PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak Indonesia merdeka (tanggal 17 Agustus 1945) saat itulah Indonesia memulai upaya
kesejahteraan masyarakat dalam skala nasional oleh pemerintah dan jajarannya, swasta dan
ekonomi bagi masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah sangat banyak yaitu menjaga
pemerintah membentuk opini dalam pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat yang
berjalannya pembangunan serta berupaya mencari dan menciptakan peluang usaha serta
Mayoritas penduduk negara berkembang adalah terletak di daerah pedesaan. oleh karena itu,
bukanlah suatu opsi melainkan sesuatu yang perlu dan tidak dapat dihindarkan. Namun
pembangunan pedesaan tidak bisa terwujud tanpa adanya peran dan dukungan dari perusahaan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut setiap perusahaan
untuk berkompetisi dalam bisnisnya, baik dalam taraf lokal maupun dalam taraf global.
Sehingga diperlukan suatu strategi bagi perusahaan dalam keberlanjutan usahannya. Salah satu
strategi untuk bertahan dalam persaingan yang ketat adalah dengan memiliki hubungan baik
dari berbagai pihak diantaranya ialah pihak internal perusahaan seperti pemegang saham,
manager, dan karyawan serta pihak eksternalnya seperti komunitas lokal antara lain pemerintah,
pemangku adat, media dan masyarakat lokal disekitar perusahaan beroperasi dan konsumen.
ekonomi, sosial dan lingkungan yang muncul di masyarakat melalui paradigma baru mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan atau (Corporate Social Responsibility) selanjutnya disebut
CSR.
maupun sebagai hibah yang dikemudian waktu perusahaan tersebut akan memetik hasilnya,
saat ini perhatian perusahaan tidak lagi dilihat dari sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai
sarana meraih keuntungan (Profit centre) hal ini dapat dilihat dari dampak keberhasilan
program CSR itu yang dapat membawa keuntungan (Profit) yang besar bagi perusahaan, dan
bersifat triple bottom lines, serta merupakan komitmen perusahaan dan tuntutan dari regulasi
yang ada untuk mendukung tujuan pemerintah dalam terciptanya pemerataan pembangunan.
CSR dituntut agar tidak bersifat tertutup namun bersifat eklusif ditengah masyarakat dan
perusahaan juga harus secara aktif dan komunikatif kepada komunitas mereka. Inilah
CSR adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung
jawab perusahaan dalam bisnis terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan
itu berada, serta berkomitmen dalam pengembangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) perusahaan menunjukkan rasa
Program Kemitraan (PK) adalah program untuk meningkatkan kemampuan UMKM agar
menjadi tangguh dan mandiri serta berkelanjutan dalam menumbuh kembangkan potensi
Sumber Daya yang ada di sekitarnya. Program Kemitraan (PK) yang telah ditaja oleh Telkom
untuk memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah
perekonomian masyarakat desa binaannya lebih baik lagi. Sedangkan program Bina
Lingkungan (BL) adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat disekitar yang
bersifat hibah. Dengan demikin, masyarakat juga akan menerima dampak positif dari program
Salah satu perusahaan dibawah naungan BUMN yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau
yang lebih dikenal Telkom, melalui anak perusahaannya yaitu PT Telekomunikasi Witel Riau
Daratan, Tbk, perusahaan ini telah berhasil menjadi pelopor keberhasilan membangun desa-desa
binaanya, dan mampu membantu pemerintah dalam pemerataan pembangunan serta membentuk
opini pembangunan melalui Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL).
