Dokumen
Dokumen
Dokumen
DISUSUN OLEH :
Nama : Rahmat ginanjar
NIM : 16 20 201 029
Kelas/SMT : A/3
PENDAHULUAN
Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu non-
renewable energy dan renewable energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok
yang pertama, dan ternyata sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi
konvensional ini.
Untuk itu di negara-negara maju, penelitian tentang solar cell ini mendapatkan
perhatian yang sangat besar, terlebih dengan isu bersih lingkungan yang menjadi sasaran
utama negara-negara maju pada masa kini.
Adapun kegunaan yang didapat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Kegunaan teoritis
Sebagai referensi atau bahan bacaan tambahan mengenai sejarah dan hasil
1.5.Sistematika Penyajian
Karya ilmiah ini akan disajikan dalam 5 (lima) bab, setiap bab akan dibagi
lagi menjadi beberapa sub bab yang memiliki ikatan satu sama lain. Secara
Bab I : Pendahuluan
penyajian.
Bab ini berisikan uraian mengenai landasan teori yang menunjang dalam
artikel sebelumnya.
Bab ini akan membahas metode penulisan karya ilmiah ini dan nantinya
Bab ini akan membahas gambaran umum tentang energi matahari yang
Bab terakhir dari karya tulis ini akan mengurai simpulan dari hasil
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Menurut Bob Foster dalam bukunya yang berjudul Fisika, mendefinisikan :
“ Energi adalah sesuatu yang dapat mengubah materi sebuah benda baik dari dalam
maupun luar benda tersebut. ”
2.1.3 Menurut Sir Issac Newton dalam buku yang berjudul The Physics, energi
didefinisikan :
2.2.1 Menurut Simon Roberts dalam bukunya yang berjudul Solar Electricity, Energi
matahari adalah :
“ All the energy that reaches the earth from the sun. “ jadi energi matahari adalah semua
energi yang mencapai bumi yang berasal dari matahari.
2.2.2 Menurut Encharta Encyclopedia deluxe Energi Surya terdefinisikan sebagai berikut
:
“ Energi surya adalah energi yang diberikan matahari dari reaksi fusi di dalam inti
matahari. “
2.3.1 Menurut Drs.Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Bahan-Bahan Listrik untuk
Politeknik solar cell ( sel surya ) adalah :
“ Sebuah fotovoltaik yaitu bahan semikonduktor yang mengubah secara langsung energi
cahaya menjadi energi listrik. “
2.3.2 Menurut Simon Roberts dalam bukunya yang berjudul Solar Electricity Solar cell
(sel surya) adalah :
“ The word „photovoltaic‟ cell refers to an cell that caused electric by light “
2.3.3 Menurut Encharta Encyclopedia deluxe Solar cell ( sel surya ) didefinisikan sebagai
berikut :
“ Solar cells called photovoltaics made from thin slices of crystalline silicon, gallium
arsenide, or other semiconductor materials convert solar radiation directly into
electricity. “
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya energi sinar matahari dapat
dikonversi menjadi energi elektrik yang siap guna dengan menggunakan solar cell (sel
surya)
BAB III
METODE PENULISAN
1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari tempat penelitian melalui
hasil wawancara langsung dengan pihak-pihak berkompeten mengenai
teknologi dari hasil penelitian yang terkait dengan energi listrik dari sel surya.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
buku-buku dan artikel yang mengandung atau menyajikan tulisan ilmiah
tentang teknologi dari hasil penelitian yang terkait dengan energi listrik dari sel
surya.
1. Data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka-angka seperti sejarah
penelitian dan naskah penemuan energi listrik dari sel surya,
2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka dalam hal ini adalah
perhitungan-perhitungan contohnya perhitungan efisiensi dari sebuah sel surya.
Yaitu cara pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan artikel tentang
sel surya dan hal-hal yang terkait dengan perkembangan penelitian dan
penemuan teknologi sel surya, dan kemudian mencatat dan merangkainya
dalam naskah ini.
Pada umumnya tenaga surya dapat diartikan semua energi yang mencapai bumi
yang berasal dari matahari. Energi tersebut memberikan sinar yang terang, membuat bumi
ini hangat dan merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk hidup.
