Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS CAPAIAN DAN MATERI FISIKA DALAM ASESMEN PISA 2015

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian IPA-Fisika oleh dosen Dr. Didi Teguh
Chandra, M. Si

Oleh :

Mohamad Nur Fajar Sidiq (1706558)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
A. Pendahuluan
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) melalui program
yang bernama PISA (Program for International Student Assessment), berusaha mengukur
dan menguji capaian literasi saintifik di berbagai negara. Asesmen PISA dibuat untuk
menjawab pertanyaan “Apa hal paling penting yang harus diketahui dan dilakukan oleh
setiap warga negara?” (OECD, 2015). Perkembangan sains dan inovasi teknologi saat ini
begitu cepat. Sehingga mau tidak mau sebuah negara harus mempersiapkan warga
negaranya untuk menghadapi perkembangan jaman. Salah satunya adalah mempersiapkan
generasi muda yang “melek” sains dan teknologi.
Meskipun bukan merupakan negara anggota OECD, Indonesia telah ikut serta beberapa
kali dalam program asesmen tersebut. Indonesia berada pada peringkat yang kurang
memuaskan dalam keikutertaaannya. Tahun 2012 Indonesia hanya menempati peringkat 64
dari 65 negara yang ikut serta dalam tes PISA. Namun tren positif masih diikuti Indonesia.
Tahun 2015, skor kemampuan saintifik siswa Indonesia dalam umur 15 tahun meningkat 21
poin (OECD, 2016). Jika perkembangan ini terus berlanjut, maka Indoensia mempunyai
kesempatan bersaing dalam industrialisasi dunia tahun 2030 mendatang.
Kemampuan saintifik siswa tersebut dapat ditingkatkan. Salah satu cara meningkatkan
kemampuan saintifik siswa adalah dengan pembelajaran sain di kelas. Salah satu kegiatan
pembelajaran sains adalah melalu kegiatan pembelajaran fisika. Pembelajaran fisika di kelas
perlu melihat indikator kemampuan saintifik yang diujikan dalam asesmen PISA.
Kemampuan tersebut adalah literasi saintifik.
PISA mengukur literasi saintifik siswa yang diterapkan dalam berbagai konteks
permasalahan dunia yang paling baru. Literasi saintifik bukan hanya tentang kemampuan
siswa dalam mengetahui dan memahami konsep sains. Literasi saintifik merupakan
kemampuan mengetahui dan memahami konsep sains serta proses sains yang digunakan
untuk mengambil keputusan personal, partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbudaya, serta produktivitas ekonomi (NRC, 1996). Untuk dapat melatihkan kemampuan
tersebut, pembelajaran fisika di kelas harus dapat mengangkat isu dari konteks sains yang
diujikan dalam PISA. Sehingga diperlukan analisis antara konteks sains dan keterkaitan
dengan konsep fisika yang dipelajari di kelas.
Selain konteks dan konsep sains yang perlu dianalisis, dimensi literasi saintifik yang
diukur dalam PISA juga memiliki berbagai level. Dimensi tersebut adalah kemampuan
mengidentifikasi, menjelaskan, dan menggunakan fakta ilmiah. Pembelajaran fisika di kelas
seharusnya juga dapat melatihkan dimensi kemampuan literasi saintifik tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan juga analisis capaian kemampuan literasi saintifik ke dalam proses
pembelajaran fisika di kelas. Analisis ini diperlukan agar dapat memberikan gambaran
mengenai pembelajaran fisika seperti apa yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan
kemampuan literasi saintifik siswa. Serta konsep fisika manakah yang cocok digunakan
untuk membahas konteks ilmiah dalam asesmen PISA.