Desa Koto Mesjid merupakan salah satu desa binaan terkom yang unggulan. Dari program-
program Desa Koto Masjid merupakan desa transmigrasi akibat dari pembangunan waduk
PLTA Koto Panjang, yang penduduk mayoritas berasal dari penduduk tempatan dengan
berbagai mata pencaharian dengan jumlah 700 Kepala Keluarga, jumlah penduduk laki-laki
1179 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1142 jiwa. Desa Koto Mesjid mempunyai
semboyan yaitu “tiada rumah tanpa kolam” artinya setiap rumah mempunyai kolam ikan Patin
sendiri. Hal ini memang dapat kita lihat dari jumlah kolam yang bisa dipantau hampir semua
Melalui program CSR Telkom tahun 2008 sampai tahun 2017 telah memberikan
pinjaman modal hingga saat ini setiap pertriwulan yang besar dana yang digelontorkan
berbeda, mulai dari 1,2 milyar sampai 2 milyar. Pemberian pinjaman modal dengan bunga
yang cukup ringan yaitu 6% membuat masyarakat terasa terbantukan akan dana tersebut
khususnya desa Koto Mesjid. Sejak tahun 2003 hingga saat ini Telkom Witel Riau Daratan
telah mengalokasikan dana untuk pinjaman modal dan bina lingkungan sebesar ±60 milyar
Tabel 1.4 Besaran Anggaran Peminjaman Modal untuk Daerah Riau tahun 2016
PEMINJAMAN
BESAR ANGGARAN JUMLAH PEMINJAM
NO TRIWULAN
PEMINJAMAN (ORANG)
KE-
1 1 (MAR) 1.400.000.000 55
2 2 (JUN) 1.500.000.000 57
3 3 (SEPT) 1.976.000.000 69
4 4 (DES) 1.850.000.000 69
tahun 2017 Telkom Ridar telah mengelontorkan dana sebesar Rp.1,2 milyar hingga Rp.2
milyar per tahunnya. Besar pinjaman dana pinjaman untuk mitra binaan dengan syarat-syarat
tertentu berkisar Rp.21 juta sampai dengan Rp.50 juta dengan jumlah peminjam 50-100 lebih
orang peminjam. Setiap peminjam diberikan jangka waktu untuk membayar selama 1 tahun
dengan cicilan bunga 6%. Cicilan bunga tersebut bukan di peruntukkan Telkom dalam meraih
Tabel 1.5 Persentase Tagihan Peminjaman Modal untuk Daerah Riau Tahun 2016
Persentase Triwulan
No
Bulanan
1 (Mar) 2 (Jun) 3 (Agust) 4 (Des)
1 Mei 100 - - -
2 Juni 89,69 - - -
3 Juli 89,69 - - -
Persentase tagihan diatas adalah presentasi tagihan pertriwulan untuk wilayah Riau
tahun 2016 yang terlihat penurunan pembayaran tagihan di setiap bulannya. Persentase di atas
terdiri dari 250 orang peminjam dengan total pinjaman 6.726.000.000 dan nominal pinjaman
beberapa fenomena dari hasil observasi mengenai Program CSR-Nya. Seperti (1) adanya
pelatihan perikanan yang sering dilakukan namun masih adanya kegagalan dalam panen, (2)
adanya bibit ikan patin murah yang dijual oleh mitra Telkom (Suhaimi) namun pembudidaya
malah membeli bibit dari luar daerah yang menurutnya lebih unggul, (3) adanya pinjaman
modal dengan suku bunga 6% yang membantu permodalan pembudidaya namun dengan data
yang didapat peneliti dari Telkom terlihat adanya penunggakan pembayaran tagihan, (4)
bantuan pada Panti Asuhan, madrasah dan tempat ibadah yang hanya beberapa kali diberikan
dan tidak berkelanjutan, (5) Desa Koto Mesjid memiliki taman digital namun penggunaannya
tidak teralisasikan, (6) Sumber Daya Manusia luar daerah yang dipekerjakan didesa tersebut
Berdasarkan hasil observasi yang penulis jelaskan di atas, maka peneliti tertarik
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka yang menjadi
Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan
(CSR) Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di Desa Koto
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan oleh penulis pada latar
Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan
Responsibility (CSR) Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di
Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan beberapa kegunaan ataupun manfaat yang dapat diperoleh dari
Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar.
Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan (referensi) sebagai
Konsep Teori
Responsibilitas
Pengertian Responsibilitas
pemberian layanan telah berjalan dengan aturan-aturan yang diberlakukan atau prosedur yang
telah di atur. Responsibilitas mengukur tingkat partisipasi pemberi layanan dalam
melaksanakan tugasnya.
menjadi kata yang paling penting dalam semua kosakata di dalam administrasi, publik, dan
privat. Dua aspek utama dari konsep tersebut, seperti apa yang didefinisikan oleh mosher,
didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip koorporasi yang sehat serta peraturan
bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis adanya wewenang, menyadari akan
dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, dan menciptakan dan memelihara
yang mencerminkan kinerja pengelolaan perusahaan yang baik dan mengakui stakeholder
serta mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan stakeholder untuk
kesehatan finansial dan adanya kerjasama antara perusahaan dengan stakeholder yang sangat
membantu kinerja perusahaan dan tindakan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.
sahan dan stakeholder harus sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Perusahaan dituntut tidak hanya tunduk kepada undang-undang saja tetapi juga tunduk kepada
undang-undang anti monopoli dan persaingan yang tidak sehat dan undang-undang
lingkungan hidup.
Jenis Responsibilitas
Dua jenis responsibilitas yang dapat ditemukan adalah terkadang disebut sebagai
dengan tuntutan dari luar kita. Sedangkan responsibilitas subjektif yaitu berfokus pada hal-hal
yaitu :
1. Objektif responsibilitas
pertanggungjawaban kepada seseorang atau badan kolektif, dan tanggung jawab untuk tugas-
tugas tertentu, bawahan, dan terhadap pencapaian tujuan. Bermula pada akuntabilitas dan
orang lain, hal ini adalah dimensi ganda dari responsibilitas objektif administrasi.
Dalam kepentingan umum kewajiban adalah hal yang lebih mendasar dan
akuntabilitas adalah cara untuk memastikan pemenuhan kewajiban dalam sebuah tingkatan
struktur. Akuntabilitas menyiratkan hubungan bawahan dan atasan dan kewenangan dari
kebawah dalam mengatur kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama. Jika kita menjelaskan
dua aspek responsibilitas objektif dalam konteks organisasi dan politik pada administrasi
publik, kita dapat menegaskan hubungan dari responsibilitas yang diciptakan antara aktor
dalam proses kebijakan. Hal ini akan menjelaskan hubungan dalam pemenuhan kewajiban-
kewajiban dasar.
kewajiban yang kemudian dilihat dari 3 macam pelaksanaan kewajiban untuk pemenuhan
tanggung jawab :
1. Subjektif responsibilitas
Diluar dari berbagai kewajiban yang merupakan salah satu dimensi responsibilitas,
bersama juga terdapat perasaan kita sendiri. Responsibilitas objektif muncul dari tuntutan
hukum, organisasi dan masyarakat pada peran kita sebagai administrator publik, tetapi
responsibilitas subjektif berakar pada keyakinan kita tentang kesetiaan, hati nurani, dan
jenis etika profesi yang d kembangkan melalu pengalaman pribadi. Kita percaya untuk
mentaati hukum, dan sehingga kita didorong oleh hati nurani kita untuk bertindak dengan cara
tertentu, buka karena kita diwajibkan untuk melakukan oleh supervisor atau hukum itu
sendiri, tetapi karena didorong batin yang terdiri dari keyakinan, nilai-nilai dan karakter yang
kemudian dipahami sebagai kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu.
Tanggung jawab subjektif berakar pada keyakinan yang menentukan dasar dalam
bertindak yang kita sebut nilai-nilai, yang menjadi lebih atau kurang dijabarkan sebagai
Ketika kita menghadapi masalah dan isu-isu, nilai-nilai kita, dan prinsip-prinsip yang terkait
dengan mereka, menimbulkan perasaan dan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara
tentu, atau untuk mencari pemenuhan dari beberapa tujuan tertentu. responsibilitas yaitu
pemenuhan tanggung jawab berdasarkan keyakinan, yaitu loyalitas terhadap organisasi, nilai
Model Responsibilitas
kombinasi terhadap komponen perilaku responsibilitas dan komponen dari etika individu.
