Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Indonesia merdeka (tanggal 17 Agustus 1945) saat itulah Indonesia memulai upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nasional artinya pemerintah, swasta dan

masyarakat saling mempunyai peran masing-masing dan mempunyai kewajiban. peningkatan

kesejahteraan masyarakat dalam skala nasional oleh pemerintah dan jajarannya, swasta dan

masyarakat merupakan suatu usaha mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan

ekonomi bagi masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah sangat banyak yaitu menjaga

stabilitas ekonomi, meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan dan berkewajiban

mensejahterakan serta memakmurkan masyarakat Indonesia. Pihak swasta berperan membantu

pemerintah membentuk opini dalam pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat yang

dilakukan perusahaan melalui program internal perusahaan. Masyarakat berperan mengontrol

berjalannya pembangunan serta berupaya mencari dan menciptakan peluang usaha serta

menuntut kesejahteraan perekonomian terhadap pemerintah pemerintah.

Mayoritas penduduk negara berkembang adalah terletak di daerah pedesaan. oleh karena itu,

pembangunan harus dilakukan dengan pembangunan pedesaan. Pembangunan pedesaan

bukanlah suatu opsi melainkan sesuatu yang perlu dan tidak dapat dihindarkan. Namun

pembangunan pedesaan tidak bisa terwujud tanpa adanya peran dan dukungan dari perusahaan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut setiap perusahaan

untuk berkompetisi dalam bisnisnya, baik dalam taraf lokal maupun dalam taraf global.

Sehingga diperlukan suatu strategi bagi perusahaan dalam keberlanjutan usahannya. Salah satu
strategi untuk bertahan dalam persaingan yang ketat adalah dengan memiliki hubungan baik

dari berbagai pihak diantaranya ialah pihak internal perusahaan seperti pemegang saham,

manager, dan karyawan serta pihak eksternalnya seperti komunitas lokal antara lain pemerintah,

pemangku adat, media dan masyarakat lokal disekitar perusahaan beroperasi dan konsumen.

Dengan demikian perusahaan di ajak beraksi langsung dalam menangani permasalahan

ekonomi, sosial dan lingkungan yang muncul di masyarakat melalui paradigma baru mengenai

tanggung jawab sosial perusahaan atau (Corporate Social Responsibility) selanjutnya disebut

CSR.

CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan berkelanjutan

(Sustainability) bisnisnya, dimana perusahaan mengelontorkan biaya yang bersifat pinjaman

maupun sebagai hibah yang dikemudian waktu perusahaan tersebut akan memetik hasilnya,

saat ini perhatian perusahaan tidak lagi dilihat dari sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai

sarana meraih keuntungan (Profit centre) hal ini dapat dilihat dari dampak keberhasilan

program CSR itu yang dapat membawa keuntungan (Profit) yang besar bagi perusahaan, dan

bersifat triple bottom lines, serta merupakan komitmen perusahaan dan tuntutan dari regulasi

yang ada untuk mendukung tujuan pemerintah dalam terciptanya pemerataan pembangunan.

CSR dituntut agar tidak bersifat tertutup namun bersifat eklusif ditengah masyarakat dan

perusahaan juga harus secara aktif dan komunikatif kepada komunitas mereka. Inilah

menjadikan suatu komitmen perusahaan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang

berkelanjutan terhadap komunitas perusahaan, serta berusaha mendukung peningkatan kualitas

taraf hidup dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

CSR adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung

jawab perusahaan dalam bisnis terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan
itu berada, serta berkomitmen dalam pengembangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) perusahaan menunjukkan rasa

kepedulian terhadap masyarakat.

Program Kemitraan (PK) adalah program untuk meningkatkan kemampuan UMKM agar

menjadi tangguh dan mandiri serta berkelanjutan dalam menumbuh kembangkan potensi

Sumber Daya yang ada di sekitarnya. Program Kemitraan (PK) yang telah ditaja oleh Telkom

untuk memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah

operasi Telkom. Dengan Program Kemitraan (PK) dapat mendongkrak pertumbuhan

perekonomian masyarakat desa binaannya lebih baik lagi. Sedangkan program Bina

Lingkungan (BL) adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat disekitar yang

bersifat hibah. Dengan demikin, masyarakat juga akan menerima dampak positif dari program

Bina Lingkugan (BL).

Salah satu perusahaan dibawah naungan BUMN yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau

yang lebih dikenal Telkom, melalui anak perusahaannya yaitu PT Telekomunikasi Witel Riau

Daratan, Tbk, perusahaan ini telah berhasil menjadi pelopor keberhasilan membangun desa-desa

binaanya, dan mampu membantu pemerintah dalam pemerataan pembangunan serta membentuk

opini pembangunan melalui Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL).