B. Literasi Saintifik Dalam PISA


Literasi saintifik didefinisikan sebagai kemampuan untuk terlibat dengan isu yang
berhubungan dengan sains, gagasan sains, sebagai warga negara yang reflektif (OECD,
2015). Untuk dapat terlibat dengan isu-isu sains, seseorang yang telah literat dalam sains
harus dapat menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang pertanyaan
ilmiah, serta dapat menggunakan data dan bukti secara ilmiah. Ketiga kemampuan di atas
dimasukkan dalam Domain Kompetensi dalam asesmen PISA.
1. Menjelaskan fenonema secara ilmiah
Kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah mencakup kemampuan siswa dalam
mengenali, merumuskan dan mengevaluasi penjelasan untuk berbagai fenomena alam
dan fenomena teknologi. Untuk dapat menjelaskan fenomena secara ilmiah, tidak hanya
dibutuhkan kemampuan untuk mengingat dan menggunakan teori yang ada, berbagai ide
penjelasan, informasi dan fakta yang ada (OECD, 2015). Kepercayaan diri dalam
mempertahankan pendapat sains, serta kemampuan untuk memahami bagaimana sebuah
informasi dan pengetahuan dirumuskan menjadi sebuah penjelasan juga diperlukan.
Singkatnya, seseorang dapat menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan menggunakan
bentuk dan prosedur standar dari pertanyaan ilmiah untuk mendapatkan sebuah
pengetahuan dan pemahaman tentang fungsi dan peran dirinya dalam membenarkan
pengetahuan yang dihasilkan oleh sains.
2. Merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah
Tujuan utama dalam merancang penyelidikan ilmiah adalah untuk merumuskan
penjelasan dan pengetahuan yang sesuai denga keadaan alam yang nyata. Proses koleksi
data dari hasil observasi dan eksperimen, baik dalam laboratorium dan di lapangan, harus
menuju pengembangan model dan hipotesis pengertian yang memperbolehkan prediksi
yang dapat dipertanggungjawabkan melalui eksperimen. Penyelidikan ilmiah telah
terbukti menjadi pondasi bagi berbagai macam eksperimen untuk mencari sebab-akibat
dari sebuah fenomena. Gagal dalam menggunakan penyelidikan ilmiah dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan sebuah eksperimen, atau yang melakukan
eksperimen.
Selain merancang penyelidikan ilmiah, kemampuan untuk mengevaluasi
penyelidikan ilmiah juga diperlukan. Mengevaluasi penyelidikan ilmiah diperlukan
dalam komunitas ilmiah. Seseorang dengan kemampuan dan pengetahuan dalam
mengevaluasi penyelidikan ilmiah harus dapat, setidaknya secara umum, bagaimana
sebuah pertanyaan dapat diinvestigasi secara benar (OECD, 2015).
3. Menggunakan data dan bukti secara ilmiah
Menggunakan data merupakan kemampuan inti seorang ilmuwan. Interptretasi data
dimulai dengan melihat pola, mengkonstruksi tabel sederhana dan menggambar grafik,
seperti diagram lingkaran, diagram batang, plot data atau diagram Venn. Tetapi
memahami prosedur yang digunakan dalam mengambil dan memahami sebuah
kelompok data saja tidak cukup. Seseorang yang telah literat sains harus dapat menilai
apakah data tersebut sesuai dan pernyataan yang diungkapkan adalah benar. Dengan kata
lain, argumentasi dan kritik sangat diperlukan untuk menetukan kesimpulan mana yang
paling sesuai (OECD, 2015)

C. Materi Fisika Dalam Konteks PISA


Kegiatan pembelajaran fisika tidak dapat lepas dari konsep-konsep fisika yang diajarkan
di dalam kelas. Melatihkan literasi saintifik kepada siswa di kelas memerlukan berbagai
macam strategi. Dalam penerapan strategi tersebut, penting untuk seorang pengajar atau
guru memahami apakah kompetensi literasi sains yang dituntut dapat diajarkan di kelas.
Lebih lanjut, asesmen PISA menggunakan konteks tertentu untuk dapat menilai pemahaman
dan pengetahuan siswa dalam fenomena tertentu.
Asesmen PISA 2015 mengukur pengetahuan sains dalam konteks yang disesuaikan
dengan kurikulum sains nasional yang dipakai di negara partisipan. Tetapi tidak semua
konteks harus sama dengan kurikulum sains nasional tersebut. Area aplikasi konteks dalam
PISA 2015 meliputi : penyakit dan kesehatan, sumber daya alam, kualitas lingkungan,
bahaya, dan perkembangan sains dan teknologi (OECD, 2015). Namun sekali lagi, perlu
diingat bahwa asesmen PISA bukanlah asesmen konteks. Tetapi asesmen untuk mengukur
kompetensi literasi saintifik siswa.
Gambar C.1 Konteks dalam asesmen literasi saintifik PISA 2015

