja awal dan latar belakang status
sosial ekonomi keluarga yang rendah berkaitan dengan tingginya kasus penyalahgunaan
NAPZA. Namun, Humensky (2010) dalam penelitiannya mendapatkan semakin bertambah
usia remaja dan semakin tinggi pendidikan serta pendapatan orangtua juga diikuti dengan
semakin tingginya frekuensi remaja dalam menggunakan NAPZA. Perbedaan hasil penelitian
terdahulu menunjukkan variasi arah hubungan antara usia dan status sosial ekonomi terhadap
penggunaan NAPZA namun signifikansi hubungan antara kedua faktor tersebut semakin
menguatkan peran kontekstual terhadap penggunaan NAPZA.

Literatur menunjukkan bahwa peran orangtua dan karakteristik remaja berkorelasi


dengan pengetahuan dan keterlibatan remaja pada NAPZA. Keputusan remaja untuk tidak
terlibat dengan NAPZA berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya tentang apa dan
konsekuensi yang ditimbulkan (Macaulay, Griffin, Gronewold, Williams & Botvin, 2005).
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini tidak hanya melihat tingkat pengetahuan remaja
terhadap NAPZA melainkan juga mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
pengetahuan remaja tentang NAPZA yaitu komunikasi orangtua dan remaja mengenai
NAPZA, usia remaja dan orang tua serta pendapatan keluarga.

BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Mengetahui deskripsi tingkat pengetahuan remaja terhadap NAPZA di kota Banda
Aceh.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingkat pengetahuan remaja
terhadap NAPZA yang meliputi komunikasi orangtua-remaja tentang NAPZA, usia
remaja usia dan pendapatan keluarga.

BAB V. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian relasional dengan pendekatan cross sectional study
yaitu suatu cara pengumpulan data melalui pemberian angket dan pengukuran variabel yang
dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2005).

B. Teknik pengambilan Sampel


Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja di kota Banda Aceh dengan karakteristik
berusia 12 hingga 19 tahun, sedang menempuh pendidikan sekolah menengah dan
berdomisili di Banda Aceh. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan non-
probablity sampling secara accidental yaitu prosedur pemilihan sampel berdasarkan
kemudahan untuk dijumpai dan diakses oleh peneliti. Accidental sampling juga diartikan
dengan pemilihan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu setiap remaja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila remaja tersebut memenuhi
karakteristik yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, jumlah sampel ditentukan
berdasarkan total populasi remaja di kota Banda Aceh yang berjumlah 39.772 orang (Badan
Pusat Statistik, 2012). Beradasarkan jumlah populasi yang tersedia, maka jumlah sampel
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (Creative Research System, 2003) dibawah ini:

Z2* (p) * (1-p)


Ss =
c2
Keterangan:
Z = Skor Z (contoh. 1.96 untuk confidence level 95%)

p = persentase yang dipilih dalam bentuk desimal

c = confidence interval, dalam bentuk desimal


(contoh .05).

Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan jumlah sampel yang diperlukan dalam


penelitian.
Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampel
Penentuan Jumlah Sampel
Confidence Level 95%
Confidence Interval 5
Populasi >10000
Sampel yang diperlukan 280

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel menggunakan online survey system sebagaimana


yang terlihat pada tabel diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 280
orang. Untuk menghindari adanya responden yang tidak mengisi dengan lengkap sehingga
data digugurkan maka total sampel dilebihkan menjadi 300 orang. Responden yang terpilih
dalam penelitian ini tersebar diberbagai sekolah menengah pertama dan atas di kota Banda
Aceh yang ditemui saat jam pulang sekolah dan beberapa lainnya ditaman kota saat akhir
pekan.

C. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala psikologis yaitu skala
pengetahuan NAPZA dan komunikasi orangtua dan remaja tentang NAPZA. Skala
pengetahuan tentang Narkoba diadaptasi dari penelitian Chairunnisa (2010) yang terdiri dari
17 aitem mencakup definisi, jenis dan cara penggunaan serta konsekuensi dari penggunaan
NAPZA. Sementara itu, skala komunikasi orangtua dan remaja tentang NAPZA disusun oleh
peneliti berdasarkan teori komunikasi interpersonal oleh Devito (1995) yang terdiri dari 6
aitem berdasarkan 5 aspek komunikasi yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif
dan kesetaraan. Skala ini bertujuan untuk mengukur sejauhmana orangtua
mengkomunikasikan kepada remaja mengenai informasi mengenai NAPZA. Uji reliabilitas
dan validitas kedua skala tersebut menunjukkan hasil yang baik dimana ...

D. Analisis data
Data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi dan diolah dengan bantuan software
SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18. Pengolahan data meliputi analisis
deskriptif dengan mendapatkan nilai mean, median, standar deviasi, frekuensi dan persentase
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang NAPZA. Sementara itu
untuk mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap pengetahuan remaja tentang NAPZA
akan dianalisis dengan menggunakan Multiple Regression yang sebelumnya dilakukan uji
asumsi terlebih dahulu meliputi uji normalitas dan linieritas.

E. Alur Penelitian
Berikut alur penelitian dari awal identifikasi permasalahan hingga penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian sebagaimana yang terlihat pada skema 1 berikut:
Identifikasi Masalah

Tinjauan Pustaka

Persiapan Alat Ukur

Penentuan Responden Penelitian

Informed Consent dan Penjelasan


Penelitian

Pengumpulan Data

Analisa Data

Kesimpulan Penelitian

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Deskripsi Profil Responden Penelitian
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari profil diri yaitu usia dan jenis
kelamin responden, dan keluarga yang mencakup usia dan pendidikan orangtua serta
pendapatan keluarga. Sebagaimana yang terlihat pada tabel 3, sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan (57.3%), berusia 14-15 tahun (37.7%) dan 16-17 tahun (46.7%).
Sementara itu, dilihat dari profil keluarga sebagian besar orangtua responden berada pada
rentang usia transisi setengah baya atau dewasa tengah dan umumnya berpendidikan serta
berasal dari keluarga yang berpenghasilan tinggi.
Tabel 3. Profil Responden Penelitian
No Profil Responden n(%)
1 Profil Diri
Jenis Kelamin (N=300)
Perempuan 172 (57.3)
Laki-Laki 128 (42.7)
Usia (N=300)
12-13 tahun 33 (11)
14-15 tahun 113 (37.7)
16-17 tahun 140 (46.7)
18-19 14 (4.7)
2 Profil Keluarga
Usia Orangtua Ayah (N=283) Ibu (N=282)
30-39 16 (5.7) 61 (21.6)
40-44 59 (20.8) 98 (34.8)
45-49 66 (23.3) 79 (28)
50-54 87 (30.7) 35 (12.4)
55-59 38 (13.4) 8 (2.8)
>60 17 (6) 1(0.4)
Pendidikan Orangtua Ayah (N=278) Ibu (N=282)
SD 14 (4.7) 11 (3.7)
SMP 12 (4) 16 (5.3)
SMA 95 (31.7) 113 (37.7)
Diploma 17 (5.7) 27 (9)
S1 92 (30.7) 103 (34.7)
S2 40 (13.3) 11 (3.7)
S3 8 (2.7) 1(3)
Total Pendapatan keluarga/bulan
(N=281)
<Rp.1.500.000 44(15.65)
Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000 34(12.10)
Rp. 2.500.000-Rp.3.500.000 46(16.37)
>Rp.3.500.000 157(55.87)

Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA


Tabel 4 menggambarkan jumlah dan persentase tingkat pengetahuan remaja di kota
Banda Aceh terhadap NAPZA. Data menunjukkan lebih dari setengah responden penelitian
(62.75%) memiliki pengetahuan yang baik tentang NAPZA diperlihatkan dengan
kemampuan responden menjawab secara benar lebih dari 76% pertanyaan yang berkaitan
dengan definisi, jenis dan cara penggunaan serta bahaya dari NAPZA.

Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA (N=300)


No Tingkat Pengetahuan tentang NAPZA n(%)
1 Baik 188 (62.7)
2 Cukup 67 (22.3)
3 Kurang 20 (6.7)
4 Kurang Sekali 25 (8.3)

Lebih lanjut, tabel 5 dan 6 menunjukkan tingkat pengetahuan remaja terhadap


NAPZA ditinjau dari jenis kelamin dan sebaran usia. Sebagaimana yang tampak pada tabel 5,
baik remaja perempuan dan laki-laki memiliki persentase tertinggi pada kategori baik.
Demikian juga halnya pada rentang usia (lihat tabel 6), jumlah responden terbanyak berada
pada kategori baik yang menggambarkan sebagian besar remaja dalam penelitian ini
memiliki informasi yang cukup akurat mengenai NAPZA.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan remaja terhadap NAPZA berdasarkan Jenis Kelamin


Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA
n(%)
No Jenis Kelamin Total
Baik Cukup Kurang Kurang
Sekali
1 Perempuan 111 (37) 35 (11.7) 11 (3.7) 15 (5) 172 (57.3)
2 Laki-Laki 77 (25.7) 32 (10.7) 9 (3) 10 (3.3) 128 (42.7)

Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA berdasarkan Usia (N=300)


Tingkat Pengetahuan terhadap NAPZA
Usia
No n(%) Total
(tahun)
Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
1 12-13 13 (4.3) 11 (3.7) 5(1.7) 4 (1.3) 33 (11)
2 14-15 63 (21) 29 (9.7) 8 (2.7) 13 (4.3) 113 (37.7)
3 16-17 105 (35) 23 (7.7) 6 (2) 6 (2) 140 (46.7)
4 18-19 7 (2.3) 4 (1.3) 1 (.3) 2 (.7) 14 (4.7)
Total 188 (62.7) 67 20 25 300
(22.3) (6.7) (8.3) (100)

Sumber Informasi Tentang Jenis-Jenis dan Bahaya NAPZA


Tabel 7 berikut menggambarkan jenis sumber dimana remaja memperoleh informasi
mengenai NAPZA. Secara keseluruhan, tampak bahwa hampir sebagian remaja
mendapatkan penegtahuan NAPZA dari berbagai sumber baik media seperti internet, televisi,
koran dan majalah, orangtua dan guru serta teman.

Tabel 7. Sumber Informasi Tentang Jensi-Jenis dan Bahaya NAPZA


No Sumber n(%)
1 Orang Tua 25(8.3)
2 Teman Sekolah 10(3.3)
3 Teman Diluar Sekolah 14(4.7)
4 Guru 42(14)
5 Media (Internet, televisi, koran, majalah dll) 82(27.3)
6 Lebih Dari Satu Sumber 127(42.3)

Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja


Sebelum melakukan analisis lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap tingkat pengetahuan remaja mengenai NAPZA, analisis korelasi
terlebih dahulu dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara faktor-faktor yang
terkait yaitu komunikasi orangtua dan remaja tentang NAPZA, usia remaja dan orangtua serta
pendapatan keluarga dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap NAPZA. Hasil uji korelasi
terhadap variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Hubungan antara Komunikasi Orangtua-Remaja tentang NAPZA, Usia Remaja,


Usia Ayah, Usia Ibu dan Total Pendapatan Keluarga dengan Tingkat Pengetahuan terhadap
NAPZA
Tingkat Pengetahuan terhadap NAPZA
No Variabel
r (p)
1 Komunikasi orangtua dan .315**(.000)
remaja tentang NAPZA
2 Usia Remaja .269**(.000)
3 Usia Ayah -.019(.749)
4 Usia Ibu .086(.146)
5 Total Pendapatan Keluarga -.067(.265)
Ket.**p<.01

Sebagaimana yang terlihat pada tabel diatas, hanya variabel komunikasi orangtua-
remaja dan usia remaja yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat pengetahuan
remaja terhadap NAPZA. Sementara itu, tidak ditemukan adanya hubungan antara usia
orangtua dan pendapatan keluarga dengan tingkat pengetahuan NAPZA pada remaja dimana
perolehan nilai signifikansi (p) besar dari .05. Berdasarkan hasil korelasi tersebut, analisis
regresi dilakukan untuk mengetahui kontribusi kedua variabel yang signifikan (komunikasi
orangtua-remaja tentang NAPZA, usia remaja) terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang
NAPZA.

Tabel 9. Faktor yang Berkontribusi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA
Tingkat Pengetahuan terhadap NAPZA
No Variabel
b (p)

1 Komunikasi Orangtua dan .270**(.00)


Remaja
2 Usia Remaja .212**(.00)

Ket. R2=.142, F=24.634, p<.005

Hasil uji regresi yang ditunjukkan pada tabel 9 diatas menunjukkan bahwa komunikasi
orangtua-remaja dan usia remaja berkontribusi terhadap tingkat pengetahuan NAPZA sebesar
14 persen. Dari kedua variabel tersebut terlihat peran komunikasi orangtua dan remaja
mengenai NAPZA lebih besar dalam memprediksi tingkat pengetahuan NAPZA
dibandingkan usia remaja.
B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja di


Kota Banda Aceh tentang NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik remaja
perempuan maupun laki-laki dari berbagai rentang usia 12 hingga 19 tahun memiliki
pengetahuan yang baik terhadap NAPZA. Hal ini menggambarkan bahwa NAPZA bukanlah
hal yang baru dan asing dikalangan remaja Kota Banda Aceh. Berdasarkan indikator
pengukuran, tampak bahwa pengetahuan remaja mengenai NAPZA meliputi pemahaman
tentang definisi dan akronim dari NAPZA serta jenis-jenis NAPZA yang terdiri dari kategori
Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Selain itu, remaja juga mengetahui efek
penggunaan NAPZA berdasarkan golongan hallusinogen, depressants dan stimulants serta
cara-cara penggunaan NAPZA seperti melalui oral, jarum suntik maupun media lainnya.
Remaja juga dapat menggambarkan sensasi yang dirasakan sebagai akibat dari penggunaan
NAPZA tersebut.

Pengetahuan remaja mengenai NAPZA dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
sumber. Data menunjukkan bahwa umumnya informasi tersebut didapatkan dari media
seperti internet, televisi dan koran, guru, orangtua dan teman baik dilingkungan sekolah
ataupun luar sekolah. Hal ini menggambarkan bahwa stimulus eksternal yang berasal dari
lingkungan sekitar remaja sangat kuat dalam mempengaruhi pemahaman remaja mengenai
seluk beluk NAPZA. Analisis lanjutan dalam penelitian ini mendapatkan bahwa komunikasi
orangtua dan remaja tentang NAPZA merupakan faktor yang paling berkontribusi terhadap
pengetahuan remaja tentang NAPZA dibandingkan faktor-faktor lainnya. Ini menunjukkan
bahwa sejauhmana orangtua melibatkan remaja untuk berdiskusi mengenai isu-isu tentang
NAPZA dan penyalahgunaannya membantu remaja untuk memahami dengan baik apa itu
NAPZA dan dampaknya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu (Branstetter &
Furman, 2013; Williams, et al., 2012; Mallick, 2012) yang mengemukakan bahwa
komunikasi dua arah mengenai NAPZA antara orangtua dan remaja mempengaruhi kognisi
remaja tentang bahaya NAPZA sehingga mencegah remaja untuk terlibat dengan penggunaan
zat berbahaya tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan yang memadai akan NAPZA dan
bahaya yang ditimbulkannya dapat menjadi faktor protektif bagi remaja untuk tidak mudah
terpengaruh dan terjerumus dengan penyalahgunaan NAPZA.
Fakta di lapangan yang menunjukkan semakin tingginya kasus penyalahgunaan
NAPZA di kalangan remaja Aceh pada khususnya, menjadi panggilan kepada seluruh pihak
untuk segera melakukan upaya penanganan yang menyeluruh. Penyebaran informasi tentang
NAPZA dan bahayanya menjadi salah satu upaya preventif dalam meminimalisir kasus
penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja. Sebagaimana yang dikemukakan dalam literatur
(Azwar, 2003; Hunt & Ellis, 2004) bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
berkaitan erat dengan perilaku yang ditampilkan. Dengan kata lain, perilaku seseorang sangat
dipengaruhi oleh sejauhmana ia memahami apa dan konsekuensi dari perilaku tersebut.
Dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap NAPZA, remaja diharapkan dapat
membentengi diri dan menolak tawaran untuk menggunakannya.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar remaja di
Kota Banda Aceh mengetahui arti NAPZA, golongan-golongannya, cara penggunaan dan
bahaya yang ditimbulkan dari penyalahgunaan zat-zat tersebut. Umumnya remaja
memperoleh informasi mengenai NAPZA dari berbagai sumber di lingkungan sekitar mereka
yaitu orangtua, guru, teman dan media. Orangtua secara khusus sangat berperan penting
dalam mengenalkan NAPZA dan bahayanya kepada remaja melalui komunikasi yang hangat,
terbuka dan interaktif. Pengetahuan tentang NAPZA dan penyalahgunaannya akan
mengarahkan remaja untuk tidak pernah menggunakan bahkan mencoba zat berbahaya
tersebut.

B. Saran
Begitu besarnya bahaya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan NAPZA baik secara
fisik dan psikis, upaya pencegahan harus dilakukan sejak awal dengan meningkatkan
pengetahuan remaja mengenai bahaya NAPZA melalui pendidikan di sekolah maupun
keluarga. Namun, intervensi secara kognitif tidak cukup dalam mengurangi kasus
penyalahgunaan NAPZA sebagaimana yang dipaparkan dalam penelitian ini. Kajian lanjutan
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi lebih lanjut faktor langsung yang memengaruhi
keterlibatan remaja dengan NAPZA. Pengetahuan mengenai NAPZA hanya berupa faktor
protektif meskipun berperan penting sebagai langkah awal dalam mengurangi tingginya
angka kasus penyalahgunaan NAPZA. Hal ini berkaitan dengan data di lapangan yang
menunjukkan semakin bertambahnya kasus NAPZA dikalangan remaja Aceh yang
berbanding terbalik dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki remaja dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini perlu ditindaklanjuti dalam kajian berikutnya untuk menganalisis lebih
detail bagaimana pengaruh kontekstual seperti teman sebaya, latar belakang keluarga,
kehidupan sosial yang dapat berkontribusi terhadap penggunaan dan kecanduan terhadap
NAPZA di kalangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar S. (2003). Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003 Badan Narkotika Nasional (2010). Buku panduan pencegahan


penyalahgunaan narkoba bagi petugas lapas dan rutan. Diakses 2 Maret,
2015, dari http://www.bnn.go.id

Badan Narkotika Nasional, (2012). Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011. Diakses 24 Februari 2014 dari http://www.bnn.go.id
Bloom, Benjamin. S. (1956). Taxonomy of educational objectives. New York:
Longmans.

Branstetter, S.A., & Furman, W. (2013). Buffering effect of parental monitoring


knowledge and parent-adolescent relationships on consequences of adolescent
substance use. Journal of Child and Family Studies, 22, 192-198. DOI
10.1007/s10826-012-9568-2

Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiments by


nature and design. USA: Harvard University Press
Brownell, K.D., Marlatt, G.A., Lichtenstein, E., & Wilson, G.T. (1986).
Understanding and Preventing relapse. American Psychologist, 41. 765-782.
Chairunnisa. (2010). Hubungan pengetahuan tentang narkoba dan perilaku
pencegahan pada mahasiswa fakultas komunikasi jurusan hubungan
masyarakat angkatan 2013 universitas esa unggul. Skripsi.

Cooper, D. (2011). Practice in Mental Health Substance Use. London. Radcliffe


Publishing Ltd.

Creative Research Systems. (2003). Sample size calculator. Diakses pada 2 Maret,
2015, from http://www.surveysystem.com/sscalc.htm.

DeVito, J. (1995). The Communication Interpersonal Book. New York: Collins

Donovan, D & Marlatt. (2005). Assesment of Addictive Behavioral. New York : The
Guildford Press.

Friestad, C., Pirkis, J., Beihl, M., & Irwin, C.(2003). Socioeconomic patterning of
smoking, sedentary lifestyle and overweight status among adolescents in
Norway and the United States. Journal of Adolescent Health, 22, 275-278.