Beberapa model mengenali kewajiban dari organisasi dan peraturan dari warga yang lebih
diutamakan. Model responsibilitas administrasi dibagi menjadi dua aspek yaitu komponen
perilaku dan etika ( Terry L, Cooper, 1998:48). Perilaku responsibilitas terdiri dari kebutuhan
individu, struktur organisasi, budaya organisasi dan harapan masyarakat, sedangkan etika
individu terdiri dari delimitasi dan transcendence organisasi, hukum dan mekanisme
sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai
bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan korporat untuk beradaptasi dan guna
(trust). CSR tentunya sangat berkaitan dengan kebudayaan perusahaan dan etika bisnis yang
harus dimiliki oleh budaya perusahaan, karena untuk melaksanakan CSR diperlukan suatu
budaya yang didasari oleh etika yang bersifat adaptif. Korporat yaitu perusahaan, hal ini
Telkom telah melakukan interaksi yang baik dengan mitra binaannya guna pendongkrak
baik dengan setiap stakeholdernya dengan mengedepankan etika bisnis sesuai peraturan yang
berusaha untuk mendapatkan keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan
sosial tentunya menjadi sasaran juga untuk pada gilirannya akan menguatkan pendapat
finansial. Ini sering dilakukan oleh setiap perusahaan untuk penguatan pelanggan (costumer)
usaha dilakukannya dan bahkan sering kali terjadi pelanggaran-pelanggaran etika, dan pada
akhirnya konsumen atau orang di luar perusahaan sering mendapatkan dampak negatifnya.
Keuntungan sosial diperlukan oleh perusahaan berupa kepercayaan (trust) dari masyarakat
terhadap perusahaan dan pada gilirannya akan dapat mencegah konflik sosial antara
Tidak jarang terjadi hubungan yang tidak baik antara perusahaan dengan masyarakat
sekitarnya yang pada dasarnya adalah stakeholder dari perusahaan yang bersangkutan, dan
bisa saja stakeholder disini dimaknai sebagai individu dan kelompok (masyarakat) yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas suatu perusahaan. Begitu juga adanya
hubungan dengan perusahaan lainnya sebagai suatu unit usaha yang sama atau berbeda,
tentunya akan berhubungan dengan satu dengan yang lain, hubungan tersebut bisa berupa
komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi
kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat atau masyarakat luas. Berarti
definisi dari corporate social responsibility berarti salah satu unsurnya pemberdayaan
kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat (setempat) untuk dengan atau tanpa dukungan
sosial, fisik dan mental) secara berkelanjutan. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk
kemiskinan. Pengertian kemiskinan menurut masalah umum adalah keadaan dimana terjadi
kekurangan hal-hal yang bisa untuk dimiliki, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan
(2011:2) membagi dua kategori stakeholder pada corporate social responsibility yaitu:
Inside stakeholder, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan
terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, bahkan bukan pula karyawan
keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang dimaksud ke dalam
Pelaksanaan CSR di Indonesia menurut Solihin (2011:161) ada dua perspektif yaitu:
Pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela (discretionary business
practice) artinya pelaksanaan CSR memang lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan
bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-
CSR bukan lagi merupakan discretionary business practice, melainkan pelaksanaannya sudah di
perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat dikategorikan dalam tiga bentuk,
yaitu :
Publik relation
dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dalam
Strategi defensif
Usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif masyarakat luas
yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan dengan karyawan, dan biasanya untuk
melawan serangan negatif dari anggapan komunitas dan masyarakat yang sudah terlanjur
berkembang.
Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi
perusahaan.
atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil perusahaan itu sendiri. Biasanya bentuk
kegiatan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat
Menurut Hasibuan (2011:25) membagi areal tanggung jawab perusahaan dalam tiga
Basic Responsibility
Level ini menghubungkan tanggung jawab awal dari suatu perusahaan yang muncul
memenuhi standar pekerja, dan memuaskan pemegang saha. Bila level ini tanggung jawab
organizational responsibility
kebutuhan stakeholder seperti pekerja, konsumen, pemegang saham dan masyarakat sekitar.
Sociental responses
Level ini menjelaskan tahap ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dengan
masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungan secara keseluruhan.
menyelesaikan masalah sesaat. Hampir tidak ada dampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat, selain lebih mahal, dampak jangka panjang tidak optimal untuk membentuk citra
perusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan sama mahal dengan biaya publikasi kegiatan.
Walaupun masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat dalam
jangka panjang lebih dibutuhkan pendekatan CSR yang berorientasi pada peningkatan pada
Saat ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan CSR yang
satu bentuk kegiatanya adalah mambantu usaha kecil, tetapi membentuk kegiatan perkuatan
tersebut masih persoalan, memisahkan kegiatan kegiatan program yang bersifat pendidikan,
ekonomi, infrastruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyata pada tingkat masyarakat
kegiatan ini tidak dapat diharapkan beekel, bahkan cenderung meningkatkan keuntungan
masyarakat pada perusahaan, sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk
Dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukuran daya saing)
guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses pada pendidikan, ekonomi, dan
kesehatan jangka panjang, untuk itu perlu diberikan penekanan pada keberlanjutan penguatan
ekonomi secara mandiri ( jangka waktu yang jelas / mempunyai exit policy yang jelas). Untuk
memberikan ungkitan besar pada pendapatan masyarakat maka kegiatan perkuatan dilakukan
pada rumpun usaha spesifik yang saling terkait dalam rantai nila, setiap pelaku pada mata
rantai nilai pada dasarnya adalah organ ekonomi yang hidup, perkuatan dilakukan untuk
sistem yang hidup tersebut pada gilirannya akan meningkatkan performance setiap organ.
Pendekatan CSR yang cerdas (smart) adalah dengan mengambil peran sebagai fasilitatif-
fasilitatif sehingga kegiatan CSR lebih efisien memberikan dampak pada rumpun usaha aatu
rantai ni.
Menurut Saidi dan Abidin (2014:48) ada empat model pola corporate social
responsibility, yaitu :
Keterlibatan langsung
atau groupnya.
Perusahaan turut menjadi anggota atau yang mendukung suatu lembaga sosial yang
Manurut Susiloadi dalam Tranggano, (2012:37) mengemukakan bahwa terdapat empat model
sosialnya awnd tanpa bantuan atau perantara dari pihak-pihak tertentu. Perusahaan
memiliki satu divisi tersendiri atau bisa juga digabungkan dengan divisi lain yang
bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan sosial termasuk CSR. Perusahaan yang juga
menegaskan salah satu pejabat senior seperti divisi human resource development atau
melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan yang dimiliki sendiri dibawah naungan
perusahaan atau groupnya yang dibangun terpisah dari organisasi induk perusahaan namun
harus tetap bertanggung jawab ke CEO atau dewan direksi perusahaan induk. Pendanaan
dilakukan oleh perusahaan induk untuk diproses lebih lanjut oleh yayasan.
mendirikan, menjadi anggota dan mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan
sosial tertentu. Pihak konsorsium ya dipercaya perusahaan yang mendukungnya akan Seca
menjalankan CSR melalui kerjasama dan bermitra dengan pihak lain. Pelaksanaan CSR
model ini terjadi ketika perusahaan/organisasi menjalin kerjasama dengan pihak lain
Menurut Wibisono (2007:41) dampak positif dari pelaksanaan CSR yaitu sebagai
berikut:
mempertahankan dan mendongkrak citra perusahaan yang sangat penting untuk menunjang
keberhasilan perusahaan.
layak mendapatkan social licence to operate dari masyarakat sekitar, karena pada saat
perusahaan, sehingga Peru dengan leluasa menjalankan roda bisnisnya dikawasan tersebut.
perusahaan, jika terjadi permasalahan dalam perusahaan, maka biaya recovery akan jauh
mereduksi biaya dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi.
ekonomi sebuah negara, yaitu pemerintah, masyarakat dan korporasi seperti yang
diungkapkan oleh Budiono dalam Mukti Fajar (2009:228), Situasi ini karena pada faktanya
di era globalisasi dan ekonomi pasar saat ini, peran korporasi sangat dominan dalam
masyarakat.
Menurut Rachman (2005:75) manfaat Corporate social responsibility bagi
membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat lebih baik secara
Menurut Carrol dalam Solihin (2011:21) konsep utama dari corporate social
responsibility terdiri dari empat konsep yang menjadi patokan bagi perusahaan dalam
melaksanakan CSR.
Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena
lembaga bisnis terdiri atas berisi aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi
mana hukum dan peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga
legislatif.