Dari tabel di atas bahwa konteks dalam PISA 2015 dibagi menjadi lima konteks
dasar pengetahuan yang kemungkinan sudah didapatkan pada usia 15 tahun. Konteks dasar
tersebut dibagi lagi mejadi 3 kategori, yaitu personal, lokal/nasional/, dan global. Dimana
pembagian tersebut mengacu pada dimana literasi saintifik mempunyai nilai untuk tiap
individu dan komunitas dalam meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup serta
mengembangkan kebijakan umum.
Apabila kita dapat melihat, konteks di atas baik personal, lokal dan global memiliki
contoh-contoh lebih detil. Contoh tersebut yang dapat kita analisis ke dalam konsep fisika
yang diajarkan di kelas. Analisis konsep fisika yang diajukan dalam artikel ini adalah konsep
fisika yang diajarkan di sekolah pada tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Namun, tidak semua konteks dapat dianalisis menjadi konsep fisika, karena
beberapa konteks dalam
Tabel C-1 Analisis Materi Fisika dalam Konteks PISA

Konteks Materi Fisika


Health and disease Personal Accidents Impuls dan
Momentum
Personal Consumption of Gaya gesek ; energi
Natural resources materials and alternatif ;
energi termodinamika
Local/national Energy supply Energy nuklir,
energy alternatif
Global Renewable and Termodinamika
non-renewable
natural systems
Environmental Personal Use and disposal Energy alternatif
quality of materials and
devices
Local Rapid changes Bumi dan Antariksa
Global Climate change Bumi dan antariksa ;
Hazards termodinamika
Impact of modern Gelombang
communication elektromagnetik
Frontiers of science Personal Scientific aspects Optik geometri ;
and technology of hobbies listrik dan magnet
Music and Hukum Newton ;
sporting activities Listrik dan Magnet ;
Mekanika
Local/National Devices and Listrik dinamis ;
processes Kemagnetan
Global Exploration of Hukum III newton ;
space, origin and impuls dan
structure of the momentum ; hukum
universe gravitasi universal ;
relativitas ; Gaya
dan Energi

D. Kesimpulan
PISA mengukur kemampuan literasi saintifik anak-anak pada umur 10 – 15 tahun di
setiap negara partisipan. Kemampuan literasi saintifik tersebut secara garis besar
menggambarkan kemampuan mengikutsertakan sains dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan. Sehingga sangat penting untuk dilatihkan pada generasi muda melalui
pembelajaran sains di sekolah.
Tiga kompetensi penting yang harus dilatihkan antara lain adalah menjelaskan fenomena
secara ilmiah, merancang dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah, serta menggunakan data
dan fakta secara ilmiah. Kompetensi tersebut penting dimiliki agar setiap individu dapat
menimbang sebuah keputusan secara saintifik, agar tingkat kepercayaan keputusan tersebut
lebih besar. Dari kompetensi tersebut, dijelaskan bahwa bukan hanya sebatas memiliki
pengetahuan, tapi juga siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan dalam menggunakan
penyelidikan ilmiah.
Proses pembelajaran fisika di kelas tidak dapat lepas dari konten fisika itu sendiri. Jika
pembelajaran fisika merujuk pada kemampuan literasi sains yang diuji oleh PISA, maka
konsep dan materi fisika harus disesuaikan dengan konteks dan pengetahuan yang dinilai
dalam PISA 2015. Hasil analisis mendapatkan bahwa konteks paling banyak mengandung
materi fisika adalah pada konteks pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
disebabkan karena fisika dapat melatihkan siswa lebih banyak tentang perkembangan
teknologi, cara bekerjanya, dan penggunaannya.

E. Daftar Pustaka
National Research Council. 1996. National Science Education Standards. National
Academy Press: Washington DC. [Online] Tersedia :
http://www.nap.edu/catalog/4962.html
OECD. 2015. PISA 2015 Assessment and Analytical Framework. Online. Tersedia
di [http://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-2015-assessment-and-
analytical-framework_9789264281820-en;jsessionid=6ba4mcftnj65d.x-oecd-
live-03] 20 September 2017
OECD. 2016. Country Notes : Indonesia. Online. Tersedia di
[https://www.oecd.org/pisa/PISA-2015-Indonesia.pdf] 20 September 2017

Anda mungkin juga menyukai