Goldstein, E.B. (2008). Cognitive Psychology: Connecting mind, research, and


everyday experience (2sd ed.). Thomson Wadsworth: USA.

Goleman , D.( 2000). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: Gramedia


Goodman, E., & Huang, B. (2002) Socioeconomic status, depressive symptoms and
adolescent substance abuse. Archives of Pediatric and Adolescent Medicine,
156, 448-453.

Goodman, E., Slap, G.,& Huang, B. (2003). The public health impact of
socioeconomic status on adolescent depression and obesity. The American
Journal of Public Health, 93(11),1844-1850.

Gross, J & John, O. P. (2003). Individual Differences in Two Emotion Regulation


Processes: Implications for Affect, Relationships, and Well-Being. Journal of
Personality and Social Psychology, 85 (2), 348–362.

Humensky, J.L. (2010). Are adolescents with high socioeconomic status more likely
to engage in alcohol and illicit drug use in early adulthood?. Substance Abuse
Treatment, Prevention, and Policy, 5,19

Hunt, R.R., & Ellis, H.C. (2004). Fundementals of cognitive psychology (7th ed.).
McGraw Hill. USA

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2013). 48 Ribu Warga Aceh


Pecandu Narkoba. Diakses 24 Februari 2014 dari
http://www.menkokesra.go.id/content/48-ribu-warga-aceh-pecandu-narkoba

Lewis, J. A, Dana, R. Q., & Blevins, G. A.(2002). Substance Abuse Counseling.


California: Brooks/Cole

Macaulay, A.P., Griffin, K.W., Gronewold, E., Williams, C. & Botvin, G.J. (2005).
Parenting practices and adolescent drug-related knowledge, attitudes, norm ad
behavior. Journal of Alcohol and Drug Education, 49, 67-83

Mallick, J. (2003). Lets talk drugs: The need for effective parent-child communication
within drug education. International Journal of Adolescence and Youth, 11(1),
41-58, DOI: 10.1080/02673843.2003.9747916

Marlatt, G. A. & Donovan, D. M (2005). Relapse Prevention: Maintenance Strategies


in the Treatment of Addictive Behaviors. New York: The Guilford Press.

Marlatt, G.A. & Gordon, J.R (1985). Relapse Prevention : Maintance Strategies In
The Treatment of Addictive Behaviors. New York : Guilford Press.

Ogai, Y, dkk (2007). Development and Validation of The Stimulant Relapse Risk
Scale for Drug Abusers in Japan. Drug and Alcohol Dependence, 88 (2-3),
174-181

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development (11th ed.).
McGraw Hill: USA
Pratiwi, E,Y. (2001). Peran Dukungan Sosial dan Strategi Coping Terhadap Self
Efficacy Menghadapi Situasi Pemicu Relapse pada Penyalahguna Narkoba di
Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Padjajaran Bandung.

Prasetyo, E. (2007). Perspektif TC Terhadap Adiksi. Yogyakarta : PSPP Sehat


Mandiri

Rice, F.P., & Dolgin, K.G. (2008). The adolescent: Development, relationships, and
culture. Pearson: USA

Sarafino, (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. USA : John


Wiley and Sons.

Serambi Indonesia online (2014). Pengguna Narkoba di Aceh capai 10 ribu. Diakses
tanggal 24 Februari 2014 dari
http://aceh.tribunnews.com/2014/01/02/pengguna-narkoba-di-aceh-capai-10-
ribu.

Supramono, G. (2001). Hukum Narkoba Indonesia. Djambatan.

Williams, J.F., Burton, R.S., & Warzinski, S.S. (2014) The role of the parent in
adolescent substance use. Pediatric Annual, 43(10), 237-241

Wolin, S.J & Wolin, S. (1994). The Resilient Self How Survivors of Troubled Families
Rise Above Adversity. New York : Villard Books.
Yuen, Francis, K.O., & Mineta, D. (2003). The consequences of drug use among
youth and adolescents. International Journal of Adolescence and Youth,
11,27-39
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANGTUA DAN REMAJA


TENTANG NAPZA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN
TERHADAP NAPZA PADA REMAJA DI KOTA BANDA ACEH

OLEH

Haiyun Nisa, S.Psi., M.Psi, Psikolog


Afriani, S.Psi., M.Sc

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2015
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANGTUA DAN REMAJA TENTANG
NAPZA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP NAPZA
PADA REMAJA DI KOTA BANDA ACEH

Haiyun Nisa, Afriani


Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Email: haiyunnisa@gmail.com; arifah.ansari@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan NAPZA dikalangan remaja sangat memprihatinkan khususnya di Aceh. Penggunaan NAPZA
tidak terlepas dari sejauhmana remaja memiliki pengetahuan tentang NAPZA dan akibat yang ditimbulkannya.
Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang NAPZA dan penyalahgunaannya akan cenderung lebih
terhindar untuk menjadi pengguna daripada yang tidak. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan remaja tentang NAPZA adalah komunikasi orangtua dan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara komunikasi orangtua dan remaja tentang NAPZA dengan tingkat pengetahuan
remaja terhadap NAPZA di kota Banda Aceh. Penelitian ini melibatkan 300 remaja sekolah menengah di kota
Banda Aceh yang dipilih dengan menggunakan teknik accidental sampling. Komunikasi orangtua dan remaja
diukur dengan menggunakan skala komunikasi orangtua dan remaja tentang NAPZA yang dikembangkan
berdasarkan teori DeVito (1997) dan pengetahuan tentang NAPZA diadaptasi dari penelitian Chairunnisa
(2010). Hasil analisa data dengan menggunakan korelasi pearson product moment menemukan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan (r=.315, p<.01) antara komunikasi orangtua dan remaja dengan tingkat
pengetahuan remaja terhadap NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya komunikasi yang intensif
dari orangtua dengan remaja tentang NAPZA akan semakin meningkatkan pemahaman remaja mengenai
NAPZA dan dampak negatifnya.

Kata Kunci : komunikasi orangtua dan remaja, pengetahuan terhadap NAPZA, remaja, Banda Aceh
PENDAHULUAN

Permasalahan Narkoba merupakan isu yang saat ini menjadi pusat perhatian,
khususnya di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, beberapa orang narapidana yang terkait
kasus narkoba telah menjalani eksekusi mati yang tentunya menuai banyak pro dan kontra.
Fenonema penggunaan NAPZA terjadi pada semua lapisan individu, tanpa mengenal usia,
latar belakang pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan dan lain sebagainya. Beberapa
permasalahan terkait penggunaan NAPZA kerap terjadi pada kalangan remaja. Badan
Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2011 merilis data mengenai jumlah pengguna NAPZA
yang merupakan remaja sebanyak 22 persen dan ditaksir sudah melebihi dari angka tersebut
saat ini, dikarenakan penggunaan NAPZA menjadi trend di kalangan remaja. Berdasarkan
data yang diperoleh dari BNN menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2013, jumlah
pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba semakin meningkat. Pada
tahun 2010, ada 531 tersangka Narkotika, dan meningkat menjadi 605 pada tahun 2011, 695
tersangka pada tahun 2012 dan 1.121 tersangka pada tahun 2013 (Serambi Indonesia online,
2014). .