Energi matahari juga memberi manfaat langsung bagi kehidupan kita yaitu : energi
panas matahari dan energi listrik tenaga matahari , manfaat yang disebut pada urutan ke-
dua adalah subyek dari makalah ini. Kedua manfaat itu terlihat hampir sama namun pada
kenyataannya dikumpulkan dari proses yang berbeda dan membutuhkan peralatan yang
berbeda untuk mendapatkannya.
Energi panas matahari adalah pemanfaatan tenaga panas yang dihasilkan oleh
penangkapan sinar matahari. Sejak berabad-abad yang lalu telah ada upaya-upaya untuk
menggunakan energi ini dalam kehidupan sehari hari seperti : untuk mengeringkan jagung,
mengeringkan batu bata, mengeringkan gerabah dan untuk membuat garam dari air laut
dengan menggunakan alat yang disebut bejana penguapan. Energi ini bahkan dimanfaatkan
untuk memasak dengan peralatan yang disebut tungku pengumpul tenaga surya. Yang
sekarang sangat dikenal dan banyak digunakan adalah peralatan pemanas air tenaga surya.
Lebih lanjut mengenai sel surya dapat dilihat pada subbab-subbab berikut.
4.2 Energi Matahari Sebagai Sumber Energi Alternatif
Sekitar tahun delapan puluhan ketika para ahli di Indonesia menawarkan sumber
energi alternatif yang banyak digunakan di negara maju yaitu nuklir, terjadi berbagai
pertentangan pendapat dan perdebatan yang cukup panjang sehingga mengandaskan
rencana penggunaan sumber energi yang dinilai sangat membahayakan tersebut. Diantara
usulan, pemikiran dan pertanyaan yang banyak dilontarkan kala itu adalah mengapa kita
tidak menggunakan sumber energi surya. Memang tidak diragukan lagi bahwa solar cell
adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa
yang akan datang, karena penggunaan energi ini tidak menimbulkan dampak samping yang
berupa polusi selama proses konversi energi, selain itu sumber energinya di alam tersedia
hampir tanpa batas, terlebih lagi kenyataan geograpis negeri tropis seperti Indonesia yang
menerima paparan sinar matahari sepanjang tahun dengan intensitas maksimal.
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n
junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah
aliran ğ inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.
Sedangkan struktur dari solar cell adalah seperti ditunjukkan dalam gambar 1.
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber
(penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap
efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang
elektromagnetik yang secara spektrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu
absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang
berasal dari cahaya matahari.
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika
menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau
dilewatkan begitu saja, dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan
membebaskan elektron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi
itu disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan
untuk mengeluarkan elektron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik.
Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc)
harus sedikit lebih besar / diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar
dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas
pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang
dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang
dipergunakan.
Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang
berkerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu sel
surya menghasilkan tegangan 0,5 - 1 volt tergantung intensitas cahaya dan zat
semikonduktor yang dipakai. Sementara itu intensitas energi yang terkandung dalam sinar
matahari yang sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya
guna konversi energi radiasi menjadi energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru
mencapai 25%, maka produksi listrik maksimal yang dihasilkan sel surya baru mencapai
250 Watt per m2 . Dari sini terlihat bahwa PLTS itu membutuhkan lahan yang luas. Hal
itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel
surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini karena proses pembuatannya yang rumit.
Namun, kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit
dibubungkan dengan jaringan listrik PLN, kemudian sebagai negara tropis Indonesia
mempunyai potensi energi surya yang tinggi, hal ini terlihat dari radiasi harian rata-rata
permukaan wilayah Indonesia yang sebesar 4,5 kWh / m2 / hari, maka itu berarti prospek
penggunaan fotovoltaik di Indonesia pada masa mendatang cukup cerah. Untuk itulah perlu
diusahakan untuk menekan harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai berikut:
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit
rakitan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara pabrikasi
bisa digunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat
dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel fotovoltaik
diperlukan teknologi tinggi.
Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel fotovoltaik yang dihubungkan secara
seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya yaitu sebesar 60%
dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan
bisa menghemat biaya pembangunan PLTS.
Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah
membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih
diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel yang dilaksanakan di dalam
negeri akan semakin ekonomis, hal ini terjadi karena pada kenyataannya teknologi
pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly cristal secara teoritis sudah
dikuasai.
Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, di Indonesia ternyata telah
melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan sekarang menuju tahapan pelaksanaan
dan instalasi guna elektrifikasi untuk daerah pedesaan. Teknologi ini cukup canggih dan
memiliki keuntungan-keuntungan yaitu : harganya murah, ramah lingkungan, mudah
dipasang dan dioperasikan serta mudah dirawat.
Pada prinsipnya, sel surya adalah identik dengan piranti semikonduktor dioda.
Hanya saja dewasa ini strukturnya menjadi sedikit lebih rumit karena perancangannya yang
lebih cermat guna meningkatkan derajat efisiensi. Untuk penggunaan secara luas dalam
bentuk arus bolak-balik, masih diperlukan peralatan tambahan seperti inventer, baterei
penyimpanan dan lain-lain.
Kemajuan penelitian atas material semikonduktor sebagai bahan inti sel surya, telah
menjadi faktor kunci bagi pengembangan teknologi ini. Dalam teknologi sel surya, terdapat
berbagai pilihan penggunaan material intinya.
Kristal tunggal silikon sebagai pioner dari sel surya memang masih menjadi pilihan
sekarang karena teknologinya yang sudah mapan sehingga bisa mencapai efisiensi lebih
dari 20 % untuk skala riset. Sedangkan modul / panel sel surya kristal silikon yang sudah
diproduksi berefisiensi sekitar 12 %. Namun demikian, penggunaan material ini dalam
bentuk lempengan (waver) masih digolongkan mahal dan juga volume produksi lempeng
silikon tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar bila terjadi penggunaan sel surya ini secara
massal. Sehingga untuk penggunaan secara besar-besaran harus dilakukan uasaha untuk
mempertipis lapisan silikonnya dari ketebalan sekarang yang mencapai ratusan mikron.
Material yang berifisiensi tinggi lainnya adalah dari paduan golongan unsur III-V
GaAs dan InP. Walaupun secara teoritis efisiensinya bisa mencapai 35%, tetapi sulitnya
menumbuhkan kristal tunggal berkualitas tinggi dari material-material di atas
menyebabkan harganya tergolong sangat mahal sehingga penggunaannya masih terbatas,
terutama hanya untuk penggunaan di angkasa luar. Ditunjang oleh sifat material tersebut
yang tahan terhadap radiasi-radiasi di angkasa luar maka menggunakan bahan ini masih
menjadi pilihan utama. Hingga saat sekarang material golongan ini memang belum
dipertimbangkan untuk digunakan secara massal.
Pilihan yang paling diharapkan saat ini untuk dapat diproduksi secara massal
dengan harga yang murah adalah sel surya yang terbuat dari film tipis (Thin film solar
cells). Di antaranya ada tiga material yang sedang dikembangkan secara intensif yaitu :
CuInSe2 (atau paduannya seperti CuIns2 atau CuInGaSe2), CdTe dan Silikon amorf.
Tingkat efisiensi bahan-bahan tersebut sekitar 10%, sel surya film tipis ini sudah layak
untuk diproduksi massal dengan harga yang dapat bersaing dengan sumber energi listrik
yang lain. Untuk ketiga material di atas hanya dibutuhkan ketebalan sekitar satu mikron
agar membentuk sel surya yang efisien, hal ini disebabkan oleh daya serap cahayanya yang
besar.
Sel surya film tipis CdTe telah dapat diproduksi dalam bentuk modul percobaan
dengan efisiensi sekitar 10%. Sebenarnya cukup layak pula untuk diproduksi secara massal.
Persoalannya adalah material ini belum dapat diterima dengan baik karena mengandung
unsur cadmium. Dampak buruk bahan ini adalah bila rumah yang atapnya dinstal sel surya
CdTe terbakar, unsur cadmium ini akan menimbulkan polusi yang membahayakan.
Material CuInSe2 juga sangat diharapkan agar dapat digunakan secara luas,
material dengan daya absorpsi cahaya yang besar ini, secara teoritis mempunyai efisiensi
20% bahkan lebih. Dalam skala laboratorium saat ini telah diupayakan derajat efisiensi di
atas 15%. Kesulitan dari material yang masih baru ini adalah sukarnya mengontrol
komposisi dari ketiga unsur pembentuknya terutama saat diproduksi dalam sekala yang
besar secara massal, sehingga masih akan mengahadapi kesulitan terutama dalam
memproduksi modul dengan kualitas yang sama. Mencari proses pembuatan yang murah
dan layak untuk produksi massal adalah masalah yang menjadi pusat perhatian untuk
material golongan ini.
Yang terakhir adalah silikon amorf. Material ini juga dikenal sebagai bahan dasar
pembuatan flat panel display untuk layar komputer atau televisi portabel, hal ini
dimungkinkan karena material ini bisa dikembangkan dalam ukuran besar dengan lebar
lebih dari satu meter. Film tipis silikon amorf biasanya dibuat dengan menguraikan gas
monosilane (SiH4 ) dalam plasma yang dibangkitkan oleh penguat frekuensi radio (glow
discharge) pada suhu yang relatif rendah (250o C). Material ini tergolong yang paling murah
di antara semua sel surya film tipis. Secara teoritis, bahan ini dapat menghasilkan derajat
efisiensi sekitar 15-16%. Kelemahannya adalah adanya degrasi / penurunan efisiensi sekitar
30% dari harga awal, saat pertama kali disinari, walaupun pada akhirnya menjadi stabil (efek
Staebler Wronski). Panel sel surya dengan efisiensi (setelah terdegradasi) 10% sudah berhasil
dibuat. Walaupun nilai efisiensi tersebut sudah masuk kategori layak produksi, usaha untuk
menyempurnakan proses pembuatannya masih terus berlangsung guna menekan serendah
mungkin harga jualnya.
Ada dua hal lain yang juga sering dipertanyakan orang terhadap sel surya. Yang
pertama adalah polusi. Meskipun saat menggunakannya, sel surya tidak menyebabkan
polusi tapi saat pembuatannya (seperti industri semikonduktor lainnya) tetap menimbulkan
dampak limbah / polusi. Yang kedua adalah adanya parameter “energy pay-back time”
yang menyatakan lamanya waktu yang diperlukan oleh sel surya untuk menghasilkan
energi yang sama dengan energi yang dipakai saat pembuatan sel surya itu sendiri.
Terhadap dua hal di atas, sel surya film tipis silikon amorf ternyata lebih unggul
dibandingkan dengan sel surya lainnya.
Cadmium, dengan lambang kimia Cd, Silvery-White unsur metalik yang mudah
dibentuk. Nomor atom cadmium adalah 48, unsur ini adalah salah satu dari elemen transisi
di dalam kelompok 12 atau IIB, pada daftar susunan unsur kimia dikenal sebagai daftar
Hukum Berkala.
Cadmium telah ditemukan 1817 oleh Ahli kimia Jerman Friedrich Stromeyer, ia
menemukan Cadmium di dalam lapisan / kerak dalam tungku perapian seng. Cadmium
telah digunakan sebagai material pelapis dalam perangkat pembangkit tenaga atom karena
tingginya kemampuan serap terhadap low-energy netron.
Oleh karena itulah Sulfida Cadmium digunakan juga sebagai sel photovoltaic, dan
Sulfida Cadmium juga dimanfaatkan dalam pembuatan nickel-cadmium baterei.
Another alkaline cell similar to the Edison battery is the nickel-cadmium cell, or
cadmium battery, in which the iron electrode is replaced by one consisting of cadmium. It
also produces about 1.15 V, and its useful lifetime is about 25 years.
A new type of storage battery with a life expectancy of from 10 to 20 years was
demonstrated recently by Sonotone Corporation. The battery is half the size and will cost
half as much as conventional batteries. The grids of both positive and negative plates
consist of sintered, carbonyl-nickel powder. The active material of the positive plate when
charged is nickel oxide and that of the negative plate is cadmium. The electrolyte is a 30
per cent by weight solution of potassium hydroxide, the specific gravity of which is 1.29
at room temperature. During charge and discharge no over-all chemical change occurs in
the electrolyte so that there are no appreciable changes in the specific gravity as the state
of a cell changes. The potential of the cell at room temperature is approximately 1.3 volts,
and the terminal voltage when the cell is delivering current is about 1.2 volts.
