Portal Statistik
Blog Belajar Analisis Data
Start Download - View PDF
Join This Site
OneszAccess Corpora…
810 suka
CATEGORY
forecasting (4)
R (10)
RANCOB (4) SAS (7)
3. Model campuran
a) Proses ARMA
Model umum untuk campuran proses AR(1) murni dan MA(1) murni, misal
ARIMA (1,0,1) dinyatakan sebagai berikut:
b) Proses ARIMA
Apabila nonstasioneritas ditambahkan pada campuran proses ARMA, maka model
umum ARIMA (p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk kasus sederhana ARIMA (1,1,1)
adalah sebagai berikut:
Studi Kasus.
Studi kasus nilai tukar rupiah terhadap dolar US. Data yang diamati selama satu
tahun, mulai tanggal 1 Mei 2011 sampai dengan 1 Mei 2012. Data diperoleh dari
http://www.bi.go.id.
untuk datanya bisa anda download disini.
Silahkan dicoba menggunakan data diatas terlebih dahulu untuk memudahkan
pemahaman :)
Akan dilakukan forcasting terhadap data yang tersedia dari periode 1 sampai dengan
248.
Adapun langkah-langkah melakukan forcasting terhadap data tersebut dengan
menggunakan aplikasi Eviews metode ARIMA adalah.
1. Membuka aplikasi Eviews dengan melakukan double click pada icon desktop atau
bagaimanalah caranya terserah.
2. Setelah aplikasi Eviews terbuka dan siap digunakan, klik menu File – New -
Workfile.
3. Selanjutnya pilih menu Object – New Object, kemudian pilih Series dan isikan
nama data pada kotak Name for object.
4. Selanjutnya double klik pada nama data yang telah dibuat, klik button Edit, dan
paste data pada studi kasus pada kolom.
5. Kemudian lihat model data dari studi kasus, pada data ulwan, klik menu View –
Graph - OK, kemudian akan muncul seperti diabwah ini.
7. Selanjutnya adalah menguji apakah data tersebut stasioner terhadap mean, pada
data yang telah ditransformasi, klik menu View – Unit Root Test, kemudian isi
sesuai gambar dibawah.
10. Dari model grafik diatas, dapat diduga data tersebut mengikuti model
ARIMA(1,1,1) atau ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta. Pada halaman utama
Eviews masukkan perintah seperti gambar dibawah untuk melakukan overviting,
lakukan sampai mendaatkan model yang signifikan dan terbaik .
11. Karen yang signifikan adalah model ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta, maka yang
digunakan adalah model tersebut, langkah selanjutnya adalah diagnostic check.
Yang pertama adalah uji normalitas residu, klik menu View – Residual Test –
Hostogram Normality Test.
12. Selanjutnya adalah uji asumsi autokorelasi, klik menu View – Residual Test –
Correlogram Q Statistics.
14. Selanjutnya adalah melakukan forecast atau peramalan, doubleklik pada range
data dan ubah nilai End date dengan 249.
15. Klik menu Forecast dan isi sesuai dengan gambar dibawah ini
16. Selanjutnya adalah, mengembalikan hasil forecast kedalam bentuk atau data asil
dengan mengeksponensialkan data yang berbentuk ln.
Hipotesis
Ho : Data tidak stasioner
H1 : Data stasioner
Tingkat Signifikansi:
α=0.05
Daerah Kritis:
|ADF| >|t-Statistic| : Tolak H0
Statistika Uji:
ADF = -0.93 t-Statistic = -2.87
Keputusan Uji
Karena nilai |ADF| < |t-Statistic| maka keputusannya adalah gagal tolak H0
Kesimpulan :
Jadi dengan tingkat signifikansi 5% didapatkan kesimpulan bahwa data tersebut
tidak stasioner.
Berdasarkan gambar diatas, karena nilai |ADF| > |t-Statistic| maka keputusannya
adalah tolak H0 yang berarti data sudah stasioner.
Setelah dilakukan overfitting terhadap 2 model yaitu ARIMA(1,1,1) dan
ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta maka didapatkan hasil yaitu:
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilakukan pemilihan model terbaik, dilihat dari
signifikan nilai probabilitasnya atau melihat nilai Akaike Info Criterion (AIC) atau
Schwarz Criterion (SC) dengan melihat nilai terkecil.
Berdasarkan tabel diatas maka model terbaik yang dapat digunakan adalah model
ARIMA (0,1,1), hasil diagnostic check dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Berdasarkan gambar, terlihat bahwa nilai Prob. < alpha = 0.000 < 0.05 maka
tolak H0 yang berarti data residual tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan gambar terlihat pada nilai prob. terdapat beberapa nilai yang tidak
signifikan, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala autokorelasi
terhadap data residual.
Berdasarkan gambar terlihat pada nilai prob. semua nilai tidak signifikan, oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas terhadap data
residual.