Aceh merupakan provinsi yang menduduki peringkat keempat dari 33 provinsi di


Indonesia terkait permasalahan NAPZA, hal ini menunjukkan bahwa Aceh memerlukan
intervensi yang serius sehingga anak-anak dan remaja Aceh khususnya tidak lagi menjadi
korban keburukan NAPZA. Di provinsi Aceh sendiri, jumlah pengguna berbagai narkotika
mencapai 10 ribu orang pada tahun 2013 (Kemenkokesra, 2013).

Remaja merupakan kelompok yang kerap mengalami berbagai permasalahan dalam


kehidupannya, salah satunya adalah penggunaan NAPZA. Hal ini dapat disebabkan oleh
banyak hal, antara lain perkembangan psikologi remaja yang mengalami hambatan sehingga
mudah terjerumus untuk menggunakan NAPZA. Selain itu, kurangnya kontrol dari orang tua
juga menyebabkan para remaja menjadi leluasa untuk mencoba NAPZA tanpa mereka
ketahui efek dan kegunaannya. Mudahnya para remaja terjerumus untuk menjadi pengguna
dan pecandu NAPZA tidak hanya dipengaruhi oleh beberapa hal di atas, tetapi permasalahan
pengetahuan tentang NAPZA juga menjadi unsur penting. Beberapa remaja yang menjadi
pecandu NAPZA menyatakan bahwa saat pertama sekali mereka di berikan oleh temannya,
mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah sesuatu yang berbahaya (Komunikasi Pribadi,
2014). Hal ini menunjukkan bahwa ternyata para remaja tidak mendapatkan informasi yang
cukup mengenai NAPZA, sehingga mereka dengan mudah dijerumuskan oleh lingkungan
sekitarnya. Pengetahuan terhadap NAPZA merupakan suatu hal penting yang dapat
membantu mengurangi jumlah pecandu dan pengguna NAPZA. Kurangnya pengetahuan
tentang NAPZA ini lah yang kemudian dengan mudah menyebabkan para remaja
menggunakan NAPZA.
Literatur menunjukkan bahwa peran orangtua dan karakteristik remaja berkorelasi
dengan keterlibatan remaja pada NAPZA (Macaulay, Griffin, Gronewold, Williams &
Botvin, 2005). Komunikasi orangtua kepada remaja khususnya memiliki peran penting untuk
membantu remaja dalam memahami apa dan dampak dari penggunaan obat dan zat terlarang
sehingga terhindar dari penyalahgunaan NAPZA (Williams, Burton, & Warzinski, 2012;
Mallick, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi
orangtua dan remaja tentang NAPZA dengan pengetahuan remaja terhadap NAPZA di kota
Banda Aceh. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif
antara komunikasi orangtua dan remaja dengan pengetahuan terhadap NAPZA pada remaja
di kota Banda Aceh.

TINJAUAN TEORI
Pengetahuan terhadap NAPZA
Dalam proses menjalani kehidupan, sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh
individu berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimilikinya (Azwar, 2003). Pengetahuan
adalah sebuah konsep yang tidak dapat diamati secara langsung seperti halnya perilaku
(Hunt, 2003). Menurut Hunt dan Ellis (2004) pengetahuan merupakan suatu informasi
tentang suatu hal yang bersifat abstrak dan diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Secara
lebih khusus, Bloom (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai proses
kognitif yang melibatkan ingatan mengenai hal-hal yang telah dipelajari oleh seorang
individu yang mengacu pada kemampuan mengenali, mendeskripsikan, menamakan,
menguraikan, dan mencocokkan segala hal yang berkaitan dengan informasi tersebut.

Pengetahuan terhadap NAPZA dapat didefiniskan dengan terlebih dahulu melihat arti
dari NAPZA itu sendiri. NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat
Aditif lainnya. Sebagaimana yang tertera pada UU No. 22 Tahun 1997 NAPZA didefinisikan
sebagai berikut:
“Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. Zat adikitif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan
narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat
menimbulkan ketergantungan”

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakai, NAPZA dapat dibedakan


menjadi tiga golongan. Golongan pertama adalah Hallusinogen yaitu jenis Narkoba yang
menstimuli kerja saraf sehingga menimbulkan efek halusinasi yang menyebabkan perubahan
perasaan, pikiran dan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan kedua adalah Depressants (downer) yang bekerja dengan menekan sistem kerja
saraf yang dapat memberikan efek tenang pada penggunanya, contohnya adalah ganja,
valium, heroin. Golongan ketiga yaitu Stimulant (upper) bekerja dengan merangsang fungsi
tubuh dan kegairahan terhadap penggunanya sehingga menjadi lebih aktif dan bersemangat,
ekstasi, kokain dan amphetamine termasuk dalam golongan ini (Badan Narkotika Nasional,
2014). Pada dasarnya penyalahgunaan NAPZA memberikan dampak buruk terhadap kondisi
fisik individu. seperti kerusakan otak, gangguan hati, ginjal, paru-paru, penurunan fungsi
pada sistem indra dan penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik. Disisi lain secara
pikologis individu akan mengalami kelabilan emosi, depresi, euphoria, kehilangan kendali
diri hingga gangguan jiwa (Yuen & Mineta, 2003). Terjadinya kerusakan dan perubahan
sikap dari individu pengguna NAPZA ini akan membahayakan diri dan lingkungannya.
Beradasarkan definisi pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan uraian
mengenai NAPZA, maka pengetahuan mengenai NAPZA dapat didefinisikan sebagai proses
kognitif untuk mengingat kembali dari apa yang telah dipelajari mengenai NAPZA dengan
mengenali, mendeskripsikan, menamakan, menguraikan, dan mencocokkan jenis golongan
NAPZA dan konsekuensi yang ditimbulkan dari penggunaan zat tersebut terhadap individu
yang mengkonsumsinya

