Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu cara unutk mencerdaskan kehidupan

bangsa juga mencetak generasi muda agar dapat berperan aktif di masa depan

mendatang. Maka dari itu perlu adanya peningkatan pendidikan di Indonesia,

yaitu dengan salah satu caranya melakukan perubahan dan peningkatan dalam

proses pembelajaran.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan tuntutan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia

dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan Negara.

Menurut Thompson (dalam e-jurnal), pendidikan adalah pengaruh

lingkungan terhadap indivisu untuk menghasilkan perubahan yang tetap

dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.

1
Maka dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana agar peserta didik

dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, juga untuk

menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku,

pikiran dan sifatnya.

Seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut siswa untuk

berwawasan lebih luas. Tujuan utama pembelajaran adalah yaitu siswa

mampu menguasai materi pelajaran sesuai dengan kurikulum ataupun tujuan

yang sudah di tentukan. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, sorang

pendidik selalu berupaya untuk menyusun rencana pembelajaran, pemilihan

model pembelajaran sampai pelaksanaan eveluasi, namun kenyataannya

masih banyak siswa yang kurang menguasai pembelajaran dan menunjukkan

hasil belajar yang kurang maksimal (Iswara, 2012).

Hasil belajar yang baik dapat terwujud dengan didukungnya

penerapan metode pembelajran yang sesuai. Metode yang baik pun yaitu

metode yang disesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan. Penggunaan

metode pembelajaran yang tepat dapa meningkatkan keaktifan siswa dalam

pembelajran di kelas, sehingga merangsan siswa untuk aktif dan motivasi

siswa dapat bertambah. Metode pemeblajaran yang digunakan dalam

pembelajarn ini ialah scaffolding. Metode tersebut merupakan metode

pembelajaran aktif yang di harapkan mampu meningkatakn hasil belajar

siswa. Mengingat pentingnya hasil belajar siswa agar siswa dapat bersaing di

lembaga pendidikan.

2
Persaingan lembaga pendidikan pada saat ini terutama di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) semakin lama semakin ketat. Khususnya bagi

para siswa SMK jurusan Desain Perancangan dan Infomasi Bangunan (DPIB)

yang senan tiasa di tuntun untuk siap untuk memahami segala pelajaran yang

akan di jadikan bekal untuk bekerja nanti.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

“bagaimana metode pembelajaran scaffolding dapat mempengaruhi motivasi

dan hasil belajar siswa dalam memahami mata pelajaran Mekanika Teknik

bahasan Gaya di kelas XI SMK Negeri 5 Bandung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa merupakan elemen penting menilai pemahaman siswa

dalam mendapatkan materi pelajaran

2. Motivasi siswa dalam memahami mata pelajaran sangatlah penting,

sehingga perlu adanya motivasi dari beberapa pihak (guru) dalam

meningkatkan motivasi siswa

3. Model pembelajaran scaffolding merupakan model pembelajaran yang

sesuai untuk diberikan kepada siswa guna mendukung kemampuan awal

siswa, sehingga diharapkan dapat mendorong motivasi dan hasil belajar

siswa

3
C. Batasan Penelitian

Berdasarkan identifikasi penelitian tersebut, adapun batasan penelitian

ini, yaitu :

1. Motivasi belajar siswa dalam memahami mata pelajaran Mekanika Teknik

dengan materi ajar Gaya di kelas XI DPIB SMKN 5 Bandung

2. Hasil belajar siswa sebagai pengamatan untuk mengukur pemahaman mata

pelajaran Mekanika Teknik dengan materi ajar Gaya di kelas XI DPIB

SMKN 5 Bandung

3. Perbedaan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Mekanika Teknik

pada materi gaya antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran

scaffolding dengan siswa yang tidak mendapatakan model pembelajaran

scaffolding di kelas XI DPIB SMKN 5 Bandung

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana metode pembelajaran scaffolding dapat mempengaruhi

motivasi belajar siswa dalam memahami mata pelajaran Mekanika Teknik

bahasan Gaya di kelas XI SMK Negeri 5 Bandung?