Desa Koto Mesjid merupakan salah satu desa binaan terkom yang unggulan. Dari program-

program Desa Koto Masjid merupakan desa transmigrasi akibat dari pembangunan waduk

PLTA Koto Panjang, yang penduduk mayoritas berasal dari penduduk tempatan dengan

berbagai mata pencaharian dengan jumlah 700 Kepala Keluarga, jumlah penduduk laki-laki

1179 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1142 jiwa. Desa Koto Mesjid mempunyai
semboyan yaitu “tiada rumah tanpa kolam” artinya setiap rumah mempunyai kolam ikan Patin

sendiri. Hal ini memang dapat kita lihat dari jumlah kolam yang bisa dipantau hampir semua

rumah memiliki kolam.

Melalui program CSR Telkom tahun 2008 sampai tahun 2017 telah memberikan

pinjaman modal hingga saat ini setiap pertriwulan yang besar dana yang digelontorkan

berbeda, mulai dari 1,2 milyar sampai 2 milyar. Pemberian pinjaman modal dengan bunga

yang cukup ringan yaitu 6% membuat masyarakat terasa terbantukan akan dana tersebut

khususnya desa Koto Mesjid. Sejak tahun 2003 hingga saat ini Telkom Witel Riau Daratan

telah mengalokasikan dana untuk pinjaman modal dan bina lingkungan sebesar ±60 milyar

utuk wilayah Riau.

Tabel 1.4 Besaran Anggaran Peminjaman Modal untuk Daerah Riau tahun 2016

PEMINJAMAN
BESAR ANGGARAN JUMLAH PEMINJAM
NO TRIWULAN
PEMINJAMAN (ORANG)
KE-

1 1 (MAR) 1.400.000.000 55

2 2 (JUN) 1.500.000.000 57

3 3 (SEPT) 1.976.000.000 69

4 4 (DES) 1.850.000.000 69

TOTAL 6.726.000.000 250

Sumber : Maneger HR & CDC Witel Ridar (M.Noor).

Pendistribusian dana sesuai dengan syarat-syarat tertentu dalam pertriwulan pada

tahun 2017 Telkom Ridar telah mengelontorkan dana sebesar Rp.1,2 milyar hingga Rp.2

milyar per tahunnya. Besar pinjaman dana pinjaman untuk mitra binaan dengan syarat-syarat

tertentu berkisar Rp.21 juta sampai dengan Rp.50 juta dengan jumlah peminjam 50-100 lebih
orang peminjam. Setiap peminjam diberikan jangka waktu untuk membayar selama 1 tahun

dengan cicilan bunga 6%. Cicilan bunga tersebut bukan di peruntukkan Telkom dalam meraih

keuntungan melainnkan dialokasikan kembali untuk binaan telkom yang lainnya.

Tabel 1.5 Persentase Tagihan Peminjaman Modal untuk Daerah Riau Tahun 2016

Persentase Triwulan
No
Bulanan
1 (Mar) 2 (Jun) 3 (Agust) 4 (Des)

1 Mei 100 - - -

2 Juni 89,69 - - -

3 Juli 89,69 - - -

4 Agustus 89,69 100 - -

5 September 89,69 87,73 - -

6 Oktober 89,69 81,65 - -

7 November 81,65 66,13 100 -

8 Desember 81,65 56,80 89,02 -

9 Januari 78,73 43,31 86,35 -

10 Februari 78,73 35,33 86,35 100

11 Maret 78,73 29,07 64,15 93,91

12 April 29,82 7,10 51,77 84,78

Sumber :Meneger HR & CDCWitel Ridar (M.Noor) Tahun 2016

Persentase tagihan diatas adalah presentasi tagihan pertriwulan untuk wilayah Riau

tahun 2016 yang terlihat penurunan pembayaran tagihan di setiap bulannya. Persentase di atas

terdiri dari 250 orang peminjam dengan total pinjaman 6.726.000.000 dan nominal pinjaman

antara Rp 10.000.000 sampai Rp 50.000.000.


Dibalik keberhasilan CSR Telkom Witel Riau Daratan membina mitranya terdapat

beberapa fenomena dari hasil observasi mengenai Program CSR-Nya. Seperti (1) adanya

pelatihan perikanan yang sering dilakukan namun masih adanya kegagalan dalam panen, (2)

adanya bibit ikan patin murah yang dijual oleh mitra Telkom (Suhaimi) namun pembudidaya

malah membeli bibit dari luar daerah yang menurutnya lebih unggul, (3) adanya pinjaman

modal dengan suku bunga 6% yang membantu permodalan pembudidaya namun dengan data

yang didapat peneliti dari Telkom terlihat adanya penunggakan pembayaran tagihan, (4)

bantuan pada Panti Asuhan, madrasah dan tempat ibadah yang hanya beberapa kali diberikan

dan tidak berkelanjutan, (5) Desa Koto Mesjid memiliki taman digital namun penggunaannya

tidak teralisasikan, (6) Sumber Daya Manusia luar daerah yang dipekerjakan didesa tersebut

kini telah banyak yang meninggalkan desa tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis jelaskan di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul :

“PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) oleh PT.