Remaja dan NAPZA


Masa remaja merupakan transisi dari anak-anak menuju dewasa yang berkisar dari
usia 12 hingga 18 tahun. Pada masa ini, remaja tidak hanya mengalami perubahan besar
secara fisik namun juga kognitif, emosi dan psikososial. Pembentukan identitas diri yang
jelas dan stabil merupakan tugas perkembangan utama yang harus dicapai oleh remaja pada
masa ini dimana sangat dipengaruhi oleh orang-orang terdekat dan lingkungan sekitarnya
Remaja yang memiliki hubungan positif dengan orangtua, teman, sekolah dan komunitas
akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan mampu mencapai tugas perkembangan
dengan baik (Papalia, Old & Fedldman, 2009).
Dalam upaya pembentukan identitas diri ini, tidak sedikit remaja terjerumus ke dalam
perilaku negatif. Hal ini tampak pada kenyataan dilapangan dengan semakin maraknya kasus
berisiko dikalangan remaja khususnya penyalahgunaan NAPZA. Para ahli perkembangan
mengemukakan beberapa pemicu yang menyebabkan remaja dapat terjebak dalam
penyalahgunaan narkoba diantaranya yaitu tekanan dari teman sebaya, konformitas
kelompok, rasa penasaran, ungkapan ketidakpuasan dengan aturan bahkan bentuk pelarian
diri dari ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Hal ini
menggambarkan bahwa memasuki usia remaja, seorang anak sangat rentan dengan perilaku-
perilaku negatif karena ketidaktahuan ataupun rendahnya keterampilan sosial yang mereka
miliki (Rice & Dolgin, 2008).

Komunikasi Orangtua dan Remaja dengan Pengetahuan Remaja terhadap NAPZA


Dalam teori bio-ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (1979),
perkembangan kognitif, afektif dan perilaku individu tidak terlepas dari pengaruh
kontekstual. Pengaruh kontekstual merupakan suatu sistem yang berlapis dimulai dari diri
individu itu sendiri berupa karakteristik yang dibawa secara genetik (usia, jenis kelamin),
kemudian sistem yang terdekat atau berhubungan langsung dengan individu disebut sebagai
mikrosistem (keluarga, teman sebaya dan sekolah), interaksi antara lingkungan mikrosistem
(mesositem) seperti hubungan antara orangtua dengan guru disekolah anak, eksosistem yaitu
lingkungan yang tidak berhubungan langsung dengan individu (kebiajakan perusaahaan
tempat orangtua bekerja memengaruhi kuantitas pertemuan dengan anak) hingga lingkungan
terbesar atau makrosistem seperti budaya, agama dan sistem ekonomi/politik. Setiap sistem
memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan individu baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Sejauhmana sikap dan perilaku remaja terhadap NAPZA juga tidak terlepas dari
pengaruh konteksual. Lingkungan terdekat remaja yaitu orangtua sangat besar perannya
terhadap perkembangan kognisi remaja terhadap hal-hal apa yang dipelajarinya dalam
lingkungan. termasuk perilaku beresiko (Williams, Burton, & Warzinski, 2012). Mallick
(2012) menemukan bahwa komunikasi efektif antara orangtua dan remaja menjadi faktor
protektif untuk mencegah keterlibatan remaja dengan Narkoba. Hubungan ini diperantarai
oleh pengetahuan yang diterima remaja melalui komunikasi tentang Narkoba dari orangtua.
Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, Branstetter dan Furman (2013) juga
menyimpulkan bahwa remaja dengan orangtua yang senantiasa terbuka, memberikan
dukungan, penuh kehangatan dan pola komunikasi yang positif berkorelasi dengan rendahnya
penggunaan NAPZA.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian relasional dengan pendekatan
cross sectional study yaitu suatu cara pengumpulan data melalui pemberian angket dan
pengukuran variabel yang dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2005).

Teknik pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di kota Banda Aceh. Adapun sampel
penelitian ini adalah remaja yang berdomisili di kota Banda Aceh. Adapun kriteria
pengambilan sampel adalah :
1. Remaja Sekolah Menengah
2. Menempuh pendidikan di sekolah formal
3. Berdomisili di Banda Aceh
4. Bersedia menjadi responden
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 300 orang dan dipilih dengan menggunakan
teknik accidental sampling.

Teknik pengumpulan data


Peneliti menentukan responden yang diambil sesuai dengan kriteria sampel. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala psikologi yaitu skala pengetahuan
tentang Narkoba. yang diadaptasi dari penelitian Chairunnisa (2010) berjumlah 17 aitem yang
terdiri dari 4 pilihan jawaban dan skala komunikasi orangtua dan remaja untuk mengukur
sejauhmana orangtua mengkomunikasikan kepada remaja pengetahuan mengenai NAPZA.
Skala komunikasi orangtua-remaja tentang pegetahuan narkoba ini disusun sendiri oleh
peneliti berdasarkan dimensi komunikasi dari DeVito (1995) yang terdiri dari 6 aitem. Alat
ukur penelitian memiliki reliabilitas dan validitas yang baik. Adapun reliabilitas alat ukur
komunikasi orangtua-remaja dan pengetahuan tentang NAPZA masing-masing adalah ... dan
..... Validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
validitas isi.
Analisis data
Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dan diolah dengan bantuan software SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 18. Pengolahan data meliputi analisis
deskriptif dengan mendapatkan nilai mean, median, standar deviasi, frekuensi dan persentase
dari variabel yang diteliti. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi
pearson product moment untuk menguji apakah terdapat hubungan antara komunikasi
orangtua dan remaja tentang NAPZA dengan pengetahuan remaja terhadap NAPZA.
Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk memastikan data
penelitian terdistribusi secara normal dan memiliki hubungan linier.

HASIL PENELITIAN
Deskripsi Subjek Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari profil diri yaitu usia dan jenis
kelamin responden, dan keluarga yang mencakup usia dan pendidikan orangtua serta
pendapatan keluarga. Sebagaimana yang terlihat pada tabel 3, sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan (57.3%), berusia 14-15 tahun (37.7%) dan 16-17 tahun (46.7%).
Sementara itu, dilihat dari profil keluarga sebagian besar orangtua responden berada pada
rentang usia transisi setengah baya atau dewasa tengah dan umumnya berpendidikan serta
berasal dari keluarga yang berpenghasilan tinggi.
Tabel 1. Profil Subjek Penelitian
No Subjek Penelitian n(%)
1 Profil Diri
Jenis Kelamin (N=300)
Perempuan 172 (57.3)
Laki-Laki 128 (42.7)
Usia (N=300)
12-13 tahun 33 (11)
14-15 tahun 113 (37.7)
16-17 tahun 140 (46.7)
18-19 14 (4.7)
2 Profil Keluarga
Usia Orangtua Ayah (N=283) Ibu (N=282)
30-39 16 (5.7) 61 (21.6)
40-44 59 (20.8) 98 (34.8)
45-49 66 (23.3) 79 (28)
50-54 87 (30.7) 35 (12.4)
55-59 38 (13.4) 8 (2.8)
>60 17 (6) 1(0.4)
Pendidikan Orangtua Ayah (N=278) Ibu (N=282)
SD 14 (4.7) 11 (3.7)
SMP 12 (4) 16 (5.3)
SMA 95 (31.7) 113 (37.7)
Diploma 17 (5.7) 27 (9)
S1 92 (30.7) 103 (34.7)
S2 40 (13.3) 11 (3.7)
S3 8 (2.7) 1(3)
Total Pendapatan keluarga/bulan
(N=281)
<Rp.1.500.000 44(15.65)
Rp. 1.500.000-Rp. 2.500.000 34(12.10)
Rp. 2.500.000-Rp.3.500.000 46(16.37)
>Rp.3.500.000 157(55.87)

