Anda di halaman 1dari 11

Pengembangan Modul Problem Based Learning Berbasis Gaya Belajar Mahasiswa pada

Materi Asam Basa dan Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

Windri Wulan Sari, Suryati, M.Pd, Yuni Permatasary, S.Pd

Program Studi Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram

email: wulansambika19@yahoo.com

Abstract : The Modul Development of Problem of Problem Base Learning in Study Style Base at
Acid Alkali Topic of Solubility and Solubiliti Times Result. This study is aimed at develoving the
modul problem base learning in study style base at acid alkali topic of solubility and solubility times
result. Problem base learning in study base guide the students to be more active in fiding the solution
of existant problem. The development model used in this study was 4D which wre derive from define,
design, develop and not completely reached the disseminate part with some develpement
considerations. The result of the study validated by the three validators, who are the expert lecturers by
using the questionnaire, and also try out the ten IKIP Mataram students of the sixth semester. The
result of the study is the product of problem base learning in study style base at acid alkali topic of
solubility and solubility times result modul this was proved by the lecturers validating towards the
modul itself, which showed the proper precentation was 82.95% whichcategorized into very proper.
The result of the basic Chemistry lecturers’assessment, it found thet the properprosentation was
92.50%. The result of the try out to the 10 limited group showed thet the average score was 83.21%
which categorized into very proper.based on the precentation of the product result was properly ready
tobe used.

Key Word :modul,Problem Base Learning, Study Style, Acid Alkali, Solubility, Solubiliti Times
Result

Abstrak : Pengembangan Modul Problem Based Learning Berbasis Gaya Belajar Mahasiswa
pada Materi Asam Basa. Pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelayakan
modul Problem Based Learning Berbasis Gaya Belajar pada materi Asam Basa Kelarutan dan Hailkali
Kelarutan. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D yang terbatas pada
tahap define, design, dan develop, dan tidak sampai tahap disseminate. Hasil pengembangan divalidasi
oleh tiga validator ahli menggunakan instrumen berupa angket, serta uji coba kepada 10 orang
mahasiswa IKIP Mataram semeter VI. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah produk yaitu Modul
Problem Based Learning Berbasis Gaya Belajar. Hasil validasi oleh dosen ahli terhadap modul yang
menunjukkan persentase kelayakan 82,95% yang berarti sangat layak, hasil penilaian dosen kimia
dasar II diperoleh persentase sebesar 92,50%. Dan pada ujicoba kelompok terbatas terhadap 10 orang
mahasiswa IKIP Mataram diperoleh rata-rata persentase kelayakan sebesar 83,21% dengan kriteria
sangat layak. Dilihat dari persentase uji kelayakan bahwa produk pengembangan bahan ajar yang
dikembangkan layak untuk digunakan.

Kata kunci: Modul, Problem Based Learning, Gaya Belajar, Asam Basa, Kelarutan dan Hasilkali
Kelarutan.
PENDAHULUAN

Adapun karakteristik dari ilmu kimia diantaranya adalah sebagian besar konsep
kimia bersifat abstrak dan bersifat konkret, sangatlah diperlukan pemahaman yang benar terhadap
konsep dasar yang membangun konsep tersebut. Karakteristik kimia yang multi kompleks
menyebabkan materi kimia sulit dipahami oleh peserta diddik. Untuk memahaminya diperlukan
kemampuan berhitung dan penguasaan konsep. Mengingat rumus-rumus dalam menguasai materi
kimia membuat peserta didik melupakan fenomena-fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dikarenakan kurangnya pemahaman konsep serta hubungannya antar konsep dengan
aplikasinya membuat materi kimia sulit untuk dipahami oleh peserta didik. Johnstone dan Wu dalam
Kirna (2010) menyatakan bahwa untuk bisa memahami kimia, pembelajar harus mempunyai
pemahaman dan mampu mengaitkan tiga aspek kajian kimia, yaitu makroskopis, mikroskopis, dan
simbolik. Johnstone dalam Chittleborough (2004) membedakan ketiga level representasi kimia
mengenai materi dengan penjelasan sebagai berikut ; (1) level makroskopis terdiri dari fenomena
kimia nyata secara langsung atau tidak langsung pada pengalaman siswa sehari-hari, (2) level
mikroskopis terdiri dari fenomena kimia nyata yang menunjukkan tingkat partikular, sehingga tidak
dapat dilihat seperti pergerakan elektron, molekul, partikel atau atom, (3) level simbolik terdiri dari
fenomena kimia nyata dan dapat diimplementasikan ke dalam bentuk-bentuk berupa gambar, hitungan
dan grafik.

