Anda di halaman 1dari 19

REFARAT Desember, 2016

MELASMA

Disusun Oleh:

Ingrit Nadya Dwi Putra


N 111 16 014

PEMBIMBING KLINIK
dr. Nur Hidayat, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Ingrit Nadya Dwi Putra

Stambuk : N 111 16 014

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi : Kedokteran

Judul Referat : Melasma

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Undata Palu

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Tadulako

Palu, Desember 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(dr. Nur Hidayat, Sp.KK) (Ingrit Nadya Dwi Putra)

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
BAB II TINJUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
1. AnatomiKulit ......................................................................................... 6
2. Definisi Melasma ................................................................................... 9
3. Epidemiologi ......................................................................................... 11
4. Etiopatogenesis ....................................................................................... 11
5. Manifestasi Klinis .................................................................................. 12
6. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 13
7. Diagnosis ............................................................................................... 14
8. Diagnosis Banding ................................................................................. 14
A. Lentigo ............................................................................................... 14
B. Post inflammatory hyperpigmentation (PIH) ……………………. 14
9. Penatalaksanaan ..................................................................................... 16
10. Prognosis ……………………………………………………………. 17
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kelainan pigmentasi adalah perubahan warna kulit yang menjadi lebih putih,
lebih hitam, atau coklat.Namun yang paling berperan adalah pigmen melanin.Pada
penyakit kelainan pigmentasi, sebagian besar diakibatkan oleh gangguan pada
melanosit.1
Lapisan basal merupakan lapisan paling bawah dari epidermis dan berbatas
dengan lapisan dermis.Dalam lapisan basal terdapat juga melanosit.Melanosit adalah
sel dendritik yang membentuk melanin.Melanin berfungsi untuk melindungi kulit
terhadap sinar matahari. Semua ras mempunyai jumlah melanosit yang sama.
Perbedaan warna kulit bergantung pada kegiatan melanosit.1
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan.Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis
atau korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.1
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan
lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut :2
1. Perlindungan kulit dari sinar untraviolet,
2. Pengatur suhu,
3. Sebagai ekskresi,
4. Persepsi sensorik,
5. Pembentukan vitamin D.
Kelainan warna kulit akibat berkurangnya atau bertambahnya pembentukan
pigmen melanin kulit.Warna kulit manusia ditentukan oleh pigmen, dan yang
berperan yaitu pigmen melanin. Melanosis adalah kelainan pada proses pembentukan
melanin kulit, yaitu :4
1. Hipermelanosis (melanoderma) bila produksi pigmen melanin bertambah,
2. Hipomelanosis (lekoderma) bila produksi pigmen melanin berkurang.

4
Warna kulit ditentukan oleh pigmen yang dihasilkan lapisan kulit.Produksi
pigmen bertambah jika bersangkutan sering terkena sinar matahari karena pigmen
berfungsi untuk melindungi kulit. Kulit yang sering terkena sinar matahari akan
menjadi lebih gelap. 10
Hipermelanosis dapat disebabkan oleh sel melanosit bertambah maupun hanya
karena pigmen melanin yang bertambah.Sebaliknya hipomelanosis dapat disebabkan
oleh pengurangan jumlah pigmen melanin atau berkurang maupun tidak adanya sel
melanosit.4
Melasma atau sering disebut kloasma adalah suatu bercak hiperpigmentasi yang
sering ditemukan pada daerah muka, yaitu kedua pipi, dahi, dagu, bibir atas dan dapat
meluas sampai ke leher. Warna dapat bervariasi mulai dari coklat muda sampai
kehitaman dab berbentuk tidak teratur. Ukurannya juga sangat bervariasi.Lesi
biasanya simetrik, terutama bila mengenai pipi, sedangkan penyebarannya
menyerupai topeng.1
Oleh karena itu refarat ini dibuat dengan tujuan untuk membahas mengenai
masalah kelainan warna pada kulit yaitu melasma.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi

Kulit adalah organ terberat di tubuh dan terdiri dari lapisan epidermis,
lapisan dermis dan lapisan subkutan.3
Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya,
yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal (6mm)
terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5mm) terdapat di penis.1
Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk, tetapi juga mengandung tiga jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak
jumlah sel epitel yaitu sel melanosit, sel Langerhans dan sel merkel.Sel
epidermis yang mempunyai lapisan tanduk disebut keratinosit.3
Lapisan epidermis lebih tipis yang terdapat folikel rambut, kelenjar
sebaseus dan kelenjar keringat.2

6
Epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil keratin (keratinosit) :
a. Stratum basale (stratum germinativum)
Stratum basale adalah lapisan paling dalam di
epidermis.Lapisan ini terdiri dari satu lapisan sel kolumnar hingga
kuboid yang terletak pada membrane basalis yang memisahkan
epidermis dengan dermis.Sel membelah dan mengalami
pematangan sewaktu bermigrasi keatas menuju lapisan diatasnya.
Semua sel di stratum basal menghasilkan dan mengandung filamen
keratin intermediate (filamentum keratini) yang meningkat
jumlahnyasewaktu sel bergerak ke lapisan diatasnya.2
b. Stratum spinosum
Sewaktu keratinosit bergerak keatas lapisan berikutnya dari
lapisan basal.Lapisan ini terdiri atas empat sampai enam lapisan sel.
Sel pada lapisan ini terlihat agak gepengdengan inti
ditengahnya.Akibatnya, ruang interseluler memperlihatkan banyak
tonjolan sitoplasma, atau spina (duri), yang keluar dari
permukannya.Pembentukan filamen keratin berlanjut dilapisan ini
yang kemudian tersusun membentuk tonofilamen
(tonofilamentum).2
c. Stratum Granulosum
Lapisan ini dibentuk oleh tiga sampai lima lapisan sel gepeng.
Sel-sel ini terisi oleh granula keratohialin basofilik.Granula tidak
dibungkus oleh membrane dan berkaitan dengan berkas tonofilamen
keratin.Kombinasi tonofilamen keratin dengan granula keratohialin
di sel ini menghasilkan keratin.2
d. Stratum lusidum
Stratum lusidum yang translusen dan kurang jelas hanya dapat
ditemukan di kulit tebal, lapisan ini terletak diatas stratum
granulosum dan dibawah stratum korneum.Sel-selnya tersusun rapat

7
dan tidak memiliki inti, sel-sel gepeng ini mengandung filamen
keratin yang padat.2
e. Stratum korneum
Lapisan kulit paling luar pada lapisan epidermis.Sel dan
intinya sudah mati.Stratum korneum terutama terdiri dari sel gepeng
yang mati berisi filamen keratin.Sel superfisial berkeratin dilapisan
ini secara terus-menerus dilepaskan atau mengalami
deskuamasiserta diganti oleh sel baru yang muncul dari stratum
basal yang merupakan lapisan paling dalam pada epidermis.2
Selain keratinosit, epidermis mengandung tiga jenis sel lain : melanosit,
sel langerhans dan sel merkel.2
Melanosit akan menyintesis pigmen melanin. Melanin dibentuk dari asam
amino tirosin oleh melanosit.Melanin memberi warna gelap pada kulit, dan
pemaparan kulit terhadap sinar matahari merangsang pembentukan
melanin.Fungsi melanin adalah melindungi kulit dari efek radiasi ultraviolet
yang merusak.2
Sel lagerhans terutama ditemukan di stratum spinosum.sel ini berperan
dalam respons imun tubuh.Sel Langerhans mengenal, memfagosit, dan
memproses antigen asing dan menyajikannya pada limfosit T untuk memicu
respon imun.Karena itu, sel ini berfungsi sebagai sel penyaji-antigen kulit.2
Sel merkel ditemukan di lapisan stratum basal epidermis dan paling
banyak terdapat di ujung jari.Berfungsi sebagai mekanoreseptor.2
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengikat epidermis.Dermis
terbagi atas dua lapisan yaitu stratum papillare bagian luar dan stratum
retikulare bagian dalam.3
Jaringan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar dan mengandung sel-
sel lemak.3

8
2. Definisi Melasma
Melasma adalah suatu hipermelanosit yang didapat (acquired), terutama
terdapat pada daerah yang sering terpapar sinar matahari.5
Melasma adalah hipermelanosis yang umumnya simetris berupa makula
yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman, mengenai
area pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu.6
Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,
pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood.4
Berdasarkan gambaran klinis :4,5
1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial,
bawah hidung, serta dagu (63%).
2. Bentuk malar meliputi gidung dan pipi bagian lateral (21%).
3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibular (16%).
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar wood :4,5
1. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar wood
dibandingkan dengan sinar biasa.
2. Tipe dermal, dengan sinar wood tak tampak warna kontras disbanding
dengan sinar biasa.
3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedangkan yang
lainnya tidak jelas.
4. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar wood
lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat.
Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi, tipe
dermal lebih sulit diobati dibandingkan tipe epidermal.

Berdasarkan pemeriksaan histopatologik :4,5


1. Melasma tipe epidermal, umunya berwarna cokelat, melanin terutama
terdapat pada lapisan basal, kadang-kadang diseluruh lapisan stratum
korneum dan stratum spinosum.

9
2. Melasma tipe dermal, berwarna cokelat kebiruan, terdapat makrofag
bermelanin disekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah.

Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang


bervariasi.Jaringan memiliki warna inheren kekuningan akibat kandungan
karoten.Adanya Hb beroksigen dalam dasar kapiler dari dermis memberinya
warna kemerahan.Dan warna kecoklatan sampai kehitaman adalah akibat
jumlah pigmen melanin yang bervariasi.Dari ketiga substansi berwarna ini
hanya melanin yang dihasilkan di kulit.Melanin adalah produk dari melanosit.11

Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan


peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim
tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan
kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi, setelah melalui
beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam
ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar, melanosit
diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi.11

10
3. Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal
didaerah tropis.Melasma terutama dijumpai pada perempuan, meskipun didapat
pula pada laki-laki (10%).Di Indonesia perbandingan kasus perempuan dan
laki-laki adalah 24:1. Terutama tampak pada perempuan usia subur dengan
riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Insidens terbanyak pada usia
30-44 tahun.4
Kelainan ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria, dan dapat
timbul spontan atau berkaitan dengan kehamilan atau konsumsi
estrogen.Wanita hamil biasanya menyadari peningkatan pigmen terutama di
puting payudara.7,8
Pemakaian kontrasepsi hormonal sebenarnya sudah dikenal sejak tahun
50-an dengan pemberian progesteron peroral. Pada tahun 60-an pil kombinasi
estrogen-progesteron mulai digunakan di seluruh dunia, kontrasepsi yang paling
banyak digunakan adalah kontrasepsi oral. Didapatkan prevalensi melasma
pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 31,3%. Menurut World fertility survey
and the contraceptive prevalence survey sampai pertengahan tahun 80-an
terdapat 55-60 juta wanita di dunia menggunakan kontrasepsi oral. Pada
pemakaian kontrasepsi oral akan terlihat efek pada kulit setelah pengunaan
lebih dari 3 bulan, efek ini tampak bertambah pada wanita yang warna kulitnya
gelap dan sering terpapar sinar ultraviolet.6

4. Etiopatogenesis
Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui pasti. Factor kausatif
yang dianggap berperan pada pathogenesis melisma adalah :4,9
1. Sinar ultra violet. Spectrum sinar matahari ini merusak gugus
sulfhidril di epidermis yang merupakan penghambat enzim tirosinase
dengan cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut. Sinar ultra violet

11
menyebabkan enzin tirosinase tidak dihambat lagi sehingga memacu
proses melanogenesis.
2. Hormon. Misalnya estrogen, progesterone, dan MSH (Melanin
Stimulating Hormone) berperan pada terjadinya melisma. Pada
kehamilan, melisma biasanya meluas pada trimester ke-3. Pada
pemakai pil kontrasepsi, melisma tampak dalam 1 bulan sampai 2
tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut.
3. Obat. Misalnya difenil hidantoin dan klorpromazin dapat
menyebabkan timbulnya melisma. Obat ini ditimbun di lapisan dermis
bagian atas dan secara kuulatif merangsang melanogenesis.
4. Genetik. Dilaporkan adanya kasus keluargasekitar 20-70%.
5. Ras. Melisma banyak dijumpai pada golongan kulit berwarna gelap.
6. Kosmetika. Pemakaian kosmetika yang mengandung parfum, zat
pewarna atau bahan-bahan tertentu dapat menyebabkan
fotosensitivitas yang dapat mengakibatkan timbulnya hiperpigmentasi
pada wajah, jika terpajan oleh sinar matahari.
7. Idiopatik.

5. Manifestasi Klinis
Lesi melasma berupa macula berwarna cokelat muda atau cokelat tua
berbatas tegas dengan tepi yang tidak teratur, sering pada pipi dan hidung yang
disebut pola malar. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan pila
sentrofasial dipelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-
biruan terutama pada tipe dermal.4
Warna dapat bervariasi mulai dari cokelat muda sampai kehitaman dan
berbetuk tidak teratur.Ukurannya juga sangat bervariasi. Lesi biasanya

12
simetris, terutama bila mengenai pipi, sedangkan penyebarannya menyerupai
topeng. 1

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan histopatologik : 4
Terdapat dua tipe hipermalanosit :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan
suprabasal, kadang-kadang diseluruh stratum spinosum sampai
stratum korneum; terdapat sel-sel melanosit yang padat mengandung
melanin dan juga terdapat pada keratinosit.
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh
darah pada dermis bagian atas dan bawah; dan terdapat infiltrate pada
dermis.
b. Pemeriksaan mikroskop electron :4
Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi
kesan aktivitas melanosit yang meningkat.
c. Pemeriksaan dengan sinar wood :4
1. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontras.
2. Tipe demal : warna lesi tidak bertambah kontras.
3. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontras dan ada yang tidak
bertambah kontras.

13
4. Tipe tidak jelas : dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas,
sedangkan dengan sinar biasa lesinya jelas sekali.

7. Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinis.Untuk
menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan sinar wood.4

8. Diagnosis Banding
a. Lentigo
Lentigo disebabkan karena bertambahnya jumlah melanosit pada
dermal-epidermal tanpa adanya proliferasi.Lentigo adalah macula cokelat
atau cokelat kehitaman berbentuk bulat atau polisiklik.4
Lentigo (lentigenes) adalah suatu macula berwarna cokelat sampai
cokelat gelap atau hitam, sirkumskripta, dengan diameter < 5 cm. Lentigo
bisa didapatkan dimana saja di permukaan kulit termasuk telapak tangan,
telapak kaki.1

b. Post inflammatory hyperpigmentation (PIH)


Hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) adalah kelainan pigmen
yang didapat akibat terakumulasi pigmen setelah terjadinya proses
peradangan akut atau kronik. Semua tipe kulit terutama tipe kulit gelap
baik pria maupun wanita segala usia dapat mengalami HPI. 12

14
Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi sebagai
makula atau bercak yang tersebar merata. Tempat kelebihan pigmen pada
lapisan kulit akan menentukan warnanya. Hipermelanosis pada epidermis
memberikan warna coklat dan dapat hilang berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun tanpa pengobatan.Sedangkan hipermelanosis pada dermis
memberikan warna abu-abu dan biru permanen atau hilang selama
periode waktu yang berkepanjangan jika dibiarkan tidak diobati.Distribusi
lesi hipermelanosis tergantung pada lokasi inflamasi.Warna lesi berkisar
antara warna coklat muda sampai hitam dengan penampakan warna lebih
ringan jika pigmen dalam epidermis dan penampakan warna abu-abu
gelap jika pigmen dalam dermis.12

15
9. Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang
teratur karena melasma bersifat kronis residif.Pencegahan terhadap timbulnya
atau bertambah berat serta kambuhnya melisma adalah perlindungan terhadap
sinar matahari.Sebaiknya jika keluar rumah menggunakan sesuatu misalnya
payung, masker untuk melindungi kulit dari pajanan sinar matahari
langsung.Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab terjadinya melasma,
misalnya menghentikan pemakaian pil kontrasepsi, menghentikan pemakaian
kosmetika yang berwarna atau mengandung parfum, mencegah penggunaan
obat seperti hidantoin.4
Pengobatan topikal :1,4
a. Hidrokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5%. Krim tersebut dipakai
pada malam hari. Umumnya tampak perbaikan 6-8 minggu dan
dilanjutkan sampai 6 bulan. Cara kerja hidrokuinon masih belum jelas,
kemungkinan adalah menghambat aktivitas enzim tirosinase di dalam
melanosit, sehingga pembentukan melanin berkurang. Efek sampingnya
adalah dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi. Setelah
penghentian obat ini sering terjadi kekambuhan melisma.
b. Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau
terapi kombinasi. Krim ini juga dipakai pada malam hari, karena pada
siang hari dapat terjadi fotodegradasi. Efek samping berupa eritema,
deskuamasi dan fotosensitasi.
c. Asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang baik. Efek
sampingnya rasa panas dan gatal.

Pengobatan sistemik :1,4


a. Asam askorbat/vitamin C dosis tinggi 1000-1500 mg/hari dengan lama
pengobatan 4-6 minggu. Efeknya merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih terang dan

16
mencegah pembentukan melanin denga mengubah dopakuinon menjadi
dopa.
b. Glutation dengan dosis 3x100 mg/hari lama pengobatan 4-6 minggu.
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril (SH), berpotensi
menghambat pembentukan melanin denagn jalan bergabung dengan Cu
dari tirosinase.

Tindakan khusus :4
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi.Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan mengoleskan
asam glikolat 50-70% selama 4-6 menit, setiap 3 minggu selama 6
kali.Sebelum dilakukan pengelupasan kimiawi diberikan krim asam
glikolat 10% selama 14 hari.
b. Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan Laser
Argon, kekambuhan juga dapat terjadi.

10. Prognosis
Ketika melasma muncul selama kehamilan, prognosis untuk perbaikan
spontan hilang setelah melahirkan sangat baik.Namun, dalam banyak kasus
melasma bertahan bahkan setelah stimulus hormonal telah
dihilangkan.Walaupun pengobatan dapat membantu, peningkatan pigmentasi
biasanya dapat kembali setelah kulit terkena sinar matahari.Dalam semua kasus,
melasma adalah kondisi jinak tanpa kecenderungan untuk transformasi
ganas.Bila faktor-faktor penyebab dapat dihilangkan, prognosis baik.12

17
BAB III
KESIMPULAN

Melasma adalah suatu hipermelanosit yang didapat (acquired), terutama


terdapat pada daerah yang sering terpapar sinar matahari.Melasma adalah
hipermelanosis yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna
coklat muda sampai coklat kehitaman, mengenai area pipi, dahi, daerah atas bibir,
hidung, dan dagu. Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,
pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood.
Melasma terutama dijumpai pada perempuan, meskipun didapat pula pada laki-
laki (10%).Di Indonesia perbandingan kasus perempuan dan laki-laki adalah 24:1.
Terutama tampak pada perempuan usia subur dengan riwayat langsung terkena
pajanan sinar matahari. Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun.
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur
karena melisma bersifat kronis residif.Pencegahan terhadap timbulnya atau
bertambah berat serta kambuhnya melisma adalah perlindungan terhadap sinar
matahari.Sebaiknya jika keluar rumah menggunakan sesuatu misalnya paying,
masker untuk melindungi kulit dari pajanan sinar matahari langsung.Menghilangkan
faktor yang merupakan penyebab terjadinya melisma, misalnya menghentikan
pemakaian pil kontrasepsi, menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau
mengandung parfum, mencegah penggunaan obat seperti hidantoin.
Pengobatan topikal bisa diberikan hidrokuinon, asam retinoat atau asam azeleat,
sedangkan pengobatan sistemik bisa dengan pemberian asam askorbat / vitamin C
dan glutation.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates. 2003.


2. Eroschenko V.P. Atlas Histologi Difiore. Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2010.
3. Junqueira L.C. dan Carneiro J. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2007.
4. Menaldi Sri. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
5. Murtiastutik D. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Surabaya : Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. 2009.
6. Udiani S.A. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Oral dengan Kejadian
Melasma Di Desa Bgebrak Kecamatan Gentan. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2011.
7. Robin Graham Brown, Johny Bourke, Tim Cunliffe. Dermatologi Dasar Untuk
Praktik Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010.
8. David J. Gawkrodger. Dermatology. Fourth Edition. Philadelphia : Elsevier
Limited. 2008.
9. Robin Graham Brown and Tony Burns. Lecture Notes on Dermatology. Eigth
Edition. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005.
10. Daniel S. Wibowo. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Penerbit Grasindo. 2008.
11. Fitrie Alya Amirah. Histologi Dari Melanosit. Universitas Sumatera Utara.
2004.
12. USU. Kelainan Kulit. Universitas Sumatera Utara. 2011.

19

Anda mungkin juga menyukai