Uji Hipotesis

Hasil pengujian normalitas dan linearitas menunjukkan bahwa kedua variabel


penelitian yaitu komunikasi orangtua dan remaja, dan tingkat pengetahuan remaja terhadap
NAPZA memiliki sebaran normal dan linear. Lebih lanjut, hasil pengujian hipotesis terhadap
kedua variabel penelitian yaitu komunikasi orangtua dan remaja dengan pengetahuan remaja
tentang NAPZA dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hubungan antara Komunikasi Orangtua-Remaja tentang NAPZA dengan
Tingkat Pengetahuan terhadap NAPZA
Tingkat Pengetahuan terhadap NAPZA
Variabel
r (p)

Komunikasi orangtua dan .315**(.000)


remaja tentang NAPZA

Ket.**p<.01

Sebagaimana yang terlihat pada tabel diatas, variabel komunikasi orangtua-remaja


memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap
NAPZA (r=.315, p<.01). Dengan kata lain, semakin efektif komunikasi yang berjalan antara
orangtua dengan remaja mengenai NAPZA, semakin meningkatkan pengetahuan remaja
tentang NAPZA dan penyalahgunaannya.

DISKUSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi orangtua dan
remaja tentang NAPZA dengan tingkat pengetahuan remaja terhadap NAPZA di kota Banda
Aceh. Hasil penelitian mendapatkan bahwa komunikasi orangtua dan remaja tentang NAPZA
memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap pengetahuan remaja tentang
NAPZA.. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini diterima.
Secara lebih khusus, penelitian ini menunjukkan bahwa sejauhmana orangtua
melibatkan remaja untuk berdiskusi mengenai isu-isu tentang NAPZA dan
penyalahgunaannya membantu remaja untuk memahami dengan baik apa itu NAPZA dan
dampaknya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu (Branstetter & Furman,
2013; Williams, et al., 2012; Mallick, 2012) yang mengemukakan bahwa komunikasi dua
arah mengenai NAPZA antara orangtua dan remaja mempengaruhi kognisi remaja tentang
bahaya NAPZA sehingga mencegah remaja untuk terlibat dengan penggunaan zat berbahaya
tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan yang memadai akan NAPZA dan bahaya yang
ditimbulkannya dapat menjadi faktor protektif bagi remaja untuk tidak mudah terpengaruh
dan terjerumus dengan penyalahgunaan NAPZA.
Penyebaran informasi tentang NAPZA dan bahayanya menjadi salah satu upaya
preventif dalam meminimalisir kasus penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja.
Sebagaimana yang dikemukakan dalam literatur (Azwar, 2003; Hunt & Ellis, 2004) bahwa
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang berkaitan erat dengan perilaku yang ditampilkan.
Dengan kata lain, perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh sejauhmana ia memahami apa
dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap
NAPZA, remaja diharapkan dapat membentengi diri dan menolak tawaran untuk
menggunakannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua secara khusus sangat
berperan penting dalam mengenalkan NAPZA dan bahayanya kepada remaja melalui
komunikasi yang hangat, terbuka dan interaktif. Pengetahuan tentang NAPZA dan
penyalahgunaannya akan mengarahkan remaja untuk tidak pernah menggunakan bahkan
mencoba zat berbahaya tersebut. Begitu besarnya bahaya yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan NAPZA baik secara fisik dan psikis, upaya pencegahan harus dilakukan
sejak awal dengan meningkatkan pengetahuan remaja mengenai bahaya NAPZA melalui
pendidikan di sekolah maupun keluarga. Namun, intervensi secara kognitif tidak cukup
dalam mengurangi kasus penyalahgunaan NAPZA sebagaimana yang dipaparkan dalam
penelitian ini. Kajian lanjutan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi lebih lanjut faktor
langsung yang memengaruhi keterlibatan remaja dengan NAPZA. Pengetahuan mengenai
NAPZA hanya berupa faktor protektif meskipun berperan penting sebagai langkah awal
dalam mengurangi tingginya angka kasus penyalahgunaan NAPZA

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S. (2003). Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003 Badan Narkotika Nasional (2010). Buku panduan pencegahan


penyalahgunaan narkoba bagi petugas lapas dan rutan. Diakses 2 Maret,
2015, dari http://www.bnn.go.id

Badan Narkotika Nasional, (2012). Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi Aceh
Tahun 2007-2011. Diakses 24 Februari 2014 dari http://www.bnn.go.id
Bloom, Benjamin. S. (1956). Taxonomy of educational objectives. New York:
Longmans.

Branstetter, S.A., & Furman, W. (2013). Buffering effect of parental monitoring


knowledge and parent-adolescent relationships on consequences of adolescent
substance use. Journal of Child and Family Studies, 22, 192-198. DOI
10.1007/s10826-012-9568-2
Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiments by
nature and design. USA: Harvard University Press
Brownell, K.D., Marlatt, G.A., Lichtenstein, E., & Wilson, G.T. (1986).
Understanding and Preventing relapse. American Psychologist, 41. 765-782.
Chairunnisa. (2010). Hubungan pengetahuan tentang narkoba dan perilaku
pencegahan pada mahasiswa fakultas komunikasi jurusan hubungan
masyarakat angkatan 2013 universitas esa unggul. Skripsi.

Cooper, D. (2011). Practice in Mental Health Substance Use. London. Radcliffe


Publishing Ltd.

Creative Research Systems. (2003). Sample size calculator. Diakses pada 2 Maret,
2015, from http://www.surveysystem.com/sscalc.htm.

DeVito, J. (1995). The Communication Interpersonal Book. New York: Collins

Donovan, D & Marlatt. (2005). Assesment of Addictive Behavioral. New York : The
Guildford Press.

Friestad, C., Pirkis, J., Beihl, M., & Irwin, C.(2003). Socioeconomic patterning of
smoking, sedentary lifestyle and overweight status among adolescents in
Norway and the United States. Journal of Adolescent Health, 22, 275-278.

Goldstein, E.B. (2008). Cognitive Psychology: Connecting mind, research, and


everyday experience (2sd ed.). Thomson Wadsworth: USA.

Goleman , D.( 2000). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: Gramedia

Goodman, E., & Huang, B. (2002) Socioeconomic status, depressive symptoms and
adolescent substance abuse. Archives of Pediatric and Adolescent Medicine,
156, 448-453.

