Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat
yang meliputi sejarah, sumber, sifat - sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek
fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan
ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain. Dewasa ini
didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme hidup
serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari interaksi obat
dengan organisme hidup.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian obat analgetik?
2. Apa macam-macam obat analgetik?
3. Bagaimana cara kerja obat analgetik?
4. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi obat analgetik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat analgetik
2. Untuk mengetahui mcam-macam obat analgetik
3. Untuk mengetahui cara kerja obat analgetik
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari obat analgetik

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analgetik
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan
dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri
perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik merupakan obat
yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita
sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik atau pereda
nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik.

B. Macam-Macam Obat Analgetik


Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain
berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri yang
dapat dihilangkan.
1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari
tumbuhan Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini
digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang
bersumber dari organ viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat
menimbulkan toleransi dan ketergantungan.
Semua anlagetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat tetapi
potensi, onzzet, dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun
kuantitatif. Efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi,
dan ngantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi
pernapasan.
Morfin dan petidinn merupakan analgetik narkotik yang paling
banyak dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah.
Obat ini di indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupaan standar

2
yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain
menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih
digunakan di Indonesia :
a) Morfin HCl
b) Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol)
c) Fentanil HCl
d) Petidin
e) Tramadol

2. Obat Analgetik Non-narkotik


Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering
dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika
perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik
dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat
Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa
sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda
halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik :
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan
menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat.
Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama
karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak
memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam

3
sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat
kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.
C. Cara Kerja Obat Analgetik
1. Mekanisme kerja Analgetik Opioid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja
analgetiknya dan efek sampingnya.
Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang
oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik.
Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut
perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja
opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk
menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas
akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek
hipotensi fenotiazin.
2. Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik
Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam
mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi
hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam.
Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang
menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi)
dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau
di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem,
serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan
brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke
SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga

4
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak
digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan
asetominafin (parasetamol).

D. Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Analgetik


1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
a. Morfin dan Alkaloid Opium
 Indikasi
- Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
dengan dengan analgesic non-opioid
- Mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema
pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri.
- Mengehentikan diare
 Kontraindikasi
Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem, kifoskoliosis,
korpulmonarale kronik dan obesitas yang ekstrim.

b. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain


 Indikasi
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Meperidin
digunakan juga untuk menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat
praanestetik.
 Kontraindikasi
Pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus dikurangi karena
terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis meperidin perlu
dikurangi bila diberikan bersama antisipkosis, hipnotif sedative dan obat-
obat lain penekanSSP. Pada pasien yang sedang mendapat MAO
inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala
eksitasi dan demam.

5
2. Obat Analgetik Non-narkotik
a. Salisilat
 Indikasi
- Mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi,
nyeri haid, neuralgia dan myalgia.
- Demam reumatik akut
 Kontraindikasi
- Pada anak dibawah 12 tahun
b. Parasetamol
 Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesic dan antipiretik,
telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesic lainnya,
parasetamol sebaiknya tidka diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesic.
 Kontraindikasi
Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara menahun terutama
dalam kombinasi berpotensi menyebabkan nefropati analgesic.

c. asam mefenamat
 Indikasi
Sebagai analgesic, sebagai anti-inflamasi,
 Kontraindikasi
Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun dan
wanita hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari. Penelitian klinis
menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan
darah secara bermakna.
d. Ibuprofen
 Indikasi
Bersifat analgesic dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat.
 Kontraindikasi
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui
karena ibuprofen relative lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek
samping serius pada dosis analgesic.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS
di tempat yang sakit/trauma jaringan.
Karakteristik :
1. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. Tidak mempengaruhi pernapasan
4. Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
Macam - macam Analgetik :
1. Analgetik Opioid/analgetik narkotika
2. Obat Analgetik Non-narkotik.

B. Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-
kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan
waktu waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk
kesempernaan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan
yang bersifat membangun kepada semua pembaca.
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat
tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang
atau melebihi batasnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta


Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi
dan Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai