Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Konsep Profesi Keguruan

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Profesi Pendidikan

Dosen Pembimbing
Dra.Hj.Nelda Azhar,M.Pd

Disusun Oleh :
Rika Pertiwi, S.Pd

Program Profesi Guru


Jurusan Teknik Elektronika
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru sebagai salah satu tenaga kependidikan memiliki tugas dan
tanggung jawab yang besar. Tugas dan tanggung jawab tersebut lebih luas
dari sekedar hanya membuat peserta didik menjadi tahu dan memahami
bahan ajar yang diberikan, yaitu menjadikan peserta didik menjadi manusia
terdidik yang memahami perannya sebagai manusia, sehingga bermanfaat
bagi diri dan lingkungannya. Kinerja guru yang selama ini menjadi wacana
dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), telah menjadikan
guru sebagai salah satu isu sentral mengenai pendidikan secara nasional.
Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan
khususnya di tingkat institusional. Tanpa guru pendidikan hanya menjadi
slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya
akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru
(Surya, 2003:2).
Guru adalah faktor yang mutlak. Bukan saja jumlahnya yang harus
mencukupi, melainkan mutunya juga harus baik, sebab jumlah dan mutu
guru adalah unsur yang secara langsung ikut menentukan kekuatan sektor
pendidikan. Dengan kata lain, kekuatan dan mutu pendidikan sesuatu negara
dapat dinilai dengan mempergunakan faktor guru sebagai salah satu indeks
utama. Itulah antara lain sebabnya mengapa guru faktor yang mutlak dalam
pembangunan.
Peran guru yang menjadi faktor mutlak dalam menentukan mutu
pendidikan menempatkan guru sebagai tenaga profesional. Hal ini
tercantum dalam Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 6 yang berbunyi Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Guru disebut sebagai profesi karena memiliki ciri – ciri profesi
keguruan seperti memiliki keterampilan manajemen kelas, keterampilan
berkomunikasi, pengetahuan tentang kurikulum dan lain – lain. Semua itu
harus dimiliki oleh guru agar menjadi guru yang profesional.
Profesi guru juga memiliki kode etik yang berfungsi sebagai
pedoman yang mengatur hubungan guru dengan teman sejawat, peserta
didik, pemimpin, masyarakat, dan dengan misi tugasnya. Oleh karena itu,
seorang guru yang profesional harus mengetahui apa saja kode etik guru.
Dalam makalah ini akan dibahas hakikat profesi keguruan, ciri – ciri profesi
keguruan dan fungsi kode etik guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hakikat profesi keguruan?
2. Apa saja ciri – ciri profesi keguruan?
3. Apa saja fungsi kode etik guru?

C. Tujuan
1. Agar memahami hakikat profesi keguruan
2. Agar mengetahui dan memahami ciri – ciri profesi keguruan
3. Agar mengetahui dan memahami kode etik guru
BAB II

ISI

A. Hakikat Profesi Keguruan


Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru adalah faktor yang mutlak. Bukan saja jumlahnya yang harus
mencukupi, melainkan mutunya juga harus baik, sebab jumlah dan mutu
guru adalah unsur yang secara langsung ikut menentukan kekuatan sektor
pendidikan. Dengan kata lain, kekuatan dan mutu pendidikan sesuatu negara
dapat dinilai dengan mempergunakan faktor guru sebagai salah satu indeks
utama. Itulah antara lain sebabnya mengapa guru faktor yang mutlak dalam
pembangunan.
Peran guru yang menjadi faktor mutlak dalam menentukan mutu
pendidikan menempatkan guru sebagai tenaga profesional. Hal ini
tercantum dalam Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pasal 6 yang berbunyi Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga
profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hakikat dari profesi keguruan adalah
menuntut guru agar menjalankan tugasnya dalam melaksanakan sistem
pendidikan nasional secara profesional agar dapat mengembangkan potensi
peserta didik menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Sehingga tujuan akhir dari
profesionalitas seorang guru tersebut adalah meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
B. Ciri – Ciri Profesi Keguruan
Ciri – ciri profesi keguruan dapat dilihat dari tugas – tugas yang
harus dijalankan oleh guru tersebut. Tugas – tugas guru secara umum dapat
kita lihat dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal
1) dinyatakan bahwa : “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Berdasarkan tugas guru dalam undang – undang diatas ciri – ciri
profesi keguruan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap
percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya
kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap
pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif
sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam
kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas
yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa
belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa
hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang
tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang
sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu
lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia
memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswanya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan
mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan
mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang
kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat
tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan.
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan
antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk
menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa,
bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses
Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan
anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam
kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka
miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya
sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan
saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan
yang dapat dipercaya.