Goodman, E., Slap, G.,& Huang, B. (2003). The public health impact of
socioeconomic status on adolescent depression and obesity. The American
Journal of Public Health, 93(11),1844-1850.

Gross, J & John, O. P. (2003). Individual Differences in Two Emotion Regulation


Processes: Implications for Affect, Relationships, and Well-Being. Journal of
Personality and Social Psychology, 85 (2), 348–362.

Humensky, J.L. (2010). Are adolescents with high socioeconomic status more likely
to engage in alcohol and illicit drug use in early adulthood?. Substance Abuse
Treatment, Prevention, and Policy, 5,19

Hunt, R.R., & Ellis, H.C. (2004). Fundementals of cognitive psychology (7th ed.).
McGraw Hill. USA
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2013). 48 Ribu Warga Aceh
Pecandu Narkoba. Diakses 24 Februari 2014 dari
http://www.menkokesra.go.id/content/48-ribu-warga-aceh-pecandu-narkoba

Lewis, J. A, Dana, R. Q., & Blevins, G. A.(2002). Substance Abuse Counseling.


California: Brooks/Cole

Macaulay, A.P., Griffin, K.W., Gronewold, E., Williams, C. & Botvin, G.J. (2005).
Parenting practices and adolescent drug-related knowledge, attitudes, norm ad
behavior. Journal of Alcohol and Drug Education, 49, 67-83

Mallick, J. (2003). Lets talk drugs: The need for effective parent-child communication
within drug education. International Journal of Adolescence and Youth, 11(1),
41-58, DOI: 10.1080/02673843.2003.9747916

Marlatt, G. A. & Donovan, D. M (2005). Relapse Prevention: Maintenance Strategies


in the Treatment of Addictive Behaviors. New York: The Guilford Press.

Marlatt, G.A. & Gordon, J.R (1985). Relapse Prevention : Maintance Strategies In
The Treatment of Addictive Behaviors. New York : Guilford Press.

Ogai, Y, dkk (2007). Development and Validation of The Stimulant Relapse Risk
Scale for Drug Abusers in Japan. Drug and Alcohol Dependence, 88 (2-3),
174-181

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development (11th ed.).
McGraw Hill: USA

Pratiwi, E,Y. (2001). Peran Dukungan Sosial dan Strategi Coping Terhadap Self
Efficacy Menghadapi Situasi Pemicu Relapse pada Penyalahguna Narkoba di
Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Padjajaran Bandung.

Prasetyo, E. (2007). Perspektif TC Terhadap Adiksi. Yogyakarta : PSPP Sehat


Mandiri

Rice, F.P., & Dolgin, K.G. (2008). The adolescent: Development, relationships, and
culture. Pearson: USA

Sarafino, (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. USA : John


Wiley and Sons.

Serambi Indonesia online (2014). Pengguna Narkoba di Aceh capai 10 ribu. Diakses
tanggal 24 Februari 2014 dari
http://aceh.tribunnews.com/2014/01/02/pengguna-narkoba-di-aceh-capai-10-
ribu.

Supramono, G. (2001). Hukum Narkoba Indonesia. Djambatan.


Williams, J.F., Burton, R.S., & Warzinski, S.S. (2014) The role of the parent in
adolescent substance use. Pediatric Annual, 43(10), 237-241

Wolin, S.J & Wolin, S. (1994). The Resilient Self How Survivors of Troubled Families
Rise Above Adversity. New York : Villard Books.
Yuen, Francis, K.O., & Mineta, D. (2003). The consequences of drug use among
youth and adolescents. International Journal of Adolescence and Youth,
11,27-39
(BCHP)

PROGRAM PENELITIAN
DOSEN MUDA

Nomor: 624/UN11/S/LK-PNBP/2015 Tanggal 02 Juli 2015

Tahun Anggaran 2015


Keterangan Penelitian

Judul Penelitian : Studi Tentang Pengetahuan Terhadap NAPZA pada


Remaja di Kota Banda Aceh

Peneliti Utama : Haiyun Nisa, S.Psi, M.Psi.

Institusi Peneliti : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas


Syiah Kuala

Bidang Fokus : Psikologi Klinis

Tahun Pelaksanaan : 2015

Biaya : Rp. 15.000.000,-

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan terhadap NAPZA


pada Remaja di Kota Banda Aceh

Sasaran Akhir Tahun : Menyelesaikan penelitian dan mempublikasikan hasil


penelitian pada jurnal penelitian ilmiah
Catatan Kemajuan Penelitian

No. Tanggal Kegiatan Catatan Kemajuan

1 Melakukan studi pendahuluan dan


1 Juli – mengumpulkan literatur, jurnal-jurnal
Identifikasi Permasalahan
1 Agustus penelitian terkait topik penelitian yang
Penelitian dan Studi Literatur
2015 akan dilaksanakan

Instrumen yang digunakan dalam


penelitian ini adalah skala pengetahuan
tentang NAPZA yang diadaptasi dari
2 Chairunnisa (2010) dan skala
4– 7 Agustus Menyusun instrumen
komunikasi orangtua dan remaja
2015 penelitian
tentang pengetahuan NAPZA yang
dikembangkan oleh peneliti
berdasarkan dimensi komunikasi
interpersonal oleh DeVito (1995)

3 10-14 Melakukan uji coba instrumen Uji coba instrumen penelitian dilakukan
Agustus penelitian untuk menguji ketepatan dan
2015 keakuratan dalam mengukur variabel
penelitian termasuk didalamnya redaksi
bahasa instrumen

4 18-20 Melakukan analisis uji Uji reliabilitas dan validitas merupakan


Agustus reliabilitas dan validitas analisis yang digunakan untuk
2015 instrumen penelitian mengukur ketepatan dan keakuratan
instrumen penelitian

5 25 Agustus – Melakukan pengumpulan data Data yang dikumpulkan sesuai dengan


5 September di beberapa wilayah kota jumlah responden yang direncanakan
2015 Banda Aceh dalam penelitian

6 22 – 30 Melakukan input data Data penelitian yang diperoleh dari


September sejumlah subjek di input ke dalam
No. Tanggal Kegiatan Catatan Kemajuan

2015 program SPSS

7 5-17 Oktober Melakukan Analisis Data Data penelitian dianalisis berdasarkan


2015 Penelitian tujuan penelitian

8 19-30 Menyusun draf publikasi Menyusun draf publikasi Latar Belakang


Oktober penelitian Masalah dan Tinjauan Literatur sesuai
2015 dengan format jurnal penelitian yang
terakreditasi

9 2-5 Menyusun Hasil Penelitian Menyusun hasil penelitian sesuai


November dengan analisis data.
2015

10 6-10 Diskusi, Pembahasan dan Menyusun Diskusi, Pembahasan dan


November Kesimpulan Kesimpulan sesuai dengan hasil
2015 penelitian

Anda mungkin juga menyukai