TELEKOMUNIKASI INDONESIA WITEL RIAU DARATAN, Tbk di DESA KOTO

MASJID KECAMATAN XIII KOTO KAMPAR KABUPATEN KAMPAR”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Oleh PT.

Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan

XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau ?

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR) Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di Desa Koto

Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau ?

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan oleh penulis pada latar

belakang, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Oleh PT

Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan

XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk di

Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan beberapa kegunaan ataupun manfaat yang dapat diperoleh dari

hasil penelitian ini yaitu:

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai :

Untuk pengembangan ilmu khususnya sistem administrasi dalam Pelaksanaan

Corporate Social Responsibility (CSR) Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Witel

Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten

Kampar.

Dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan

teoritis yang telah ditempuh dalam perkuliahan terkhususnya bagi penulis.

Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai :

Dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap instansi perusahaan maupun

pemerintah dalam mengambil sebuah keputusan yang berkaitan dengan Pelaksanaan

Corporate Social Responsibility (CSR) Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Witel

Riau Daratan, Tbk di Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten

Kampar.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan (referensi) sebagai

acuan untuk peneliti lain dengan fokus kajian yang sama.

Konsep Teori

Responsibilitas

Pengertian Responsibilitas

Responsibilitas merupakan kemampuan organisasi untuk mengatur sejauhmana

pemberian layanan telah berjalan dengan aturan-aturan yang diberlakukan atau prosedur yang
telah di atur. Responsibilitas mengukur tingkat partisipasi pemberi layanan dalam

melaksanakan tugasnya.

Responsibilitas merupakan kunci dari konsep pembangunan etika dalam peranan

administrasi. Menurut pengamatan Frederick mosher (2008:71), Responsibilitas mungkin

menjadi kata yang paling penting dalam semua kosakata di dalam administrasi, publik, dan

privat. Dua aspek utama dari konsep tersebut, seperti apa yang didefinisikan oleh mosher,

adalah menggunakan responsibilitas subjektif dan responsibilitas objektif.

Menurut Daniri (2009:9) prinsip responsibilitas adalah kesesuaian atau kepatuhan

didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip koorporasi yang sehat serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran

bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis adanya wewenang, menyadari akan

adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional

dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, dan menciptakan dan memelihara

lingkungan bisnis yang sehat.

Menurut Khairandi (2010:85) prinsip responsibilitas ini juga mengandung prinsip

yang mencerminkan kinerja pengelolaan perusahaan yang baik dan mengakui stakeholder

serta mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan stakeholder untuk

menciptakan kemakmuran. Juga menciptakan kesempatan kerja yang didukung oleh

kesehatan finansial dan adanya kerjasama antara perusahaan dengan stakeholder yang sangat

membantu kinerja perusahaan dan tindakan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.

Selain itu, perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawabannya kepada para pemegang

sahan dan stakeholder harus sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Perusahaan dituntut tidak hanya tunduk kepada undang-undang saja tetapi juga tunduk kepada

peraturan yang lainnya, seperti peraturan pemerintah daerah, undang-undang ketenagakerjaan,

undang-undang anti monopoli dan persaingan yang tidak sehat dan undang-undang

lingkungan hidup.

Jenis Responsibilitas

Dua jenis responsibilitas yang dapat ditemukan adalah terkadang disebut sebagai

responsibilitas subjektif dan responsibilitas objektif. Responsibilitas objektif harus dilakukan

dengan tuntutan dari luar kita. Sedangkan responsibilitas subjektif yaitu berfokus pada hal-hal

yang membuat seseorang merasa bertanggung jawab (Cooper, 1998:66)

Frederick mosher (1998:67), mengklarifikasik dua jenis responsibilitas untuk melihat

sejauhmana perusahaan menjalankan tanggung jawabnya dalam pemenuhan kewajiban dasar,

yaitu :

1. Objektif responsibilitas

Bentuk spesifikasi dari responsibilitas objektif menyangkut dua dimensi yaitu

akuntabilitas dan kewajiban. Semua hal mengenai responsibilitas objektif melibatkan

pertanggungjawaban kepada seseorang atau badan kolektif, dan tanggung jawab untuk tugas-

tugas tertentu, bawahan, dan terhadap pencapaian tujuan. Bermula pada akuntabilitas dan

berakhir dengan kewajiban. Akuntabilitas dan kewajiban menyangkut responsibilitas kepada

orang lain, hal ini adalah dimensi ganda dari responsibilitas objektif administrasi.