Disamping itu ciri – ciri profesi keguruan menurut Robert W. Richey (1974)
sebagai berikut.

1. Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan


kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi.
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan
untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk
menjadi anggota organisasi guru.
3. Para guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi
dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik, dan landasan
kependidikan.
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional
yang dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan
selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Para guru, diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop,
seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in
service.
6. Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career).
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional
maupun secara lokal.

C. Fungsi Kode Etik Guru


Kode etik profesi keguruan adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan
yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja ketika
dalam menjalankan profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di dalam
masyarakat.
Berikut beberapa pengeritian kode etik menurut undang – undang
dan para ahli
1. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian. Pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan
bahwa “pegawai negeri sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dari
uraian ini dapat kita simpulkan bahwa kode etik merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan
dalam hidup sehari-hari.
2. Dalam pidato Basuni (Ketua Umum PGRI) dalam Kongres PGRI X111
menyatakan bahwa kode etik guru indonesia merupakan landasan moral
dan pedoman tingkah laku guru. Jadi, Kode Etik Guru Indonesia
terdapat dua unsur pokok yaitu sebagai pedoman moral dan sebagai
pedoman tingkah laku.
Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama
baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya
kode etik tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-
pelanggaran terhadap kewajibannya. Jadi substansi diberlakukannya kode
etik kepada guru sebenarnya untuk menambah kewibawaan dan memelihara
image profesi guru tetap baik.
Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik
mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat
fungsi kode etik tersebut sebagai berikut.
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang
digunakan sebagai acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,
masyarakat, dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih
bertanggung jawab pada profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.

Secara umum dapat dirinci bahwa fungsi kode etik guru yaitu:

1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi
2. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan,
sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat
5. Agar profesi ini membantu dalam memecahkan masalah dan
mengembangkan diri
6. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah.

Fungsi kode etik guru menurut Biggs dan Blocher yaitu :


1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

Dengan demikian Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong


mereka berperilaku sesuai dengan norma- norma yang dibolehkan dan
menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi yang ditetapkan
oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Peran guru sebagai
profesi dituntut untuk profesional yang tercantum dalam UU no. 14 tentang
guru dan dosen.
Sehingga hakikat dari profesi keguruan adalah menuntut guru agar
menjalankan tugasnya dalam melaksanakan sistem pendidikan nasional
secara profesional agar dapat mengembangkan potensi peserta didik
menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Sehingga tujuan akhir dari profesionalitas seorang guru
tersebut adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Beberapa ciri – ciri profesi keguruan seperti memiliki keterampilan
manajemen kelas, keterampilan berkomunikasi, pengetahuan tentang
kurikulum dan lain – lain. Semua itu harus dimiliki oleh guru agar menjadi
guru yang profesional.
Fungsi kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yaitu
sebagai pedoman moral dan sebagai pedoman tingkah laku.

B. Saran
Harapan kita kedepannya seorang guru dapat menjalani profesinya
lebih profesional dengan memahami hakikat profesi keguruan dan
memahami ciri – ciri profesi keguruan. Dengan adanya kode etik guru
diharapkan juga agar guru – guru dapat menjalankan profesinya dengan
lebih terarah dan terlindungi dalam menjalankan tugasnya mendisiplinkan
peserta didik. Sehingga profesi guru menjadi lebih berwibawa dan disegani
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Depag. RI, Metodologi PAI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama


Islam, Jakarta, 2001.
Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011.
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
M khasin, Modul Ilmu Pendidikan, Kudus, 2009.
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
TIM Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993.

Anda mungkin juga menyukai