Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PERCOBAAN 7
UJI POTENSI ANTIBIOTIK (5+1)
Disusun Oleh :

Shift / Kelompok : C / 4

Anggun Raga Bijaksana 10060316108


Wynthi Agustina C. P 10060316110
Fitri Nurhayati 10060316111
Merry Septiawati 10060316112
Kiti Doviyanti 10060316113

Asisten : Chania., Farm


Tanggal Praktikum : 19 Desember 2017
Tanggal Pengumpulan : 27 Desember 2017

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H/2017
PERCOBAAN 7
I. UJI POTENSI ANTIBIOTIK (5+1)
II. TUJUAN
Menentukan kesetaraan antibiotika uji dibandingkan antibiotika standar
terhadap mikroba uji tertentu.
III. TEORI DASAR
3.1. Uji Potensi Antibiotik
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk
menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa
tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai.
Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan
pertumbuhan. (Ramona dkk., 2007).
3.2. Antibiotika
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-
kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Para peneliti
diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotik namun
berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja
yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial
injeksi, Tetrasiklin kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin
tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana
Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini
baru dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh
dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik
diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat
(Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya
infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan
berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi
dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem ini
perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan untuk
membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat
toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba,
tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada
struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri
yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi
(Ganiswarna, 1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan
antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih
banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif karena
permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram negatif.
Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik
berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka
antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik
penghambat sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok
ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin. Yang kedua yaitu
antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol,
linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu
fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah
golongan polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat metabolisme
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamida,
trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar
oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.
Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).

3.3. Metode Penetapan Potensi Antibiotik


Metode penetapan potensi antibiotic dengan cara difusi agar merupakan
cara yang sederhana dan hasil yang sederhana yang diperoleh cukup teliti,
prinsip penetapannya yaitu mengukur luas hambatan pertumbuhan mikroba uji
yang disebabkan zat baku standard an zat yang diuji. Dalam range konsentrasi
tertentu, terdapat hubungan yang linier antara peningkatan konsentrasi dengan
luas daerah hambatan pertumbuhan mikroba uji.
Metode difusi, Metode ini menggunakan piringan yang berisi cairan
antibiotik diletakkan pada media Agar yang telah ditanami mikroorganisme
yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih mengindikasikan
adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antibiotik pada
permukaan media Agar
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi luas daerah hambatan dengan
cara difusi ini adalah sebagai berikut :
a. Ingredient medium pertumbuhan
b. Pemilihan medium pertumbuhan
c. Pengaruh pH
d. Ukuran inokulum
e. Stabilitas mikroorganisme
f. Aktivitas antibiotic
g. Waktu inkubasi
h. Teknik dan keterampilan analis
Sebagai pencandang larutan antibiotic pada cara difusi agar, dapat
digunakan silinder gelas/logam, kertas cakram, dan cetak lobang.
(Jawetz, 1995).

3.4. Mekanisme Ampisilin


Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau
lebih pada ikatan penisilin-protein (PBPs – Protein binding penisilin’s),
sehingga menyebabkan Penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase
sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis
dinding sel terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis)

Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau


lebih protein Pengikat-penisilin (PBP) yang pada gilirannya menghambat
langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di dinding sel bakteri,
sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akhirnya lisis akibat
aktivitas yang sedang berlangsung dari dinding sel enzim autolytic
(autolysins dan murein hidrolase) sementara perakitan dinding sel ditangkap.
Mengikat protein-pengikat-penisilin spesifik (PBP) yang terletak di
dalam dinding sel bakteri, Ampisilin menghambat tahap ketiga dan tahap
terakhir dari sintesis dinding sel bakteri. Sel lisis ketika dimediasi oleh enzim
autolytic dinding sel bakteri seperti autolysins; Kemungkinan bahwa
Ampisilin mengganggu inhibitor autolysin.
Ampisilin memiliki aktivitas antibakteri yang luas diantaranya
terhadap streptococci, pneumococci nonpenicillinase- producting
staphilocochi, listeria, meningococci; turunan H.Influenzae, salmonella,
Shigella, E.coli, Enterobacter, dan Klebsiella (Gunawan, 2007).
IV. ALAT DAN BAHAN

a. Alat
1. Cawan petri
2. Erlemayer
3. Pipet volum 5 ml dan 10 ml
4. Labu takar
5. Tabung reaksi
6. Beaker glass
7. Bunsen
8. Inkubator
b. Bahan
1. Media nutrien agar
2. Aquadest steril
3. Suspensi Escherrichia coli dalam NaCl fisioligis dengan transmitan (%T)
25%
4. Ampisilin standar dengan konsentrasi 1 mg/ml
5. Sampel ampisilin uji

V. PROSEDUR
a. 5 Cawan petri yang akan digunakan di beri label dan di bagi menjadi 6
bagian dengan spidol
b. Pada cawan petri yang telah di beri tanda di masukan media agar sebanyak
30 ml , kemudian di diamkan sampai padat,dengan kerja aspetis.
c. Buat pengenceran ampisilin trihidrat standar dengan melarutkan nya pada
aquadest steril hingga di peroleh dosis S1-S5 (perbandingan konsentrasi
pada tingkat dosis berurutan 4:5) dengan kerja aseptis.
d. Media agar pada cawan petri yang sudah padat di lubangi dengan alat.. pada
tiap bagian , kemuadian di masukan hasil pengenceran S1-S5 pada media
yang sudah di lubangi dan sesuai label, dengan kerja aseptis.
e. Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam
f. Amati dan ukur diameter hambatan yang terjadi. Buat perhitungan potensi
antimikroba uji , yaitu :
 Hitung rata-rata diameter S3 disemua cawan (Y3T)
 Hitung rata-rata diameter S3 tiap cawan (Y31, Y32, Y34, Y35 )
 Hitug rata-rata diameter S1, S2, S4 dan S5 ( Y1, Y2, Y4, Y5)
 Hitung koreksi untuk setiap larutan
 S1 = Y1 + (Y3T-Y31)
 S2 = Y2 + (Y3T-Y32)
 S3 = Y3T
 S4 = Y4 + (Y3T-Y34)
 S5 = Y5 + (Y3T-Y35)
- Buat garfik dikertas log dimana X = log potensi dan Y= diameter rata-rata
- Ukur potensi sampel yaitu Yu (koreksi) = Yu + (Ys-Y3u), dimana
a. Yu = diameter rata-rata U
b. Ys = interpolasi S3 pada cawan uji
c. Y3u = rata-rata diameter S3 pada cawan uji
- Plot Yu ke dalam kurva baku hingga diperoleh Xu
- Potensi (konsentrasi) Xu = Xu x faktor pengenceran
(catatan : jika potensi antibiotik standar dalam IU maka U=Xu x potensi S3,
potensi U=U x faktor pengenceran)

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan tentang penentuan potensi antibiotic,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terbentuknya zona bening atau zona hambat yang menandakan adanya


potensi dari antibiotik yang digunakan dalam menghambat dan
membunuh bakteri.
2. Pengaruh konsentrasi antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri adalah
semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan
antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin
besar (efektifitas kerja antibiotika meningkat).
DAFTAR PUSTAKA

Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B., 1992, Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu
Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi, Edisi Kedua, Yogyakarta, UGM –
Press.

Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007.
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk
Profesi Kesehatan, Jakarta, EGC.
Jawetz., MD., Melnick, J.L. Edward, A.A., Broooks, .F., Butel, J.S., Omston,
L.N., 1995, Medical Microbiology, 25th edition, McGraw Hill, San
Fransisco.
Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
Ramona, Y.,R. Kawuri Darmayasa. 2007. Penuntun PraktikumMikrobiologi
Umum Untuk Program Studi Farmasi FMIPA UNUD. Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit
Jimbaran
Sumadio, H., dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU
Press, Medan.

Anda mungkin juga menyukai