Materi asam basa merupakan materi yang memuat sifat kimia yang sangat komplek yaitu (1)
makroskopis yaitu materi atau konsep yang dipelajari dalam bentuk makro yang bisa langsung
diamati atau nyata seperti melakukan percobaan berupa sifat asam basa dari suatu larutan dan
aplikasi konsep pH, (2) mikroskopis yaitu suatu fenomena kimia yang nyata yang menunjukan
partikula, sehingga sulit untuk dilihat dengan kasat mata seperti pengembangan teori asam basa (3)
simbolik yang berupa simbol-simbol atau perhitungan seperti derajat keasaman (pH), derajat
ionisasi. Oleh sebab itu, dalam mempelajari larutan asam basa dibutuhkan kemampuan memahami
konsep, keterampilan menghitung dan melakukan percobaan. Materi ini saling berhubungan dengan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan yang merupakan dasar materi kimia yang erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah materi yang mengandung
pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Materi Kelarutan dan hasil kali kelarutan
membutuhkan pemahaman konsep yang baik dan nalar logika yang tinggi dalam penyelesaian soal-
soalnya. Materi Kelarutan dan hasil kali kelarutan juga membutuhkan pengetahuan prosedural
berkaitan dengan tahap-tahap atau urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap tahap
memerlukan konsep tertentu. Dalam hal ini perlu mengembangkan bahan ajar yang berkualitas baik
sesuai dengan kriteria dan standar kualitas yang telah ditentukan. Bahan ajar yang baik dapat
membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai materi kimia dengan baik, bahan ajar yang
dibuat hendaknya dapat membuat peserta didik aktif dan memberikan motivasi dalam membaca.
Dengan demikian, pembuatan bahan ajar memegang peranan penting dalam kesuksesan proses
pembelajaran guna mendukung kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Selaras dengan hal diatas dari hasil observasi di IKIP Mataram, bahan ajar yang digunakan
masih berupa buku teks. Buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan mahasiswa
untuk mencari informasi seputar materi yang tengah dipelajari. Meskipun buku teks dapat
ditemukan dengan mudah. Namun, keberadaanya belum sepenuhnya menunjang pemahaman
mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang dipelajari. Mahasiswa juga mengungkapkan bahwa
penyajian buku teks sulit dipahami. Teknik penyajian materi pada buku teks tidak mampu
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam melakukan penemuan-penemuan guna membangun konsep
terhadap materi yang dipelajari. Kurangnya keterlibatan mahasiswa dalam membangun konsep
menyebabkan mahasiswa mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan. Selain itu, mahasiswa
juga kesulitan mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks.
Buku teks hanya berfokus pada penyajian materi sehingga mengabaikan motivasi dan aktivitas
dari penggunanya. Motivasi yang rendah akan berimplikasi terhadap hasil belajar. Adanya motivasi
yang baik dalam pembelajaran akan menunjukkan hasil yang baik pula (Sardiman, 2011). Mahasiswa
berharap ada suatu usaha untuk membuat bahan ajar yang dapat menjembatani pemahamannya
dengan materi yang disajikan.
Dalam upaya meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar pada mahasiswa pendidikan