2. Bagaimana metode pembelajaran scaffolding dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa dalam memahami mata pelajaran Mekanika Teknik bahasan

Gaya di kelas XI SMK Negeri 5 Bandung?

4
E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang di capai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran scaffolding dapat

mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam memahami mata pelajaran

Mekanika Teknik bahasan Gaya di kelas XI SMK Negeri 5 Bandung

2. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran scaffolding dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa dalam memahami mata pelajaran

Mekanika Teknik bahasan Gaya di kelas XI SMK Negeri 5 Bandung

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di harapkan mencakup beberapa aspek

yaitu di antaranya :

1. Siswa

a. Model pembelajaran scaffolding memberikan kesempatan bagi siswa

untuk mendapatkan dukungan bimbingan belajar melalui gurunya

secara terarah sehingga mendorong motivasi dan hasil belajar siswa

2. Guru

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru mata pelajaran

Mekanika Teknik untuk dapat menerapkan model pembelajaran

scaffolding, agar mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat

siswa dalam memahami mata pelajaran Mekanika Teknik materi gaya

5
3. Sekolah

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah yaitu terutama

dalam penyusunan kurikulum dalam penerapan model pembelajaran

scaffolding di mata pelajaran Mekanika Teknik materi gaya

4. Peneliti

a. Sebagai informasi tambahan bagi peneliti mengenai kendala

peningkatan motivasi dan hasil belejara pada siswa di mata pelejaran

Mekanika Teknik

b. Sebagai pertimbangan penelitian selanjutnya untuk lebih

mengembangkan model pembelajaran terhadap siswa khususnya

menerapkan model pembelajaran scaffolding dalam upaya

meningkatan hasil dan motivasi belajar siswa untuk mata pelajaran

lainnya

6
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

1. Metode pembelajaran

Menurut Priansa (2015, hlm 150) metode merupakan kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu

kegiatan. Pemahaman model sebagai gambaran tentang keadaan

sesungguhnya. Menurut Supriyadi (2014) pembelajaran adalah proses

belajar mengajaryang dilakukan antara guru dengan siswa. Pemelajaran

seharusnya berlangsung secara efektif. Keberhasilan siswa yang

mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan tersebut terlihat dari (1)

pemahaman siswa, (2) penguasaan materi, dan (3) prestasi siswa.

Dengan demikian, model pembelajaran merupakan

kerangkakonseptual berapa prosedur yang sistematis dan terencana dalam

mengorganisasikan proses atau kegiatan guru kepada siswanya yang

terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa sehingga terjadi

interakhi belajar yang efektif.

2. Metode pembelajaran Scaffolding

Definisi istilah “Scaffolding” berasal dari istilah ilmu teknik sipil

yang artinya “perancah” merupakan bamboo (balok dsb) yang dipasang

untuk tumpuan ketika hendak mendirikan rumah, membuat tembok dan

7
sebagainya. Dalam pembelajaran, istilah scaffolding dibentuk sebagai

metafora yang harus secara jelas dipahami sehingga maknanya dapat

tercapai. Pembelajaran berdasarkan scaffolding adalah memberikan

keterampilan yang penting untuk pemecahan masalahh secara mandiri

seperti berdiskusi dengan siswa, praktek langsung dan memberikan

penguatan (Sugihartono, 2007, hlm 113).

Rusman (dalam Luthfita, 2013) mengemukakan scaffolding

merupakan model pembelajaran kooperatif jenis terbaru. Model

pembelajaraan kooperatif dilaksanakan secara berkelompok yang

diharapkan dapat membantu guru terhadap siswa agar memahami

pelajaran lebih mudah dan lebih menyenangkan. Priyani (2008, hlm 207)

mengemukakan model pembelajaran model pembelajaran scaffolding

merupakan ide Vygotsky yang dikembangkan sebagai bantuan belajar

oleh guru atau teman untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran scaffolding mencakup bantuan belajar setiap

aktivitas dan semua aspek pembelajaran (materi, metode/strategi dan

evaluasi).