Tanggung jawab etis ( ethical responsibility)
Epstein dalam Solihin (2011:21), etika bisnis menunjukkan R moral yang dilakukan oleh
pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai
sebuah isi di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam
suatu masyarakat. Melalui penilaian tersebut, individu atau organisasi akan memberikan
penilaian apakah sesuatu yang dilakukan benar atau salah, adil atau tidak, serta memiliki
mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program
Kerangka Berpikir
Gambar 1.2 Kerangka berpikir
Konsep Operasional
1. Tanggung jawab ekonomi ( economic responsibility)
Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga
bisnis terdiri atas berisi aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat
secara menguntungkan.
Jika PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk sudah mencapai keuntungan secara
ekonomis maka perusahaan sudah memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan alasan bahwa
jika perusahaan memiliki keuntungan secara ekonomis tersebut akan mempunyai aspek sosial
Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati peraturan yang berlaku di mana hukum
dan peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.
Dalam hubungan PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk dengan pemerintah,
yang lama dan tidak pernah bsa sempurna sehingga perusahaan kurang tanggung jawab
Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yang menurut Epstein dalam
Solihin (2011:21), etika bisnis menunjukkan R moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara
perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai sebuah isi di mana
penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
Melalui penilaian tersebut, individu atau organisasi akan memberikan penilaian apakah sesuatu
yang dilakukan benar atau salah, adil atau tidak, serta memiliki kegunaan (utilitas), atau tidak.
PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk memiliki kewajiban untuk menjalankan
bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Normal-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi
perilaku perusahaan. Termasuk dalam tanggung jawab etis adalah kepekaan perusahaan dalam
masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat
filantropis.
Selain PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk memperoleh laba, taat hukum
dan berperilaku etis, Perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dirasakan
langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan di seluruh aspek,
baik pemilik, para karyawan yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yaitu
kepada perusahaan dan masyarakat, tetapi diharapkan agar dapat memupuk kemandirian
komunitas.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
kepada orang yang dipandang tahu tentang segala situasi sosial tersebut. hasil penelitian
tidak digeneralisasikan kepopulasi, karena pengambilan sampel tidak diambil secara
random. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan kesituasi sosial
(tempat lain), apabila bila situasi lain memiliki kesamaan dan kemiripan dengan situasi
yang diteliti.
Lokasi Penelitian
Kantor PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan Jl. Jendral Sudirman No.199,
Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
Informan Penelitian
Adapun informan yang digunakan sebagai objek informasi dari penelitian ini
yaitu:
mana penentuan informan berdasarkan pertimbangan bahwa informan yang dipilih adalah
Sumber Data
Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung di dapat dari objek penelitian atau
informan penelitian yaitu berupa hasil wawancara dan hasil penelusuran mengenai
pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) oleh Telkom Riau Daratan di desa
Koto Masjid yaitu wawancara dengan MENEGER HR & CDC Telkom Ridar,Kepala
Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber kedua atau
secara tidak langsung melalui berbagai literatur baik dari buku, media masa (cetak atau
elektronik), dari jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian, serta keterangan
yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi dari pihak yang terkait yaitu mengenai:
Untuk menghimpun dan mendapatkan semua data yang diperlukan dalam penelitian
Wawancara (Interview)
wawancara yang dilakukan berdasarkan suatu pedoman atau catatan yang hanya
berisi butir-butir atau pokok-pokok pemikiran mengenai hal yang akan dinyatakan
terhadap objek yang akan diteliti. Guna untuk mengetahui kinerja yang dilakukan
oleh Kepolisian Resor Kota Pekanbaru. Teknik observasi yang dilakukan penulis
adalah secara Non Participant Observation dimana kedudukan peneliti hanya sebagai
Dokumentasi
seluruh informasi tentang aspek yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan
mempunyai nilai ilmiah seperti referensi dari buku perpustakaan, jurnal, koran,
Dalam penulisan ini penulis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif
kualitatif, yaitu pengolahan data atau informasi yang diperoleh di lapangan berdasarkan
hasil wawancara dan pengamatan. Semua hasil data tersebut dikumpulkan dan dipelajari
sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kemudian penelitian ini menggunakan
triagulasi data sebagai kegiatan chek, recheck dan crosscheck, kemudian dilakukan