Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Psikosis Post Partum

Psikosis post partum adalah masalah kejiwaan serius yang dialami ibu selesai
bersalin dan ditandai dengan agitasi yang hebat, pergantian perasaan yang cepat, depresi
dan delusi.1

Psikosis pasca persalinan merupakan bentuk terburuk dari kelainan psikiatri pasca
persalinan. Onset terjadi pada minggu ke 2 hingga 4 pasca persalinan. Psikosis. Gejala
klinis psikosis postpartum terdiri dari kebingungan, mood swing, delusi, halusinasi,
paranoid, perilaku tidak terorganisir, gangguan penilaian, dan gangguan fungsi. Psikosis
pasca persalinan pada umumnya merupakan gangguan bipolar namun bisa merupakan
perburukan dari gangguan depresi mayor.1

2.2 Epidemiologi

Psikosis Post partum adalah penyakit langka, dibandingkan dengan tingkat


depresi postpartum atau kecemasan. Hal ini terjadi pada sekitar 1 sampai 2 dari setiap
1.000 kelahiran, atau sekitar 0,1% dari kelahiran. Biasanya yang paling sering dalam
postpartum 4 minggu pertama. Psikosis terjadi kurang lebih 2-3 per 1000 kelahiran .
Memerlukan perawatan psikiatrik, meskipun psikosis post partum merupakan sindrom
yang sangat jarang terjadi tetapi sebagai gangguan paling berat dan dramatis yang terjadi
pada periode post partum.2

2.3 Etiologi

Penyebab psikosis postpartum.Terdapat empat faktor penyebeb psikosis postpartum


sebagai berikut:2,3

a. Faktor Gangguan/Komplikasi Obstetri

Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin dan komplikasi persalinan saat ini serta apakah
ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada
wanita primipara. Wanita primipara lebih umum mengalami gangguan psikosis karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi
bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.

b. Faktor fisik

Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan
periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan.Kadar progesteron dan estrogen yang menurun
secara cepat setelah melahirkan merupakan salah satufaktor penyebab.

c. Faktor psikologis

Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi dua
individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Pentingnya
cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu
dan anak.

d. Faktor sosial

Permukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain
kurangnya dukungan dalam perkawinan.

2.4 Faktor Resiko

Seorang wanita kemungkinan akan mengalami psikosis postpartum, jika ia memiliki:5

1. Riwayat mengidap depresi atau gangguan psikosis lainnya

2. Pernah mengalami depresi dan gangguan psikosis postpartum

3. Riwayat keluarga yang mengidap gangguan psikosis

4. Mengalami stress di rumah atau tempat kerja selama hamil. Perempuan yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja tau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah
tangga dan orang tua dari anak-anaknya.
5. Kurang mendapat dukungan emosional. Banyaknya kerabat keluarga yang
membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pascasalin, beban seorang ibu
karena kehamilannya akan semakin berkurang.

6. Memiliki masalah pernikahan atau masalah hubungan.

2.5 Patofisiologi

Hormon-hormon yang diduga berperan adalah estrogen, progesteron, kortisol dan


hormon tiroid. Periode pasca persalinan adalah periode dimana terjadi perubahan yang
cepat dari konsentrasi beberapa hormon. Selama 48 jam pertama persalinan konsentrasi
estrogen, progesteron dan kortisol menurun. Telah diketahui keterlibatan hormon steroid
dalam patogenesis gangguan mood non puerperal.

Perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata
estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase. Kadar estrogen turun
secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik
noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi

2.6 Manifestasi Klinis

Psikosis postpartum gejala dapat terjadi dalam jangka waktu setahun setelah
melahirkan.Namun awalnya sering terjadi pada dua minggu pertama setelah persalinan.
Gejala-gejala dapat berupa: 5,6

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Sulit tidur

4. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa

5. Sering menangis

6. Gelisah dan rasa cemas yang berlebihan

7. Mudah tersinggung

8. Merasa letih dan lelah


9. Semangat yang menurun

10. Menolak makan dan minum

2.7 Tatalaksana

Psikosis postpartum dapat tergolong gawat darurat psikiatri .Disini pasien tidak
dapat mengutarakan keluhannya, sehingga seringkali dibutuhkan dukungan dari
keluarga.Pasien sebaiknya dirawat di RS untuk sementara waktu dan diberikan
antipsikotik juga psikoterapi suportif. Dengan penanganan yang cepat dan tepat,
kebanyakan akan remisi sempurna. Pengobatan tergantung pada penyebab
psikosis.perawatan dirumah sakit sering kali diperlukan untuk menjamin keselamatan
pasien. Penatalaksannan yang dilakukan:

1. Konsultasikan dengan dokter,psikiater,psikolog,dan tdengan tenaga kesehatan


lainnya.
2. Sejak pemeriksaan kehamilan pertama kali dengan tenaga medis harus dengan
kesabaran meyakinkan calon ibu bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan
merupakan hal yang normal
3. Ajarkan dan berikan latihan latihan untuk dapat menguasai otot-otot istirahat
dan pernafasan
4. Hindari kata kata dan komentar yang dapat mematahkan semangat si ibu.

Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain
sebaiknya dirawat di rumah sakit. Menggunakan obat-obatan bisa dengan antipsikotik,
antidepressan dan anti ansietas.

1. Antidepresan

Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi
melabihi risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan
nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresif. Efek samping pada ibu
adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat
golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan depresi.
Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yang
semakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan
inibitor selektif ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI),
termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer
bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak menimbulkan hipotensi
ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripadaantidepresanlain.

2. Antipsikotik

Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia,


gangguan skizoafektif, atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi
antipsikotik selama kehamilan. Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.
Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki
kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui. Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik
berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dan tioridazin,
memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.

3. Antiansietas

Sindroma ansietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik yang terdiri dari
dopaminergik, nonadrenergik, serotonergik yang dikendalikan oleh GABAdrenergik yang
merupakan inhibitor neurotransmitter.7,8

1. Mansur, Herawati,2010,Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan,Jakarta:Salemba


Medika
2. Milles.2009.Buku ajar Bidan,editor,Diane M. Fraser; alih bahasa Pamilih eko.Edisi
14.Jakarta:EGC
3. Sit D, Rothschild , Wisner K. A Review of Postpartum Psychosis. Women's Health.
2011 November; 15.
4. Suttajit S. Roles of Neurotransmitters, Hormones and Brain-Deriver Neurothrophic
Factors in pathogenesis of Psychosis. Chiang Mai Medical. 2009; 21(1).
5. Monzon C, Lanza T, Pearlstein T. Psychiatric Times. [Online].; 2014 [cited 2015
July. Available from: http://www.Psychiatrictimes.com.
6. Cockburn J, Michael M. Psychological Challenges in Obstetrics and Gynecology.
Springer. 2012; 13(1).
7. Riordan J. Psychosis Postpartum in Breastfeeding and Human Lactation. Barlet.
2012; 3(10).

8. Zonana J, Gorman J. The Neurology os Psychosis Postpartum. CNS Spectrum. 2013


October; 10(5).

9.

Anda mungkin juga menyukai