Stuyf (2002, hlm 11-12 mengemukakan bahwa scaffolding sebagai

suatu pebelajaran yang bersumber dari teori Vigotsky dan memiliki

konsep tentang Zone of Proximal Development (ZPD). Scaffolding

menyiapkan bantuan individu berdasarkan ZPD siswa. Orang yang lebih

pakar atau More Knowledge Other (MKO) akan menyiapkan scaffold atau

bimbingan untuk memfasilitasi pengembangan siswa sebelumnya dan

8
mampu menginternaisasi informasi informasi baru. Tugas guru sebagai

MKO menyiapkan scaffolding ZPD masing-masing melalui bimbingan.

Dengan demikian, model pembelajaran scaffolding merupakan

metode pembelajaran kooperatif (berkelompok) dengan memberikan

bantuan belajar terhadap siswa yang tingkat ZPD nya rendah memuli

teman sebayanya yang dibantu oleh guru sehingga siswa nantinya mandiri

dan bertanggung jawab dalam penyelesaian tugas.

3. Karakteristik Metode Pembelajaran Scaffolding

Menurut Santrock (dalam Fajar, 2014) scaffolding memiliki 3

karakteristik umum, yaitu meliputi:

a. Contigency, yakni dukungan yang dibedakan berdasarkan tingkat

kemampuan siswa;

b. Fading, yang penarikan bantuan secara bertahap;

c. Transfer of responsibility, yakni memindahkan tanggung jawab tugas

kepada siswa secara bertahap.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Scaffolding

a. Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.

b. Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa

dicapai oleh anak.

c. Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian

tujuan.

d. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi

standar atau yang diharapkan.

9
e. Mengurangi frustasi atau resiko.

f. Memberi model dan mendefenisikan dengan jelas harapan mengenai

aktivitas yang akan dilakukan.

5. Tahap-tahap Metode Pembelajaran Scaffolding

Pratiwi (2013) mengembangkan ide Vigotsky dengan penekanan

bahwa guru menyiapkan scaffolding untuk siswa. Guru menyiapkan

scaffolding untuk siswa. Guru menyiapkan scaffolding sebuah kerangka

kerja atau scaffold, sehingga siswa mamu mengembangkan pemahaman

sendiri. Kerangka kerja berupa pemberikan sugesti dan dukungan yang

berkurang apabila saya tidak memerlukannya lagi. Secara umum, Gasong

(2007) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran scaffolding dapat

dilihat pada tabel berikut :

1. Menjelaskan materi pembelajaran.

2. Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level

perkembangan siswa berdasarkan tingkat kognitifnya dengan melihat

nilai hasil belajar sebelumnya.

3. Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya.

4. Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan

dengan materi pembelajaran.

5. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal

secara mandiri dengan berkelompok.

10
6. Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh,

kata kunci atau hal lain yang dapat memancing siswa ke arah

kemandirian belajar.

7. Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu

siswa yang memilki ZPD yang rendah.

8. Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas.

B. Motivasi Belajar Siswa

1. Definisi Motivasi belajar Siswa

Motivasi belajar muncul dari kata “motif” diartikan sebagai daya

penggerak untuk menjadi aktif dari dalam dan di dlam dubjek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demimencapai suatu tujuan

(Sudirman, 2009, hlm 73). Menurut Winkel (2004, hlm 27) pengertian

motivasi belajar adalahkeseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsingan

kehiatanbelajar dan memberikan arah kegiataitu sendiri mencapai suatu

tujuan.

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang

membuat siswa melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan.

11
2. Sumber Motivasi Belajar Siswa

Menurut Priansa (2015, hlm 133-134) teori yang umum digunakan

untuk menjelaskan sumer motivasi belajar siswa sedikitnya dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu;

a. Motivasi Intrinsik (Rangsangan dari dalam diri siswa)

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif tanpa perlu

rangsangan dari luar karena beruoa diringan dalam diri untuk

melakukan sesuatu. Factor individual pada diri siswa yang

mendorong untuk belajar, yakni:

1. Minat : siswa akan merasa terdorong untuk belajar, jika kegiatan

belajar tersebut sesuai dengan minatnya.