kimia. Dipilih alternatif pemecahan masalah yaitu dengan mengembangkan suatu bahan ajar. Bahan
ajar yang ingin dikembangkan adalah modul. Melalui modul ini diharapkan mahasiswa dapat
termotivasi untuk belajar mandiri sehingga perkuliahan dapat lebih efektif dan efisien karena
mahasiswa mampu memahami sendiri materi perkuliahan yang akan dipelajari. Modul yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini adalah Modul Problem Based Learning Berbasis Gaya Belajar.
Jadi, Problem Based Learning menghendaki agar mahasiswa aktif untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Maka diperlukan desain bahan ajar yang sesuai dengan mempertimbangkan pengetahuan
mahasiswa.
Pelaksanaan perkuliahan Problem Based Learning dikaitkan dengan pengetahuan mahasiswa
yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam pelaksanaan Problem Based Learning terdapat proses yang
harus dimunculkan seperi keterlibatan (engagement) inkuiri dan investigasi (inquiry and
investigation), kinerja (performent), Tanya jawab dan diskusi (debriefing). Keterlibatan bertujuan
mempersiapkan mahasiswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan
pihak lain, menghadapkan mahasiswa pada situasi yang mampu mendorong untuk mampu
menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikan. Inkuiri dan investigasi meliputi kegiatan
mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan implikasinya, serta kegiatan mengumpulkan dan
mendistribusi informasi. Kinerja bertujuan menyajikan temuan yang diperoleh. Tanya jawab dan
diskusi menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang
dilakukan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar diperguruan tinggi yang
dapat dikendalikan adalah faktor gaya belajar. Pengetahuan tentang gaya belajar, pendekatan belajar
dan keterampilan belajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa terutama yang proses pembelajarannya
menggunakan model Problem Based Learning. Gaya belajar dapat menjadi katalisator untuk
pembelajaran yang efektif (Reid, 2005). Gaya belajar sangat mungkin mencerminkan strategi dan
pendekatan belajar yang akan dipergunakan. Penggunaan gaya belajar dapat memprovokasi pelajar
dan dosen untuk merefleksikan aspek pembelajaran dan mempertimbangkan strategi belajar yang
berbeda. Kemampuan untuk memilih dan menggunakan strategi belajar inilah yang disebut
keterampilan belajar (study skill). Keterampilan belajar dapat terdiri dari campuran strategi yang
dipilih oleh individu (Reid, 2005).
Hasil penelitian Amarlita, 2013. Dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah
Pada Mata Pelajaran Kimia Materi Hidrokarbon. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada uji coba penggunaan bahan ajar berbasis masalah
menunjukkan hasil yang positif. Selain itu, Sukardi (2012). Dengan judul Pembelajaran Berbasis
Masalah Melalui Eksperimen dengan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtual Ditinjau dari
Kreativitas dan Gaya Belajar. Dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
Pengembangan Modul Problem Based Learning Berbasis Gaya Belajar Mahasiswa pada
Materi Asam Basa. Modul ini diharapkan mampu menuntut mahasiswa untuk terlibat aktif dalam
menyelesaikan permasalahan secara mandiri dengan gaya belajar yang dimiliki terkait dengan
konsep materi yang akan dipelajari.

METODE PENELITIAN
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian pengembangan model
konseptual 4D (four D model) yang dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, & Semmel pada
tahun 1974 (Trianto, 2010). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi bahan ajar
KAPRA berbasis Literasi Sains. Model pengembangan perangkat seperti yang di sarankan oleh
Thiagarajan, Semmel, & Semmel (1974) adalah model 4-D dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini
:
Analisis awal
akhir
Analisis siswa

Analisis Tugas Analisis Konsep PENDEFINISIA


N

Spesifikasi Tujuan
Pembelajaran
Penyusunan Tes

Pemilihan Bahan
Ajar
Pemilihan Format PERENCANAA
N

Rancangan Awal

Validasi ahli

Uji pengembangan PENGEMBANG


AN

Uji validasi

Pengemasan
PENYEBARAN
Penyebaran

Gambar 1. Diagram Alir Perkembangan Perangkat Pembelajaran Modifikasi Dari 4-D


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian pengembangan ini adalah bahan cetak berupa modul problem based
learning berbasis gaya belajar. Kegiatan penelitian pengembangan dengan judul
“Pengembangan modul problem based learning (PBL) berbasis gaya belajar pada materi
asam basa kelarutan dan hasilkali kelarutan untuk mahasiswa” telah dilaksanakan pada bulan
april sampai mei 2015 di IKIP Mataram. Seluruh kegiatan yang dilaksanakan di kampus
melibatkan dosen validator, dosen pengampu mata kuliah dan peserta didik. Pengembangan
modul problem based learning berbasis gaya belajar ini bertujuan untuk memperoleh modul
yang layak, praktis, dan efektif untuk digunakan. Produk ini diharapkan dapat dimanfaatkan
dalam upaya meningkatkan respon peserta didik dan motivasi peserta didik dalam proses
belajar berlangsung, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Prosedur pengembangan yang digunakan peneliti adalah prosedur penelitian
pengembangan 4D Thiagarajan yang melalui beberapa tahap, yakni tahap define
(pendefinisian), tahap design (perancangan) dan tahap develop (pengembangan) serta tahap
disseminate (penyebaran).
Tahap pendefinisian pada kegiatan ini adalah dengan melakukan kegiatan
analisis.Tujuan dari tahapan ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran, yang diawali dengan analisis kebutuhan dan analisis tujuan dari batasan
materi yang dikembangkan. Adapun tahapan dalam pendefinisian adalah sebagai berikut:
Tahap analisis awal-akhir dikaji masalah mendasar yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran dan perlu adanya pengembangan bahan ajar. Hasil kajian peneliti tentang
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran kimia. Antara lain, siswa
merasa bahwa pembelajaran kimia pada khususnya materi laju reaksi merupakan salah
satu materi yang sulit dipelajari dikarenakan siswa harus mempelajari materi lain yang
berhubungan dengan materi laju reaksi dan dilihat dari segi karekteristiknya yakni
makroskopis, simbolik, dan mikroskospis. Bahan ajar yang digunakan saat ini dominan
mengacu kepada bahan ajar yang kurang menarik yang hanya memuat tentang materi
dan soal-soal yang harus diselesaikan oleh siswa serta tidak melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu juga, kemampuan literasi sains siswa
Indonesia tergolong rendah berdasarkan hasil studi PISA 2012. Dimana, rendahnya
kemampuan literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya
yakni bahan ajar dan sumber belajar.
Dari permasalahan di atas diperlukan bahan ajar yang dapat memberikan nuansa
menyenangkan bagi para peserta didik. Bahan ajar KAPRA berbasis literasi sains ini
merupakan bahan ajar yang dapat digunakan sebagai alat untuk memahami materi kimia
sekaligus dapat memberikan kesenangan dalam belajar kimia. Dengan adanya
Pengembangan Bahan Ajar KAPRA berbasis Literasi Sains Untuk SMA/MA Kelas XI
Semester Ganjil ini, diharapkan dapat meningkatkan minat membaca siswa dan motivasi
belajar siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung khususnya pada materi laju
reaksi. Tahap ini dilakukan analisis konsep dengan mengidentifikasi konsep-konsep
utama dalam materi laju reaksi yang mengacu pada silabus dengan kompetensi dasar
yang akan diajarkan, sehingga perumusan tujuan pembelajaran dapat diidentifikasi.
Analisis tugas dilakukan dengan merinci tugas isi mata pelajaran dalam bentuk garis
besar. Analisis ini mencakup analisis struktur isi. Berdasarkan kurikulum KTSP SMA
materi “Laju Reaksi” dianalisis.

Tahap design diawali dengan penyusunan modul. Modul disusun berdasarkan


indikator pencapaian kompetensi dasar dan indicator yang termuat dalam penyusunan
modul. Pemilihan format perangkat pembelajaran yang akan digunakan disesuaikan
dengan tahapan model pembelajaran KAPRA yang berbasis literasi sains . Silabus yang
dikembangkan berbentuk tabel, dengan kolom kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar. RPP yang disusun memuat
identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, media
pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber belajar, dan penilaian. Langkah-langkah
kegiatan disajikan dalam bentuk tabel dengan distribusi waktu untuk kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Modul dikembangkan untuk
membimbing dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.
Modul yang dikembangkan memuat langkah-langkah modelpembelajran KAPRA
berbasis literasi sains. Modul yang dikembangkan mempunyai tampilan seperti layaknya
sebuah buku, mempunyai sampul/ cover, kata pengantar, peta konsep, daftar isi, uraian
materi, contoh soal, latihan soal, uji kompetensi, kunci jawaban, daftar pustaka, serta
glusorium. Hasil pada tahap perancangan ini disebut Draf-1. Selain rancangan perangkat
pembelajaran, juga disiapkan instrumen penelitian, yakni lembar validasi beserta
pedoman penskorannya Tahap pengembangan dimulai dengan validasi perangkat
pembelajaran oleh ahli, praktisi, dan ujicoba terbatas. Validasi ini dilakukan untuk
melihat validitas isi dari Draf 1 yang telah disusun.Hasil validasi ahli tampak pada Tabel
1 berikut:
Tabel 1 Hasil validasi produk dari dosen ahli

Persentase
No. Validator Penilaian Kualifikasi Kriteria
(%)
Pahriah, Valid/tidak
1. 72 81,81 Sangat layak
M.Pd revisi
Asmaria Valid/tidak
Nursuci revisi
2. 74 84,09 Sangat layak
Yatni,
M.Pd
Rata-rata Valid/tidak
82,95 Sangat layak
persentase revisi

Keterangan :
V1 = Validator pertama yaitu Bapak Ahmadi, M.Pkim
V2 = Validator kedua yaitu Bapak Yusron Khery, S.Si.,M.Pd
R1 = Revisi Pertama
R2 = Revisi Kedua
Hasil validasi ini rata- ratanya dikategorikan sangat layak,sedangkan untuk validasi
praktisi dan uji coba terbatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Hasil validasi produk dari praktisi


Nama
Persentase
No. subjek uji penilaian Kategori Kriteria
(%)
coba
Ratna
Azizah Valid/tidak
1. 37 92,5 Sangat layak
Mashami, revisi
M.Pd

Tabel 4. Hasil ujicoba produk oleh Masiswa

Subjek uji Persentase


No. penilaian Kategori Kriteria
coba (%)
1. Rizka 34 70,83 Layak Valid
2. Catur 41 85,41 Sangat layak Valid
3. Asmawati 40 83,33 Sangat layak Valid
4. Ahmad 38 79,16 Layak Valid
5. Siti 45 93,75 Sangat layak Valid
6. Nurhidayati 39 81,25 Sangat layak Valid
7. Sri 40 83,33 Sangat layak Valid
8. Nursaniah 35 72,91 Layak Valid
9. 35 72,91 Layak Valid
Hari
10. Minasari 41 85,41 Sangat layak Valid
Rata-rata persentase
83,21 Sangat layak Valid
kelayakan
B. Pembahasan

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah modul asam basa dan kelarutan dan
hasilkali kelarutan menggunakan model problem based learning berbasis gaya belajar yang
dikembangkan melalui tahapan-tahapan pengembangan model 4D Thiagarajan. Modul ini nantinya
akan digunakan sebagai salah satu sumber belajar di IKIP Mataram Fakultas Pendidikan Matematika
dan IPA jurusan pendidikan kimia pada mata kuliah kimia dasar II. Pengembangan modul
pembelajaran problem based learning berbasis gaya belajar pada materi asam basa kelarutan dan
hasilkali kelarutan bertujuan untuk memperoleh modul yang baik dan layak. Diharapkan nantinya
produk ini dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa
secara mandiri. Hal ini disebabkan karena melalui modul, mahasiswa diarahkan untuk menemukan
masalah dan mampu memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok.
Prosedur pengembangan suatu model pembelajaran harus memenuhi kriteria kelayakan/valid
sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Modul kimia problem based leraning
berbasis gaya belajar telah dikembangkan menggunakan model 4 D melalui serangkaian tahap
pengembangan., yakni tahap define (pendefinisian), tahap desaign (perancangan) tahap development
(pengembangan), dan tidak sampai dessimenet (penyebaran).
Sebelum diujicobakan modul problem based learning berbasis gaya belajar terlebih dahulu
di uji kelayakannya. Uji kelayakan dilakukan oleh 2 orang dosen ahli, seorang dosen praktisi (dosen
kimia dasar II), dan uji coba kelompok terbatas mahasiswa secara langung melalui angket yang
mewakili seluruh obyek penilaian. Hasil analisis data lembar validasi bahan ajar berupa modul
yang dinilai oleh ahli (dosen) mencakup empat komponen. Keempat komponen yang dinilai adalah
kelayakan sampul, kelayakan isi, bahasa dan keterbacaan serta kegrafisannya.
Kelayakan modul hasil pengembangan mengacu pada hasil penilaian validator. Skor rata-
rata hasil validasi ahli sebesar 82,95% dengan kategori sangat layak sedangkan, hasil validasi
praktisi oleh dosen kimia dasar II sebesar 92,5 % dan hasil uji coba mahasiswa sebesar 83,21 %
dengan kategori sangat layak. Dengan demikian bahan ajar dinyatakan layak untuk digunakan.
Disini terbukti bahwa model pembelajaran Problem based learning berbasis gaya belajar yang
digunakan sebagai model pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta dalam
pengembangan modul problem based learning berbasis gaya belajar pada materi asam basa dan
kelarutan dan hasil kali kelarutan dinyatakan layak untuk digunakan.
Model pembelajaran Problem Based Learning yang digunakan sebagai model pembelajaran
dikelas dengan berbasis gaya belajar. Kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning
ini adalah (1) Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut; (2) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berpikir peserta didik yang lebih tinggi; (3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata
yang dimiliki peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) Peserta didik dapat
merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan
dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan peserta didik
terhadap bahan yang dipelajari; (5) Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didik
dapat diharapkan. Modul ini disusun berdasarkan langkah-langakah dalam model pembelajaran
Problem Based Learning yaitu melakukan orientasi masalah kepada mahasiswa, mengorganisasikan
mahasiswa untuk belajar, melaakukan penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Ini dapat digunakan untuk menunjang
kegiatan belajar didalam kelas serta dalam modul Problem Based Learning ini mahasiswa bukan
hanya belajar dengan membaca saja, akan tetapi juga mendapat kesempatan untuk berlatih
mengembangkan keterampilan berfikir, bersikap ilmiah serta mahasiswa dapat membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya melalui pemecahan-pemecahan masalah
yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Gaya belajar yang didapatkan dalam modul pembelajaran Problem Based Learning ini
meliputi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Gaya belajar visual, permasalahan-
permasalahan dalam materi disajikan secara kontekstual, media yang digunakan berupa gambar atau
video terkait materi asam basa kelarutan dan hasilkali kelarutan. Dalam modul, untuk gaya belajar
auditori dihadirkan melalui diskusi dan presentasi pada langkah keempat model pembelajaran
dalam modul, gaya belajar kinestetik dimunculkan dalam bentuk percobaan/praktikum, didalam
modul disajikan praktikum sesuai bagian materi yang membutuhkan praktik pada asam basa dan
kelarutan dan hasilkali kelarutan, pebelajar diberikan arahan untuk melakukan uji pemahaman materi
melalui praktikum untuk meningkatkan pemahaman pebelajar mengenai materi asam basa dan
kelarutan dan hasilkali kelarutan.