Pada kasus ini, semua asumsi yang kita harapkan tidak memenuhi, oleh karena itu
data tersebut bisa didekati dengan metode lain seperti menghilangkan efek
heteroskedastisitasnya terlebih dahulu dengan metode ARCH-GARCH atau yang
lainnya.
Karena yang saya bahas disini adalah metode ARIMA, saya akan melanjutkan contoh
ini sampai selesai forecast atau peramalan.
Gambar diatas merupakan hasil forecast data kurs Rupiah terhadap Dolar satu
periode kedepan, pada gambar pertama dapat dilihat informasi MSE dan MAE yang
masih dalam bentuk Ln yaitu 0.0045 dan 0.0029, dan pada gambar kedua dapat
dilihat hasil forecast untuk periode 249 adalah Rp 9145.952.
Terimakasih atas kunjungan anda. Jika ada yang kurang jelas, silahkan ditanyakan,
dan mudah-mudahan saya bisa membantu :
Semoga Bermanfaat.
HAVE FUN.
PREVIOUS NEXT
Peramalan Data Runtun Waktu Metode Spesial Post Untuk Hari Statistik Nasional
SARIMA dengan Eviews
Related Post:
Cara Peramalan dengan Metode Single Moving Average dan Double Moving
Average
Double Aces
28 OCTOBER 2014 AT 22:00
Balas Terima kasih mas atas artikel yang sangat bermanfaat ini, tapi bila mas
bersedia meluangkan waktu mohon juga dibahas artikel ini dengan
memakai software SPSS. Berhubung saya saat ini sedang belajar
statistika dengan software ini. Terima kasih sebelumnya mas. :)
Double Aces
28 OCTOBER 2014 AT 22:37
M Nashihun Ulwan
29 OCTOBER 2014 AT 03:05
Double Aces
31 OCTOBER 2014 AT 16:27
Tony Dharmapala
11 NOVEMBER 2014 AT 09:14
M Nashihun Ulwan
11 NOVEMBER 2014 AT 09:40
Tony Dharmapala
11 NOVEMBER 2014 AT 11:19
Balas Cukup ya Mas, soalnya lihat data studi kasus punya Mas
datanya harian dan mencapai 134 data. sedangkan saya
hanya data 8 tahun saja..
apa harus dibuat data perbulan biar banyak ya Mas?
maaf banyak tanya hehehe
Trims Mas
Balas
M Nashihun Ulwan
11 NOVEMBER 2014 AT 13:04
Aryadzouber.blogspot.com
20 FEBRUARY 2015 AT 00:27
M Nashihun Ulwan
20 FEBRUARY 2015 AT 10:16
M Nashihun Ulwan
18 JUNE 2015 AT 18:59
Balas Kalau dari saya sendiri, belum tentu yang dihasilkan oleh
autoarima error yang dihasilkan bisa lebih baik, kebetulan
sudah saya coba jg.
baiknya sih dilakukan overvitting lebih banyak lagi guna
mendapatkan model yang terbaik.
andy
5 DECEMBER 2015 AT 00:15
anggitama putrasiagian
19 DECEMBER 2015 AT 20:19
Unknown
24 FEBRUARY 2016 AT 19:23
Balas maaf mas mau tanya. saya kurang mengerti dengan uji
heteroskedastisitas. dari tabel diketahui bahwa nilai prob. 0,000. tetapi
mas mengatakan bahwa nilai prob. tidak signifikan sehingga terdapat
efek hetero dan dapat dilanjutkan ke ARCH GARCH. bukannya jika nilai
prob < dari 0,005 itu signifikan mas?tetapi mengapa mas mengatakan
tidak signifikan? terimakasih
Cheeryna Granger
25 OCTOBER 2016 AT 20:34
Balas Selamat malam mas, penjelasan mas sangat membantu saya, terima
kasih. Namun saya ingin bertanya. Dalam penjelasan tersebut,
penentuan stasioner tidaknya data dengan pertimbangan ADF > t maka
tolak Ho. Dalam penjelasan mas, ADF yang sebesar -0,93 lebih kecil
dari t yang sebesar -2,87. Saya agak bingung dengan pernyataan
tersebut karena dalam pemahaman saya -0,93 lebih besar dari -2,87.
Apakah tanda minus tersebut tidak diperhitungkan sehingga dianggap
-0,93 lebih kecil? Maaf saya agak bingung. Terima kasih...
linda putran
18 MARCH 2017 AT 13:59
Balas mas saya mau tanya, bagaimana cara kita mengetahui klau data
tersebut tidak stasioner dalam varian?? klau stasioner dalam rataan
kan pakai uji ADF, klau dalam varians gmana mas? terimakasih
Silahkan tinggalkan komentar, kritik, maupun saran dari sobat blogger tentang
apa yang sobat rasakan setelah mengunjungi blog ini.
Comment as:
Publish Notify me