2. Sikap positif : siswa mempunyai sifat positif terhadap suatu

kegiatan, maka ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk

menyelesaikan kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

3. Kebutuhan : siswa mempunyai kebutuhan tertentu dan akan

berusaha melakukan kegiatan apapun sesuai kebutuhannya.

b. Motivasi Ekstrinsik (Rangsangan dari luar diri siswa)

Motivasi ekstrinsik adalah motif motif yang aktif dan

berdungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ini sebagai

bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar diri siswa. Misalnya karena ada

ajakan, suruhan ataupun paksaan, khususnya dalam belajar.

12
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti menimbulkan

motivasi ekstrinsik. Motivasi penelitian penerapan model

pembelajaran scaffolding menciptakan pembelajaran yang

mendorong siswa belajar melalui berbantuan belajar.

C. Mata Pelajaran Mekanika Teknik

Menurut Suwarno (1989), Mekanika merupakan mata pelajaran atau

ilmu yang mempelajari tentang perubahan-perubahan yang perlu diantisipasi

oleh elemen struktur bangunan atas gaya-gaya dan beban yang bekerja pada

struktur bangunan tersebut. Merupakan ilmu dasar dari pengetahuan tentang

Teknologi Bangunan dan Struktur Konstruksi Bangunan. Pokok utama materi

dari mata pelajaran Mekanika Teknik atau Statika adalah mempelajari

perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya. Perilaku struktur

tersebut umumnya mencakup keseimbangan gaya, uraian gaya, gaya reaksi

dan gaya internal yang ada pada struktur.

Dalam mempelajari perilaku struktur pada mata pelajaran Mekanika

Teknik, maka hal-hal penting yang selalu diperhatikan adalah:

1. Stabilitas struktur (tidak bergerak, tidak berpindah tempat dan tidak

berubah bentuk).

2. Keseimbangan Gaya (gaya luar atau beban yang bekerja pada struktur

harus diimbangi oleh reaksi struktur terhadap beban tersebut)

3. Kompatibilitas antara gaya-gaya yang bekerja pada struktur dengan

jenis tumpuannya dan bentuk strukturnya.

13
D. Keterkaitan antara Metode Pembelajaran Scaffolding terhadap Mata

Pelajaran Mekanika Teknik pada Materi Gaya

Model pembelajaran scaffolding mendorong siswa untuk belajar

mandiri secara bertahap. Guru memberikan bantuan belajar terlebih dahulu

secara sistematis dan berkala diarahkan untuk lebih mandiri, siswa lebih

berperan aktif dan mendukung hasil belajarnya.

Model pembelajaran scaffolding berpengaruh pada motivasi belajar

siswa yang melibatkan siswa siswa tidak hanya mendengarkan informasi dari

guru, melainkan mendorong siswa memberikan informasi. Berhadapan

dengan siswa yang mudah putus asa dan ketidakmampuan belajar,

memberikan kesempatan umpan balik positif. Iamengarah keinstruksi

scaffolding yang memotivasi siswa sehingga mereka ingin belajar

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen

merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang

bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu

yang di amati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan

sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung

fenomena sebab akibat (causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179).

Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi

yang terkendalikan (Sugiyono 2011:72).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

eksperimen adalah untuk mengetahui hasil dari manipulasi atau perlakuan

terhadap individu atau kelompok yang terkendali.

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dituntut dengan

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

data tersebut, serta penampilan dari hasilnya

B. VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel.

Variabel adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi,


15
keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat

memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan secara

langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu

dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat darieksperimen sering

disebut variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang

tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil

eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel

eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana

pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh

varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan

kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda atau yang

bervariasi.

Variabel dependen Variabel independen

Metode pembelajaran Motivasi siswa terhadap


scaffolding mata pelajaran mekanika
teknik

16
2. Paradigma Penelitian

stimulus metode motivasi siswa


• mendapatkan metode • kelancaran pemahaman
siswa DPIB pembelajaran scaffolding materi pelajaran
• tidak mendapatkan metode • pengerjaan tugas siswa
pembelajaran

kesimpulan dan saran hasil penelitian

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Keterangan:

= lingkup penelitian

= alur penelitian

C. DATA DAN SUMBER DATA

1. Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data

melalui survey atau observasi serta wawancara di lapangan, data primer

17
dalam penelitian ini adalah data tentang nilai dan data akademis siswa

sebelum mendapatkan perlakuan dan setelah mendapatkan penerapan

metode.