Dalam kepentingan umum kewajiban adalah hal yang lebih mendasar dan

akuntabilitas adalah cara untuk memastikan pemenuhan kewajiban dalam sebuah tingkatan

struktur. Akuntabilitas menyiratkan hubungan bawahan dan atasan dan kewenangan dari
kebawah dalam mengatur kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama. Jika kita menjelaskan

dua aspek responsibilitas objektif dalam konteks organisasi dan politik pada administrasi

publik, kita dapat menegaskan hubungan dari responsibilitas yang diciptakan antara aktor

dalam proses kebijakan. Hal ini akan menjelaskan hubungan dalam pemenuhan kewajiban-

kewajiban dasar.

Objektif responsibilitas menyangkut dua dimensi responsibilitas akuntabilitas dua

kewajiban yang kemudian dilihat dari 3 macam pelaksanaan kewajiban untuk pemenuhan

tanggung jawab :

bertanggung jawab atas pimpinan dalam hukum yang berlaku.

bertanggung jawab terhadap atasan dan bawahan.

bertanggung jawab terhadap masyarakat.

1. Subjektif responsibilitas

Diluar dari berbagai kewajiban yang merupakan salah satu dimensi responsibilitas,

bersama juga terdapat perasaan kita sendiri. Responsibilitas objektif muncul dari tuntutan

hukum, organisasi dan masyarakat pada peran kita sebagai administrator publik, tetapi

responsibilitas subjektif berakar pada keyakinan kita tentang kesetiaan, hati nurani, dan

identifikasi. Responsibilitas subjektif dalam melaksanakan peran administrasi mencerminkan

jenis etika profesi yang d kembangkan melalu pengalaman pribadi. Kita percaya untuk

mentaati hukum, dan sehingga kita didorong oleh hati nurani kita untuk bertindak dengan cara

tertentu, buka karena kita diwajibkan untuk melakukan oleh supervisor atau hukum itu

sendiri, tetapi karena didorong batin yang terdiri dari keyakinan, nilai-nilai dan karakter yang
kemudian dipahami sebagai kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu.

Responsibilitas subjektif menyangkut tingkat kesetiaan, nilai-nilai dan juga karakteristik.

Tanggung jawab subjektif berakar pada keyakinan yang menentukan dasar dalam

bertindak yang kita sebut nilai-nilai, yang menjadi lebih atau kurang dijabarkan sebagai

prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip ini menghubungkan nilai-nilai, didalam melakukan sesuatu.

Ketika kita menghadapi masalah dan isu-isu, nilai-nilai kita, dan prinsip-prinsip yang terkait

dengan mereka, menimbulkan perasaan dan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara

tentu, atau untuk mencari pemenuhan dari beberapa tujuan tertentu. responsibilitas yaitu

pemenuhan tanggung jawab berdasarkan keyakinan, yaitu loyalitas terhadap organisasi, nilai

yang ditanamka, dan karakter yang dimiliki.

Model Responsibilitas

Pada umumnya model responsibilitas administrasi diketahui berkembang dari

kombinasi terhadap komponen perilaku responsibilitas dan komponen dari etika individu.

Beberapa model mengenali kewajiban dari organisasi dan peraturan dari warga yang lebih

diutamakan. Model responsibilitas administrasi dibagi menjadi dua aspek yaitu komponen

perilaku dan etika ( Terry L, Cooper, 1998:48). Perilaku responsibilitas terdiri dari kebutuhan

individu, struktur organisasi, budaya organisasi dan harapan masyarakat, sedangkan etika

individu terdiri dari delimitasi dan transcendence organisasi, hukum dan mekanisme

kelembagaan untuk membatasi kekuasaan organisasi, dan kesadaran diri.

Corporate Social Responsibility

Pengertian Corporate Social Responsibility


Menurut Rudito (2013:1-2) corporate social responsibility pada dasarnya adalah

sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai

bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan korporat untuk beradaptasi dan guna

mendapatkan keuntungan dengan komunitas lokal, sebuah keuntungan berupa kepercayaan

(trust). CSR tentunya sangat berkaitan dengan kebudayaan perusahaan dan etika bisnis yang

harus dimiliki oleh budaya perusahaan, karena untuk melaksanakan CSR diperlukan suatu

budaya yang didasari oleh etika yang bersifat adaptif. Korporat yaitu perusahaan, hal ini

Telkom telah melakukan interaksi yang baik dengan mitra binaannya guna pendongkrak

performa bisnisnya. Dalam meningkatkan performa bisnisnya Telkom menjalin hubungan

baik dengan setiap stakeholdernya dengan mengedepankan etika bisnis sesuai peraturan yang

ada dalam tubuh Telkom.

Dengan demikian Telkom melaksanakan aktivitas bisnisnya tentu tidak hanya

berusaha untuk mendapatkan keuntungan secara finansial belaka, akan tetapi keuntungan

sosial tentunya menjadi sasaran juga untuk pada gilirannya akan menguatkan pendapat

finansial. Ini sering dilakukan oleh setiap perusahaan untuk penguatan pelanggan (costumer)

sebagai kelanjutan mencari konsumen. Dalam rangka mempertahankan konsumen, segala

usaha dilakukannya dan bahkan sering kali terjadi pelanggaran-pelanggaran etika, dan pada

akhirnya konsumen atau orang di luar perusahaan sering mendapatkan dampak negatifnya.

Keuntungan sosial diperlukan oleh perusahaan berupa kepercayaan (trust) dari masyarakat

terhadap perusahaan dan pada gilirannya akan dapat mencegah konflik sosial antara

masyarakat dengan perusahaan.

Tidak jarang terjadi hubungan yang tidak baik antara perusahaan dengan masyarakat

sekitarnya yang pada dasarnya adalah stakeholder dari perusahaan yang bersangkutan, dan
bisa saja stakeholder disini dimaknai sebagai individu dan kelompok (masyarakat) yang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas suatu perusahaan. Begitu juga adanya

hubungan dengan perusahaan lainnya sebagai suatu unit usaha yang sama atau berbeda,

tentunya akan berhubungan dengan satu dengan yang lain, hubungan tersebut bisa berupa

hubungan perkongsian atau hubungan kompetisi

Menurut Untung (2014: 3, 63-83) corporate social responsibility merupakan suatu

komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi

kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat atau masyarakat luas. Berarti

definisi dari corporate social responsibility berarti salah satu unsurnya pemberdayaan

masyarakat dan kemiskinan. Menjelaskan pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah

meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian, serta memberikan

kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat (setempat) untuk dengan atau tanpa dukungan

pihak luar mengembangkan kemandirian dari terwujudnya perbaikan kesejahteraan (ekonomi,

sosial, fisik dan mental) secara berkelanjutan. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk

mencapai peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang berarti menyangkut masalah

kemiskinan. Pengertian kemiskinan menurut masalah umum adalah keadaan dimana terjadi

kekurangan hal-hal yang bisa untuk dimiliki, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan

air minum. Hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup.

Tujuan pemberdayaan ada 3, yaitu :

Pemberdayaan sebagai proses perubahan.

Pemberdayaan sebagai proses pembelajaran.

Pemberdayaan sebagai proses penguatan kapasitas


Elemen Penting Dalam Corporate Social Responsibility

Elemen penting dalam pelaksanaan CSR merupakan Stakeholder, Dalam Solihin

(2011:2) membagi dua kategori stakeholder pada corporate social responsibility yaitu:

Inside stakeholder, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan

terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang

dimaksud ke dalam kategori inside stakeholder adalah pemegang saham (stakeholder),

para manajer (manager), dan karyawan (employees)

Outside stakeholder, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak (constituencies) yang

bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, bahkan bukan pula karyawan

perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh

keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Yang dimaksud ke dalam

kategori outside stakeholder adalah pelanggan (costumer), pemasok (supplier),

pemerintah (government), masyarakat lokal (lokal community), dan masyarakat secara

umum (generalisasi public).

Bentuk-bentuk Corporate Social Responsibility

Pelaksanaan CSR di Indonesia menurut Solihin (2011:161) ada dua perspektif yaitu:

Pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela (discretionary business

practice) artinya pelaksanaan CSR memang lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan
bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia.

CSR bukan lagi merupakan discretionary business practice, melainkan pelaksanaannya sudah di

atur oleh undang-undang (bersifat mandatory).

Menurut Murdiyanto dan Kuntdarto (2012:71) kegiatan program dilakukan oleh

perusahaan dalam konteks tanggung jawab sosialnya dapat dikategorikan dalam tiga bentuk,

yaitu :

Publik relation

Untuk menanamkan persepsi positif kepada masyarakat tentang kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dalam

produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Strategi defensif

Usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif masyarakat luas

yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan dengan karyawan, dan biasanya untuk

melawan serangan negatif dari anggapan komunitas dan masyarakat yang sudah terlanjur

berkembang.

Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi

perusahaan.

Melakukan program untuk kebutuhan masyarakat atau komunitas sekitar perusahaan

atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil perusahaan itu sendiri. Biasanya bentuk

kegiatan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat

dengan kebudayaan perusahaan yang berlaku (corporate culture).


Tingkatan Corporate Social Responsibility

Menurut Hasibuan (2011:25) membagi areal tanggung jawab perusahaan dalam tiga

level yang digambarkan sebagai berikut :

Basic Responsibility

Level ini menghubungkan tanggung jawab awal dari suatu perusahaan yang muncul

karena keberadaan perusahaan tersebut. Seperti : membayar pajak, mematuhi hukum,

memenuhi standar pekerja, dan memuaskan pemegang saha. Bila level ini tanggung jawab

tidak terpenuhi maka akan timbul dampak yang sangat serius.

organizational responsibility

Level ini menunjukkan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan stakeholder seperti pekerja, konsumen, pemegang saham dan masyarakat sekitar.

Sociental responses

Level ini menjelaskan tahap ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dengan

masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara

berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungan secara keseluruhan.

Menurut Murdiyanto (2012:47-49) terdapat tiga tingkatan program CSR dalam

usaha memperbaiki kesejahteraan masyarakat, yakni :

kegiatan program perusahaan yang bersifat Charity

Bentuk kegiatan seperti ini ternyata dampaknya terhadap masyarakat hanyalah

menyelesaikan masalah sesaat. Hampir tidak ada dampak pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat, selain lebih mahal, dampak jangka panjang tidak optimal untuk membentuk citra

perusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan sama mahal dengan biaya publikasi kegiatan.
Walaupun masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaan dan masyarakat dalam

jangka panjang lebih dibutuhkan pendekatan CSR yang berorientasi pada peningkatan pada

produktifitas dan mendorong kemandirian mandirian masyarakat.

Kegiatan program CSR yang membantu usaha kecil secara personal

Saat ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan CSR yang

berorientasi pada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat, salah

satu bentuk kegiatanya adalah mambantu usaha kecil, tetapi membentuk kegiatan perkuatan

tersebut masih persoalan, memisahkan kegiatan kegiatan program yang bersifat pendidikan,

ekonomi, infrastruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyata pada tingkat masyarakat

kegiatan ini tidak dapat diharapkan beekel, bahkan cenderung meningkatkan keuntungan

masyarakat pada perusahaan, sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk

menggalang kerjasama dengan masyarakat tidak dapat secara optimal.

kegiatan program CSR yang berorientasi membangun daya saing masyarakat

Dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukuran daya saing)

guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses pada pendidikan, ekonomi, dan

kesehatan jangka panjang, untuk itu perlu diberikan penekanan pada keberlanjutan penguatan

ekonomi secara mandiri ( jangka waktu yang jelas / mempunyai exit policy yang jelas). Untuk

memberikan ungkitan besar pada pendapatan masyarakat maka kegiatan perkuatan dilakukan

pada rumpun usaha spesifik yang saling terkait dalam rantai nila, setiap pelaku pada mata

rantai nilai pada dasarnya adalah organ ekonomi yang hidup, perkuatan dilakukan untuk

meningkatkan metabolisme (aliran barang, jasa, uang, informasi dan pengetahuan)dalam

sistem yang hidup tersebut pada gilirannya akan meningkatkan performance setiap organ.

Pendekatan CSR yang cerdas (smart) adalah dengan mengambil peran sebagai fasilitatif-
fasilitatif sehingga kegiatan CSR lebih efisien memberikan dampak pada rumpun usaha aatu

rantai ni.

Model Corporate Social Responsibility

Menurut Saidi dan Abidin (2014:48) ada empat model pola corporate social

responsibility, yaitu :

Keterlibatan langsung

Perusahaan menjalankan program TJSP secara langsung dengan menyelenggarakan

sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan masyarakat tanpa perantara.

Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sendiri dibawah naungan perusahaan

atau groupnya.

Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan TJSP melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau,

organisasi pemerintahan, instansi pemerintah, univer atau media massa.

Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium

Perusahaan turut menjadi anggota atau yang mendukung suatu lembaga sosial yang

didirikan untuk tujuan sosial tertentu.

Manurut Susiloadi dalam Tranggano, (2012:37) mengemukakan bahwa terdapat empat model

pelaksanaan CSR yang paling umum dilakukan di Indo, yaitu :

CSR dilaksanakan langsung oleh perusahaan/organisasi yang melakukan tanggung

sosialnya awnd tanpa bantuan atau perantara dari pihak-pihak tertentu. Perusahaan
memiliki satu divisi tersendiri atau bisa juga digabungkan dengan divisi lain yang

bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan sosial termasuk CSR. Perusahaan yang juga

menegaskan salah satu pejabat senior seperti divisi human resource development atau

publik relation untuk pelaksanaan teknis.

melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan yang dimiliki sendiri dibawah naungan

perusahaan atau groupnya yang dibangun terpisah dari organisasi induk perusahaan namun

harus tetap bertanggung jawab ke CEO atau dewan direksi perusahaan induk. Pendanaan

dilakukan oleh perusahaan induk untuk diproses lebih lanjut oleh yayasan.

mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium perusahaan/organisasi turut

mendirikan, menjadi anggota dan mendukung lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan

sosial tertentu. Pihak konsorsium ya dipercaya perusahaan yang mendukungnya akan Seca

proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan

program yang telah disepakati.

menjalankan CSR melalui kerjasama dan bermitra dengan pihak lain. Pelaksanaan CSR

model ini terjadi ketika perusahaan/organisasi menjalin kerjasama dengan pihak lain

seperti perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, instansi pemerintah ataupun

organisasi-organiaasi lainnya. Kerjasama dapat dilakukan dengan mengelola serta dengan

melaksanakan kegiatan sosial yang telah direncanakan oleh kedua pihak.