Penelitian Pengembangan ini diperkuat dengan penelitian Amarlita, 2013. Dengan judul
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Kimia Materi Hidrokarbon.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada uji coba
penggunaan bahan ajar berbasis masalah menunjukkan hasil yang positif. Selain itu, Sukardi (2012).
Dengan judul Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Eksperimen dengan Laboratorium Riil dan
Laboratorium Virtual Ditinjau dari Kreativitas dan Gaya Belajar. Dapat disimpulkan bahwa adanya
pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Dari kedua hal tersebut, maka model
pembelajaran problem based learning dipadukan dengan gaya belajar dalam penelitian ini menjadi
pengembangan problem based learning berbasis gaya belajar. Dengan adanya problem based
learning berbasis gaya belajar ini diharapkan dapat meningkatkan minat membaca siswa dan hasil
belajar siswa melalui membaca.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : (1)


Bentuk bahan ajar ini adalah berupa modul yang berisi materi dengan mengikuti sintaks
dari model pembelajaran PBL berbasis Gaya Belajar. (2) Kelayakan bahan ajar hasil
pengembangan mengacu pada hasil penilaian validator. Skor rata-hasil validasi ahli
sebesar 82,39% dengan kategori sangat layak sedangkan, hasil validasi praktisi oleh
dosen kimia sebesar 92,50 % dan hasil uji coba mahasiswa sebesar 83,21% dengan
kategori sangat layak. Dengan demikian bahan ajar dinyatakan layak untuk digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan
adalah Produk pengembangan modul PBL berbasis gaya belajar ini perlu diujicobakan
agar dapat mengetahui keefektifan produk bahan ajar sebagai hasil belajar mahasiswa,
dan Produk pengembangan modul PBL berbasis gaya belajar ini perlu diujicobakan agar
dapat mengetahui keefektifan produk bahan ajar sebagai hasil belajar mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.2010.Manajemen Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad,A.2008.Media Pembelajaran.Jakarta: Rajagrafindo Persada
Amarlita, Dhamas Mega, dkk.2013.Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Materi
Pelajaran Kimia SMA Kelas X dalam Materi Hidrokarbon(artikel).Ambon: FKIP UDA
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M. 1980.Problem Based Learning: an Approach to Medical
Education. New York: Springer Publishing

Brady,E.2002. Kimia Universitas.Tanggerang : Binapura Aksara Publisher


Chang, R. 2004. Kimia dasar konsep-konsep inti jilid 2/edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Chittleborough.2004. Pengembangan PerangkatPembelajaran Kimia Dengan Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) pada materi Larutan Asam Basa untuk kelas SMA kelas XI
(skripsi). IKIP MATARAM.
Dasna I Wayan and Sutrisno.2005.Pembelajaran Berbasis Masalah(artikel). Malang: UNM
DePorter dan Hernacki.2012.Quantum Learning (Membiasakan belajar nyaman dan
menyenangkan).Bandung: PT Mizan Pustaka
Gilakjani, A. Pourhossein.2012.Visual,Auditory,Kinaesthetic Learning Style and Their Impacts
on English Language Teaching. Journal of Studies in Education.Vol.2.No.1.ISSN 2162-
6952
Graaff, Erik De.2003.Characteristic of Problem Based Learning.International
Journal.Vol.19.No.5.pp.657-662
Gabel, Samuel, dan Hunn, 1987; Gabel, 1999. (dalam Wu, et al.200). Pengaruh Penggunaan
Buku Ajar Ikatan ionik dengan multi representasi terhadap prestos ibelajar siswa
(artikel). Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN.
Gabel Pilip an Eddi Hermon John.2008.The Motivational dimensional model of affect:
Implication forberadth of attention, memory and cognitive categorisation(Artikel). USA:
Texas A& M University
Hasrul.2009.Pemahaman Gaya Belajar(artikel). Malang: UNM
Purba, M.2006 Kimia Untuk SMA Kelas X.Jakarta : Erlangga
Rahmi, dkk. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Mahasiswa Berbasis Problem Based Learning
pada perkuliahan persamaaN Diferensial.Jurnal Pendidikan. Vol.5. No.1.ISSN:2087-
0922
Satrawati, Eka, dkk. Problem Based Learning, Strategi Metakognisi, dan Keterampilan Berfikir
Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Pendidikan.Vol.1.No.2.pp 1-14.ISSN 2088-205X
Sardiman.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D.Bandung : Alvabeta CV
Supardi, dkk. 2012.Pembelajaran Visualisasi, Auditori, Kinestetik Menggunakan Media
Swishmax Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit(artikel). Semarang: UNM

Anda mungkin juga menyukai