Sementara data sekunder adalah data yang relevan dengan

permasalahan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini bahan

pustaka dan segala informasi yang relevan dengan masalah penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini yaitu siswa DPIB SMK Negeri 5

Bandung.

D. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generasisasi yang terdiri atas : objek /

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik

kesimpulan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

DPIB kelas XI SMK Negeri 5 Bandung, karena kelas XI sedang

menempuh mata pelajaran mekanika teknik, dan mereka di tuntut untuk

memiliki kompetensi dan keahlian dalam mekanika teknik.

2. Sampel

18
Sampel adalah bagian dati jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa DPIB

kelas XI SMK N 5 Bandung

3. Sampling

Sampling adalah suatu cara yang di tempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian

(Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adal

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 200). Alasan mengambil

total samplung karena menurut Sugiyono (2007) jumah populasi kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Teknik Pengumpulan Data

Data primer penelitian ini adalah data mengenai hasil penerapan

media audio visual dalam metode pembelajaran. Data tersebut diperoleh

melalui penggunaan angket atau kuesioner dan tes yang disebar dan diuji

kepada sampel.

a. Angket

Peneliti menggunakan instrumen angket untuk mendapatkan data

tentang motivasi siswa dalam mendalami mata pelajar mekanika teknik.

Sementara skala pengukuran yang digunakan dalam angket adalah skala

Likert. Menurut Sugiyono (2012), “Skala Likert adalah digunakan untuk


19
mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial”.

Untuk pemberian skor pada instrumen angket ini diberi ketentuan

sebagai berikut:

1) Sangat Setuju =4

2) Setuju =3

3) Tidak Setuju =2

4) Sangat Tidak Setuju =1

b. Tes

Peneliti menggunakan instrumen tes yang dilakukan di awal

sebelum dibeikan perlakuan (pretest) dan di akhir setelah diberikan

perlakuan (post test) . Tes ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang

berakitan dengan materi-materi ajar siswa dalam mata pelajaran mekanika

teknik.

Sementara skala pengukuran yang digunakan dalam tes adalah skala

Likert.

Untuk pemberian skor pada instrumen tes ini diberi ketentuan sebagai

berikut:

1) Sangat Baik =4

2) Baik =3

3) Cukup =2
20
4) Kurang =1

F. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Pengujian Instrumen

a. Pengujian Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah tiap-tiap butir soal

pada instrumen valid atau tidak. Suatu instrumen dikatakan valid bila

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur (Sugiyono, 2012). Untuk menguji tingkat validitas instrumen ini,

menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson Brown

mengenai korelasi product moment, yakni:

Keterangan:

: Koefisien korelasi

n : Jumlah Responden

X : Jumlajh Skor Suatu

Item/Butir Y : Jumlah skor

total

(Saputra, 2007)

Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi (r), dilanjutkan dengan


21
taraf signifikasi korelasi menggunakan rumus distribusi t-student, yaitu:

Keterangan:

r : Koefisien korelasi product

moment n : Jumlah responden

t : Uji signifikasi korelasi (thitung)

(Saputra, 2007)

Harga t yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian dibandingkan

dengan harga t dari tabel pada derajat kepercayaan (dk) tertentu. Korelasi

akan signifikan bila thitung > ttabel, dan korelasi tidak signifikan bila thitung <

ttabel.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan reliabel atau tidak. Dikatakan reliabel apabila instrumen

tersebut dapat digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama

dan akan menghasilkan data yang sama pula. Untuk mengukur reliabilitas

dalam penelitian ini menggunakan rumus Alfa Cronbach, yaitu:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen
22
k = banyaknya butir soal

= mean kuadrat kesalahan

= varian total

(Arikunto, 2010)

Harga r yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian dibandingkan

dengan harga r dari tabel pada derajat kepercayaan (dk) tertentu. Bila

rhitung > rtabel, maka soal pada instrumen dinyatakan reliabel. Selanjutnnya r

yang didapatkan dari perhitungan, akan dikategorikan tingkat

reliabilitasnya.

Tabel 3.4: Kriteria tingkat uji

reliabilitas Sumber :
Nilai r11
Saputra (2011)

Kriteria Reliabilitas Instrumen

23
r11 < 0,20 relibilitas sangat rendah

0,20 – 0,399 relibilitas rendah

0,40 – 0,699 relibilitas sedang / cukup

0,70 – 0,899 relibilitas tinggi

0,90 – 1,00 relibilitas sangat tinggi

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan rumus

chi-kuadrat. Rumus chi-kuadrat untuk menghitung uji normalitas, yaitu:

Keterangan:

x² : nilai chi-kuadrat

: frekuensi yang diobservasi (frekuensi

empiris) : frekuensi yang diharapkan

(frekuensi teoritis)

(Saputra, 2007)

Adapun kriteria normalitas yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut

Kuncoro (Ekasari, 2010).

a. Signifikansi atau Probabilitas <0,05 data tidak normal

b. Signifikansi atau Probabilitas >0,05 data normal

24
3. Koefisien Korelasi

Pengujian korelasi berfungsi untuk mengetahui arah dan besar

hubungan antara dua variabel. Jika hasil uji normalitas menujukkan

distribusi normal pada kedua variabel, maka analisis korelasi dalam

penelitian menggunakan rumus product moment, yaitu:

Keterangan :

(Saputra, 2007)

Setelah koefisien korelasi didapatkan dari perhitungan, akan

dikategorikan tingkat korelasinya berdasarkan tabel kategori berikut.

Tabel 3.5: Tabel Makna

Korelasi Sumber : Suprian

(2007)

Koefisien korelasi Makna koefisien korelasi

r = -1 Korelasi negatif sempurna

-1 < r ≤ -0,80 Korelasi negatif tinggi sekali

-0,80 < r ≤ -0,60 Korelasi negatif tinggi

25
-0,60 < r ≤ -0,40 Korelasi negatif sedang

-0,40 < r ≤ -0,20 Korelasi negatif rendah

-0,20 < r ≤ 0 Korelasi negatif rendah sekali

r=0 Tidak mempunyai koelasi linier

0 < r ≤ 0,20 Korelasi rendah sekali

0,20 < r ≤ 0,40 Korelasi rendah

0,40 < r ≤ 0,60 Korelasi sedang

0,60 < r ≤ 0,80 Korelasi tinggi

0,80 < r ≤ 1 Korelasi tinggi sekali

r=1 Korelasi sempurna

4. Koefisien Determinasi

Perhitungan koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui

besarnya pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Perhitungan koefisien determinasi ini menggunakan rumus koefisien

determinasi, yaitu:

KD = r² x 100%

Keterangan :

KD : koefisien

determinasi r :

koefisien korelasi

(Saputra, 2007)

26
1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya

hipotesis yang telah dibuat. Apabila jumlah responden lebih dari 30 orang,

maka uji hipotesis ini dilakukan dengan rumus t-student, yaitu:

Keterangan :

: Koefisien

korelasi n :

Jumlah responden

t : Uji hipotesis (thitung)

(Sugiyono, 2012)

Harga t yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian dibandingkan

dengan harga t dari tabel pada derajat kepercayaan (dk) tertentu. Bila t

hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Bila thitung < t tabel,

maka Ha ditolak dan Ho diterima.

2. Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengukur derajat keeratan

hubungan antar variabel dan mengukur besarnya hubungan antar variabel

27
tersebut. Menduga besar serta arah dari hubungan tersebut. Analisis

regresi ini menggunakan rumus regresi linear sederhana, yaitu:

Ŷ = a + bX

Keterangan :

Ŷ : harga variabel Y yang diramalkan

a : perpotongan garis regresi bila X = 0

b : koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan

pada Y jika satu unit perubahan terjadi

pada X

X : harga variabel X

(Saputra, 2007)

Untuk mencari harga a dan b berdasarkan metode kuadrat terkecil

dari pasangan data X dan Y, digunakan rumus:

28

Anda mungkin juga menyukai