Dampak Positif Corporate Social Responsibility

Menurut Wibisono (2007:41) dampak positif dari pelaksanaan CSR yaitu sebagai

berikut:

mempertahankan dan mendongkrak citra perusahaan yang sangat penting untuk menunjang

keberhasilan perusahaan.
layak mendapatkan social licence to operate dari masyarakat sekitar, karena pada saat

masyarakat mendapatkan keuntungan dari perusahaan, mereka merasa memiliki

perusahaan, sehingga Peru dengan leluasa menjalankan roda bisnisnya dikawasan tersebut.

mereduksi resiko bisnis perusahaan yaitu mengelola resiko ditengah permasalahan

perusahaan, jika terjadi permasalahan dalam perusahaan, maka biaya recovery akan jauh

berlipat dibandingkan dengan pelaksanaan program CSR.

melebarkan akses sumber daya manusia yang dibutuhkan perusahaan.

memperkuat akses pasar konsumen.

mereduksi biaya dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi.

Peluang mendapatkan banyak penghargaan.

menjaga hubungan baik dengan stakeholder demi kesejahteraan masyarakat.

meningkatkan motivasi dan produktivitas karyawan karena perusahaan tempat bekerja

sebagai pelaku CSR.

Manfaat Corporate Social Responsibility

Pelaksanaan CSR pada masyarakat sangat dibutuhkan karena dalam proses

pembangunan masyarakat, untuk mengulangi persoalan-persoalan sosial melibatkan tiga pilar

ekonomi sebuah negara, yaitu pemerintah, masyarakat dan korporasi seperti yang

diungkapkan oleh Budiono dalam Mukti Fajar (2009:228), Situasi ini karena pada faktanya

di era globalisasi dan ekonomi pasar saat ini, peran korporasi sangat dominan dalam

masyarakat. Korporasi bersama-sama dengan pemerintah harus berusaha mengurangi

kemiskinan, meningkatkan standar kehidupan , dan secara umum memajukan pembangunan

masyarakat.
Menurut Rachman (2005:75) manfaat Corporate social responsibility bagi

masyarakat antara lain adalah sebagai berikut :

mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar perusahaan.

membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

turut membantu program pemerintah dalam mengatas kemiskinan.

penyelesaian masalah lingkungan.

akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat lebih baik secara

ekonomi, kelembagaan sosial, dan memperkecil terjadinya konflik sosial.

Konsep Utama Corporate Social Responsibility

Menurut Carrol dalam Solihin (2011:21) konsep utama dari corporate social

responsibility terdiri dari empat konsep yang menjadi patokan bagi perusahaan dalam

melaksanakan CSR.

Tanggung jawab ekonomi ( economic responsibility)

Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena

lembaga bisnis terdiri atas berisi aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi

masyarakat secara menguntungkan.

tanggung jawab hukum ( legal responsibility)

Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati peraturan yang berlaku di

mana hukum dan peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga

legislatif.
Tanggung jawab etis ( ethical responsibility)

Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yang menurut

Epstein dalam Solihin (2011:21), etika bisnis menunjukkan R moral yang dilakukan oleh

pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai

sebuah isi di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam

suatu masyarakat. Melalui penilaian tersebut, individu atau organisasi akan memberikan

penilaian apakah sesuatu yang dilakukan benar atau salah, adil atau tidak, serta memiliki

kegunaan (utilitas), atau tidak.

Tanggung jawab deskresi ( discretionary responsibility)

Masyarakat berharap keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi

mereka. Ekspektasi masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program

yang bersifat filantropis.

Kerangka Berpikir
Gambar 1.2 Kerangka berpikir

Konsep Operasional
1. Tanggung jawab ekonomi ( economic responsibility)

Tanggung jawab sosial utama perusahaan adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga

bisnis terdiri atas berisi aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat

secara menguntungkan.

Jika PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk sudah mencapai keuntungan secara

ekonomis maka perusahaan sudah memenuhi tanggung jawab sosialnya. Dengan alasan bahwa

jika perusahaan memiliki keuntungan secara ekonomis tersebut akan mempunyai aspek sosial

terhadap pemerintah, tenaga kerja dan masyarakat

2 tanggung jawab hukum ( legal responsibility)

Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati peraturan yang berlaku di mana hukum

dan peraturan tersebut pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.

Dalam hubungan PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk dengan pemerintah,

proses terbentuknya undang-undang dan peraturan (aktualisasi hukum) memerlukan waktu

yang lama dan tidak pernah bsa sempurna sehingga perusahaan kurang tanggung jawab

sosialnya bisa memanfaatkan celah-celah dalam yang diberlakukan pemerintah.

3. Tanggung jawab etis ( ethical responsibility)

Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yang menurut Epstein dalam

Solihin (2011:21), etika bisnis menunjukkan R moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara

perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk menilai sebuah isi di mana

penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.
Melalui penilaian tersebut, individu atau organisasi akan memberikan penilaian apakah sesuatu

yang dilakukan benar atau salah, adil atau tidak, serta memiliki kegunaan (utilitas), atau tidak.

PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk memiliki kewajiban untuk menjalankan

bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Normal-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi

perilaku perusahaan. Termasuk dalam tanggung jawab etis adalah kepekaan perusahaan dalam

menjunjung kearifan lokal dan adat istiadat di lingkungan masyarakat sekitar.

4. Tanggung jawab deskresi ( discretionary responsibility)

berharap keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka. Ekspektasi

masyarakat tersebut dipenuhi oleh perusahaan melalui berbagai program yang bersifat

filantropis.

Selain PT Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan, Tbk memperoleh laba, taat hukum

dan berperilaku etis, Perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dirasakan

langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan di seluruh aspek,

baik pemilik, para karyawan yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung jawab ganda, yaitu

kepada perusahaan dan masyarakat, tetapi diharapkan agar dapat memupuk kemandirian

komunitas.

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Melakukan observasi dan wawancara

kepada orang yang dipandang tahu tentang segala situasi sosial tersebut. hasil penelitian
tidak digeneralisasikan kepopulasi, karena pengambilan sampel tidak diambil secara

random. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan kesituasi sosial

(tempat lain), apabila bila situasi lain memiliki kesamaan dan kemiripan dengan situasi

yang diteliti.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi, yaitu :

Kantor PT. Telekomunikasi Indonesia Witel Riau Daratan Jl. Jendral Sudirman No.199,

Sumahilang, Pekanbaru Kota, Kode Pos : 28111

Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

Kode Pos : 28453.

Informan Penelitian

Adapun informan yang digunakan sebagai objek informasi dari penelitian ini

yaitu:

MENEGER HR & CDC Telkom Ridar

Kepala Desa Koto Masjid

Pengusaha kolam ikan patin

Pemilihan informan penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yang

mana penentuan informan berdasarkan pertimbangan bahwa informan yang dipilih adalah

orang-orang yang mengetahui, terlibat dalam dan telah ditentukan sebelumnya.

Sumber Data

Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung di dapat dari objek penelitian atau

informan penelitian yaitu berupa hasil wawancara dan hasil penelusuran mengenai

pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) oleh Telkom Riau Daratan di desa

Koto Masjid yaitu wawancara dengan MENEGER HR & CDC Telkom Ridar,Kepala

Desa Koto Masjid dan Pengusaha kolam ikan patin,

Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui sumber-sumber kedua atau

secara tidak langsung melalui berbagai literatur baik dari buku, media masa (cetak atau

elektronik), dari jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian, serta keterangan

yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi dari pihak yang terkait yaitu mengenai:

Data peraturan prosedur operasional pelaksanaan CSR tahun 2017.

Data Rekapitulasi program-program CSR tahun 2008-2017.

Data laporan peminjaman tahun 2016-2017

Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghimpun dan mendapatkan semua data yang diperlukan dalam penelitian

ini, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Wawancara (Interview)

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara tidak berstruktur, yakni

wawancara yang dilakukan berdasarkan suatu pedoman atau catatan yang hanya

berisi butir-butir atau pokok-pokok pemikiran mengenai hal yang akan dinyatakan

pada wawancara berlangsung agar mendapat informasi yang lebih akurat.


Observasi (Pengamatan)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

terhadap objek yang akan diteliti. Guna untuk mengetahui kinerja yang dilakukan

oleh Kepolisian Resor Kota Pekanbaru. Teknik observasi yang dilakukan penulis

adalah secara Non Participant Observation dimana kedudukan peneliti hanya sebagai

pengamat bukan anggota penuh dari objek yang sedang diteliti.

Dokumentasi

Merupakan data atau kajian yang diperoleh dengan cara mengumpulkan

seluruh informasi tentang aspek yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan

mempunyai nilai ilmiah seperti referensi dari buku perpustakaan, jurnal, koran,

internet dan media lain-lain.

Teknik Analisis Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif

kualitatif, yaitu pengolahan data atau informasi yang diperoleh di lapangan berdasarkan

hasil wawancara dan pengamatan. Semua hasil data tersebut dikumpulkan dan dipelajari

sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kemudian penelitian ini menggunakan

triagulasi data sebagai kegiatan chek, recheck dan crosscheck, kemudian dilakukan

crosscheck melalui persepsi penulis untuk dijadikan sebagai suatu kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai