Anda di halaman 1dari 8

POLITEKNIK NEGERI PADANG

JOB VI
PROFIL MEMANJANG

I. LOKASI DAN WAKTU


Hari /Tanggal : Rabu / 6 April 2016
Pukul : 09.30 – selesai
Lokasi : Jalan Di Samping Pos Satpam Sipil Politeknik Negeri Padang
Kelompok : IV ( Empat )

II. TUJUAN DAN MAKSUD


 Mahasiswa dapat membedakan beda tinggi dengan alat penyipat datar berupa
pengukuran profil memanjang
 Untuk mengetahui bentuk permukaan secara memanjang atau secara sumbu
proyek
 Mahasiswa mampu melakukan pengukuran profil memanjang langsung di
lapangan
 Mahasiswa terampil dalam menggunakan alat penyipat datar sesuai dengan
syarat pemakain
 Mahasiswa mampu menyajikan data hasil ukuran yang telah diolah dan analisa
dalam bentuk diagram garis

III. DASAR TEORI


Profil Memanjang adalah permukaan searah dengan sumbu proyeksi pada
interval tertentu.
Pengukuran profil memanjang ini berkaitan erat dengan penentuan beda tinggi
diantara 2 titik, jarak antara kedua titik tersebut dinamakn slag yang terdiri dari
bidikan rambu kemuka dan bidikan rambu kebelakang. Jarak pengukuran optimum
alat ukur sipat datar berkisar 40-60 m, apabila penentuan beda tinggi antara dua
titik jaraknya jauh dapat dilakukan pengukuran secara berantai dengan memuat
beberapa slag pengukuran yang beruntun

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

seperti gambar :

Keterangan :
A dan E =titik tetap yang akan ditentukan beda tingginya
B,C dan D = titik bantu pengukuran
b1, b2, b3, b4 = bacaan rambu kebelakang
m1, m2, m3, m4 = bacaan rambu kedepan
Rumus penentuan beda tinggi :
∆h AB = B1 –M1
∆h BC = B2 – M2
∆h CD = B3 – M3
∆h DE = B4 – M4
Dimana : ∆h = Jumlah beda tinggi dari tiap-tiap titik
∑B = Jumlah bacaan rambu kebelakang
∑M = Jumlah bacaan rambu kedepan

IV. BUKU ACUAN


 Soetomo wongsotjitro 1992, IUT Konsul Yogyakarta
 D. Bambang sudarsono, Diklat IUT 1999
 Dari 1965, Surveying, Jhon willey dan sons. New york
 Buku ilmu ukur tanah 1 Laboratorium teknik sipil Politeknik Negeri Padang

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Alat penyipat datar
2. Statif atau kaki tiga
3. Rambu ukur
4. Patok
5. Meteran
6. Unting – Unting
7. Payung

VI. KESELAMATAN KERJA


1. Sebelum memulai praktek sebaiknya berdo’a
2. Pelajari dan pahami terlebih dahulu metode pengukuran profil memanjang
3. Periksa alat ukur dan perlengkapan sebelum memulai praktek
4. Persiapkan posisi pengukuran yang aman dan stabil
5. Pakailah pakaian praktek
6. Bekerja dengan disiplin, hati-hati dan konsentrasi
7. Setelah selesai, bersihkan alat ukur dan letakkan ke tempat yang disediakan

VII. LANGKAH KERJA


1) Siapkan alat yang digunakan
2) Tinjau tempat yang akan di ukur dan buat rencana serta skema pengukuran
3) Lakukan pembagian tugas disetiap anggota kelompok
4) Tentukan titik awal (titik 1) dan tancapkan patok pada titik 1
5) Kemudian tentukan titik 2, 3, 4, 5 dan masing-masing titik tancapkan patok
6) Kemudian tiap masing-masing patok atau interval diberi jarak 30 m
Seperti gambar :

30 M

30 M 30 M

30 M

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

7) Setelah pematokan selesai dilakukan lanjutkan dengan pengukuran profil


memanjang dengan menggunakan alat ukur sipat datar
8) Untuk tahap pengukuran sebagai berikut :
a) Letakkan sipat datar diantara dua titik, yaitu dititik A dan B. Sehingga alat
berada ditengah titik tersebut, Seperti gambar :

b) Jika sudah diletakkan ditengah, maka selanjutnya dilakukan penyetelan alat


ukur, yaitu sumbu 1 alat sipat datar berada dalam keadaan vertikal dengan
bantuan nivo teropong dan sekrup penyetel A,B,C
c) Selanjutnya pembacaan benang diafragma, yaitu BA,BT, BB. Pastikan yang
lainnya memegang ramb ukur tepat dipatok titik A tersebut untuk mengetahui
pembacaan benang diafragma BA, BT, BB. Seperti gambar :

d) Jika telah selesai, putar alat sipat datar kearah titik B kemudian baca benang
diafragma (BA,BT,BB) cara ini dilakukan sampai ketitik E

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

e) Setelah selesai, titik A-B ini dinamakan pengukuran pergi, kemudian dilakukan
pengukuran pulang dari titik E-A dengan cara yang sama. Seperti gambar :
PULANG

PERGI

9. Setelah semua data pengukuran didapat, kemudian dilanjutkan dengan


pengolahan data dan analisanya untuk mendapatkan beda tinggi, tinggi dari
profil memanjang

LANGKAH KERJA PENGGAMBARAN


Jika telah selesai dilanjutkan tahapan penggambaran sebagai berikut:
a) Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Penggambaran ilakukan diatas kertas milimeter A3
c) Dilanjutkan penarikan sumbu vertikal dan sumbu horizontal
d) Selanjutnya ditentukan letak titik, jarak, beda tinggi, tinggi dan kemiringan
e) Pada sumbu Y (vertikal) dibuat tingginya dari masing-masing titik yang
dimulai dari tinggi yang terendah
f) Selesai melakukan letak titik, jarak, tinggi dan kemiringan dilanjutkan dengan
menghubungkan garis disetiap titik seperti titik-titik L1 – L2 dan seterusnya,
dan dari titik R1 – R2 dan seterusnya,
 Sumbu vertikal menyatakan tinggi permukaan
 Sumbu horizontal menyatakan jarak antar interval, dengan rumus :
- Jarak = (BA-BB) X 100

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

- ∆h (beda tinggi) = Bt belakang –BT muka


- Tinggi = Tinggi awal - ∆h (beda tinggi)
- Kemiringan % = (V: A) X 100
Keterangan : -V = beda tinggi
-H = jarak antar interval
Seperti gambar misalnya :

11. Setelah semua data telah ada, tentukan perpotongan sumbu X dan Y pada
masing-masing titik, kemudian semua titik tersebut dihubungkan

VIII. PENGOLAHAN DATA


Data pribadi
TITIK BA BT BB
00 + 090 0,656 0,585 0,513
00 + 090 0,616 0,548 0,467

00 + 0120 2,198 2,119 2,037


00 + 0120 2,148 2,060 1,999

STA 1
Sta 00,00
 Jarak optis pergi = 100 X (BA – BB)
= 100 X (0,656 – 0,513)
= 14,3 m

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

 Jarak optis pulang = 100 X (BA – BB)


= 100 X (0616 – 0,467)
= 14,9 m
* ∑ Jarak = 14,3 + 14,9
= 29,2 m
 Beda tinggi = BT belakang – Bt muka
= 0,585 – 2,119
= - 1,534

STA II
 Jarak optis pergi = 100 X (BA – BB)
= 100 X (2,198 – 2,037)
= 16,1 m
 Jarak optis pulang = 100 X (BA – BB)
= 100 X (2,148 – 1,999)
= 14,9 m
* ∑ Jarak = 16,1 + 14,9
= 31 m
 Beda tinggi = BT belakang – Bt muka
= 0,548 – 2,060
= -1,512

* Jarak rata – rata = 29,2 + 31


2
= 30,1 m
* Beda tnggi rata – rata = - 1,534 + (-1,512)
2
= -1,523

WINA ASTUTI
1511031010
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Data Kelompok :
TITIK / STA JARAK BEDA TINGGI TINGGI KEMIRINGAN
RATA - RATA
00 + 000 100
30 -0,572 -1,90%
00 + 030 99,428
30 -1,096 -3,65%
00 + 060 98,332
30 -1,6225 -5,40%
00 + 090 96.71
30 -1,523 -5,07%
00 + 0120 95,187
30 -1,352 -4,50%
00 + 0150 93,835

IX. HASIL dan ANALISA


Selisih jarak sebenarnya dengan jarak rata-rata kelompok
= 30 - 30
=0
Beda tinggi rata – rata kelompok
= -0,572 + (-1,096) + (-1,6225) + (-1,523) + (-1,352)
5
= -1,2331
Selisih beda tinggi pribadi dengan beda tinggi rata – rata kelompok
= -1,523 – (-1,2331)
= -0,2899 m

x. KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data diatas dilanjutkan dengan penggambaran
diatas kertas milimeter, sehingga profil memanjang ini memerlukan ketelitian yang
cukup tinggi agar saat pengolahan data dan penggambaran tidak terjadi kesalahan
yang cukup besar.

WINA ASTUTI
1511031010

Anda mungkin juga menyukai