The cells will withstand extreme conditions of temperature and can be charged at
temperatures as low as -40°F. and operate at temperatures as low as -65°F. One of the
demonstrations showed the operation of the battery under circumstances that would cause
other types to cease functioning. A nickel-cadmium unit was frozen in ice with cables
through the ice connected to an automobile-motor starter. The battery repeatedly started
the motor without difficulty. It is also unaffected by shock and vibration and is not injured
by overcharging, reversed charging, and short circuit.
Although the initial cost of this battery is greater than that of conventional types, it
is expected that the actual cost will be considerably lower because of the long life
expectancy.
Power for electronic equipment is furnished by 19,000 solar cells covering more
than 70% of the total sphere surface. They convert sunlight directly to electricity which
charges a nickel cadmium storage battery when the satellite is in sunlight. The battery runs
the equipment when Courier is in the earth's shadow.
4.4.5 Hibrida dengan pembangkit lain
● Pada sistem ini hibrida PLTS merupakan komponen utama, sedang pembangkit
listrik lainnya digunakan untuk mengkompensasi kelemahan sistem PLTS dan
mengantisipasi ketidakpastian cuaca dan sinar matahari.
● Pada sistem PLTS-PLTD, maka PLTD-nya akan digunakan sebagai "bank up" untuk
mengatasi beban maksimal. Pengkajian dan penerapan sistem ini sudah dilakukan di Bima
(NTB) dengan kapasitas PLTS 13,5 kWp dan PLTD 40 kWp.
● Penggabungan antara PLTS dengan PLTM mempunyai prospek yang cera, hal ini
karena sumber air yang dibutuhkan PLTM relatif sedikit tipikal ini banyak dijumpai di
desa-desa. Untuk itulah pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang telah merealisasi
penerapan sistem model hidro ini di desa Taratak (Lombok Tengah) dengan kapasitas
PLTS 48 kWp dan PLTM sebesar 6,3 kW.
● Pada sistem hibrida antara fotovoltaik dengan Fuel Cell (sel bahan bakar), selisih
antara kebutuhan listrik pada beban dan listrik yang dihasilkan oleh fotovoltaik akan
dipenuhi oleh fuel cell. Controller berfungsi untuk mengatur fuel cell agar listrik yang
keluar sesuai dengan kepeluan. Arus DC yang dihasilkan fuel cell dan arus fotovoltaik
digabungkan pada tegangan DC yang sama kemudian diteruskan ke power conditioning
subsystem ( PCS ) yang berfungsi untuk mengubah arus DC menjadi arus AC. Keuntungan
sistem ini adalah efisiensinya tinggi sehingga dapat menghemat bahan bakar, dan
kehilangan daya listrik dapat diperkecil dengan menempatkan fuel cell dekat dengan pusat
beban.
BAB V
5.1 Simpulan
Setelah mengkaji uraian pada bab-bab dan sub bab nya masing-masing, maka ada
beberapa simpulan yang dapat diambil :
2. Salah satu sumber energi yang memiliki prospek sangat menjanjikan baik dilihat
dari sisi biaya maupun dari sudut pandang lingkungan hidup dan jumlah
ketersediaannya adalah energi yang berasal dari sinar matahari.
4. Energi sinar matahari dapat diubah menjadi arus listrik yang searah dengan
menggunakan silikon yang tipis. Kristal Silikon berbentuk silindris yang tebalnya
0,3 mm, disebut juga dengan nama sel surya fotovoltaik.
Pada prinsipnya, sel surya adalah identik dengan piranti semikonduktor dioda,
hanya saja strukturnya lebih rumit karena perancangannya yang lebih cermat guna
meningkatkan derajat efisiensi. Untuk penggunaan secara luas dalam bentuk arus bolak-
balik, masih diperlukan peralatan tambahan seperti inventer, baterei penyimpanan dan lain-
lain.
5.2 Saran
Sangat menyarankan untuk dilaksanakannya penelitian, penulisan dan penerapan
teknologi solar cell dengan derajat efisiensi yang yang terus ditingkatkan dalam
pengubahan energi surya menjadi energi listrik.