Anda di halaman 1dari 14

KARYA ILMIAH

PREVALENSI KUNJUNGAN
PENDERITA HIV PERIODE TAHUN
2016-2017 DI RSUD NAIBONAT

oleh

dr. Ni Ketut Sri Aryani

NIP: 19730405 200903 2 002

Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat


Kabupaten Kupang
Provinsi Nusa Tenggara Timur
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat pertolonganNya
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul PREVALENSI KUNJUNGAN
PENDERITA HIV PERIODE TAHUN 2016-2017 DI RSUD NAIBONAT. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan dalam proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya
dengan baik.

Tak lupa saya ucapkan trimakasih kepada Karu Poli VCT, Karu IGD dan Karu Ruangan Kelas
3 yang sudah membantu dalam pengumpulan data, sehingga karya ilmiah ini bisa
terselesaikan dengan baik.

Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini.
Karena itu saya berharap semoga karya ilmiah ini berguna dan juga menambah pengetahuan
dan pengalaman pembaca.

Kupang, 10 Desember 2017

dr. Ni Ketut Sri Aryani


NIP : 19730405 2009 03 2 002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………... 1


Latar Belakang ………………………………………………………………………................. 1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………........... 1
Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………............. 1
Manfaat Penelitian ………………………………………………………………………........... 2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………………………….. 3
Pengertian HIV/AIDS ………………………………………………………………………....... 3
Gambaran HIV/AIDS di Indonesia ……………………………………………………………. 3
Gambaran HIV/AIDS di RSUD Naibonat …………………………………………………….. 3
Faktor Penyebab dan Faktor Resiko HIV/AIDS ……………………………………………... 4
Gejala HIV/AIDS ……………………………………………………………………….............. 4
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………………………………. 6
Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………………………………. 6
Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………………………….. 6
Teknik Pengolahan Data ……………………………………………………………………….. 6
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN …………………………………………….. 8
Faktor Penyebab ……………………………………………………………………….............. 8
Penularan HIV/AIDS ………………………………………………………………………........ 8
Pencegahan HIV/AIDS ……………………………………………………………………….... 9
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………………………........... 10
Kesimpulan ………………………………………………………………………...................... 10
Saran ………………………………………………………………………............................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah salah satu masalah kesehatan
yang sedang di hadapi masyarakat dunia akhir-akhir ini. Saat ini tidak ada negara yang
terbebas dari HIV (Human Imunnodeficiency Virus) maupun AIDS. HIV/AIDS
menyebabkan krisis multidimensi yaitu krisis kesehatan, pembangunan negara,
ekonomi, pendidikan maupun kemanusiaan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus tertinggi.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sejak kasus AIDS
pertama kali ditemukan di Indonesia, sejak tahun 1987 hingga September 2014
prevalensi HIV/AIDS adalah sebanyak 150.296 orang (penderita HIV), sedangkan untuk
penderita AIDS sebanyak 55,799 orang. Kabupaten Kupang di Nusa Tenggara Timur
tidak terbebas dari kasus HIV/AIDS.

Berdasarkan data jumlah kunjungan pasien yang terdiagnosa HIV/AIDS di RSUD


Naibonat pada tahun 2016 dan 2017 jumlah kasus yang ditangani adalah sekitar 38
kasus dan 4 orang meninggal. Seluruh kasus HIV/AIDS yang ditangani di RSUD
Naibonat terjadi pada pasien yang berusia antara 25-45 tahun. Kondisi para pasien saat
dibawa ke RSUD Naibonat sudah terinfeksi penyakit lainnya. Dari hasil wawancara
dengan para pasien tersebut, semuanya terinfeksi lewat hubungan seksual.

Tidak sedikit kendala yang dihadapi, selama menangani pasien penderita HIV/AIDS.
Namun, kendala yang paling mengemuka di RSUD Naibonat sebagai Rumah Sakit
rujukan di Kabupaten Kupang adalah belum tersedianya obat Anti Retro Viral (ARV)
karena belum tersedianya dokter spesialis yang menetap di Kabupaten Kupang sebagai
syarat. Semua pasien penderita HIV/AIDS harus dirujuk ke RSU WZ Yohanes sebagai
rumah sakit rujukan tingkat Provinsi NTT untuk mendapatkan Anti Retro Viral (ARV).

1.2. Rumusan Masalah


 Apa saja faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah kasus pendeita
HIV/AIDS pada usia dewasa di kabupaten Kupang.
 Bagaimana penularan HIV/AIDS?
 Bagaimana pencegahan HIV/AIDS.
 Bagaimana terapi HIV/AIDS bisa dilaksanakan di RSUD Naibonat.

1.3. Tujuan Penelitian


 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah kasus HIV
/AIDS pada usia dewasa di Kabupaten Kupang
 Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS,
 Untuk mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS.
 Bagaimana upaya pihak RSUD Naibonat dan PEMDA Kab Kupang sehingga
penderita HIV/AIDS bisa ditangani di RSUD Naibonat.

1
1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah memberikan informasi kepada
para pembaca, utamanya masyarakat kabupaten Kupang dan pemerintah kabupaten
Kupang, bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus penderita HIV/AIDS sehingga perlu
perhatian yang serius dari dinas terkait. Meskipun infomasi yang kami berikan melalui
makalah ini hanya sebagian kecil dan mungkin masih mempunyai kekurangan, tetapi
setidaknya isi dari makalah ini dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk menanggulangi
HIV/AIDS di Kabupaten Kupang.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian HIV /AIDS

HIV atau Human Immunodefciency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih
di dalam tubuh(limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang
yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan
pengobatan. Namun orang tersebut dapat menulakan virusnya kepada orang lain bila
melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit
yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseoang maka orang tersebut sangat
mudah terinfeksi penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru,
saluran pencernaan, otak dan kanker. Pasien dengan Stadium AIDS membutuhkan
pengobatan Anti Retro Viral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh
sehingga bisa sehat kembali.

2.2. Gambaran HIV /AIDS di Indonesia

Pada tahun 2015, jumlah kasus HIV di seluruh Indonesia berjumlah 36,7 juta dengan
perkiraan data 34 juta - 39,8 juta orang. Dari jumlah tersebut terdapat 34,9 juta orang
dewasa dan 1,8 juta anak-anak <15 tahun. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat
temuan kasus baru sebanyak dewasa 1,9 juta orang dan anak-anak 200 ribu, sehingga
total temuan kasus baru pada tahun 2015 adalah 2,1 juta orang. Untuk kematian AIDS
tahun 2015 berjumlah 1,1 juta jiwa dengan rincian dewasa 1.1 juta dan anak-anak 110
ribu

Di Indonesia sendiri kasus infeksi virus HIV dapat dikatakan memiliki angka yang cukup
tinggi. Hal ini di karenakan kurangnya kesadaran individu akan kesehatan bagi dirinya
sendiri, lingkungan sosial yang selalu menuntut , serta peran pemerintah yang kurang
tegas menghadapi kasus ini khususnya pada daerah provinsi di Indonesia yang masih
memiliki keterbatasan akses masalah kesehatan

2.3. Gambaran HIV/AIDS di RSUD Naibonat

Tercatat terdapat 38 penderita HIV/AIDS yang terdiagnosa di RSUD Naibonat di


sepanjang tahun 2016 sampai tahun 2017. Dan, sebanyak 4 orang penderita meninggal
selama menjalani perawatan di RSUD Naibonat. Pada umumnya mereka dirawat di
RSUD Naibonat sudah disertai dengan penyakit TBC dan Diare yang berkepanjangan.

Oleh karena ketiadaan dokter spesialis penyakit dalam, maka, RSUD Naibonat tidak
dapat memberikan pelayanan ARV kepada pasien HIV/AIDS. Sehingga, setiap
penderita yang ditangani selalu dirujuk ke RSU WZ Yohanes untuk mendapatkan ARV
setelah kondisi mereka stabil.

3
2.4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko HIV/AIDS

2.4.1. Faktor Penyebab

Normalnya sel darah putih dan antibody menyerang dan menghancurkan organisme
asing yang masuk ke dalam tubuh. Respon ini diatur oleh sel darah putih bernama
limfosit CD4. Limfosit ini juga merupakan target utama HIV. Sekali masuk ke dalam
tubuh, virus memasukkan sel genetiknya ke dalam limfosit dan melipat gandakan diri.

Ketika salinan virus baru keluar dari sel induk, dan masuk kedalam aliran darah, virus
akan menyerang sel lain. Sebagai efeknya sel CD4 akan mati. Siklus ini terus berulang.
Pada akhirnya menyebabkan kerusakan sistem imun yang berarti tubuh tidak akan
mampu melawan infeksi bakteri dan virus lain.

2.4.2. Faktor Resiko

Faktor resiko terinfeksi AIDS antara lain:

1. Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan lebih dari
satu pasangan.
2. Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan orang
dengan HIV positif.
3. Memiliki penyakit menular seksual lain seperti syphilis, herpes, chlamydia,
gonorrhea atau bacterial vaginosis.
4. Bergantian dalam memakai jarum suntik.
5. Mendapatkan transfusi darah yang terinfeksi virus HIV.
6. Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi HIV.
7. Ibu yang memiliki HIV.

2.5. Gejala HIV/AIDS

Gejala HIV dan AIDS bervaiasi tergantung dari fase infeksinya.

2.5.1 Infeksi awal

Ketika infeksi HIV pertama, seseorang mungkin tidak mengalami tanda atau gejala
apapun. Tetapi dalam berapa minggu orang tersebut dapat mengalami:

1. Demam
2. Sakit kepala
3. Radang tenggorokan
4. Pembengkakan kelenjar limpa
5. Ruam

2.5.2 Infeksi Selanjutnya

Seseorang yang telah terinveksi HIV mungkin tidak akan mengalami gejala apapun
dalam waktu 8 sampai 9 tahun, atau bahkan lebih. Tapi seiring dengan virus yang
melipatgandakan diri dan merusak sistem imun, orang tersebut mungkin akan
mengalami infeksi ringan atau gejala kronis sepert:

1. Pembengkakan node limpa-sering merupakan tanda awal infeksi HIV


2. Diare
3. Hilang berat badan
4. Demam
5. Batuk atau napas yang pendek.

4
2.5.3 Infeksi Tahap Akhir

Dalam waktu 10 tahun atau lebih setelah infeksi pertama, masalah yang lebih serius
dapat terjadi yang diistilahkan dengan AIDS. Dampak-dampak lain yang menyertai
adalah:

1. Infeksi yang terjadi ketika sistem imun lemah, seperti pneumocystis carini
pneumonia (PCP)
2. Kadar CD4 lyphocyte 200 atau lebih rendah -normalnya antara 800 sampai 1200-.
Seiring dengan perkembangan AIDS, sistem imun penderita telah mengalami
kerusakan parah, infeksi akan mudah terjadi. Tanda dan gejalanya adalah
 Berkeringat di malam hari
 Menggigil atau demam lebih dari 38 Celcius untuk berapa minggu
 Batuk kering dan napas pendek
 Diare kronis
 Noda putih pada lidah atau mulut
 Sakit kepala
 Pandangan kabur
 Hilang berat badan

Penderita juga dapat mengalami tanda dan gejala pada tahap lanjut infeksi virus
HIV itu sendiri, seperti:

 Rasa lelah yang tidak hilang dan tidak terjelaskan


 Berkeringat pada malam hari
 Menggigil atau demam tinggi untuk beberapa minggu
 Pembengkakan node limpa lebih dari tiga bulan
 Diare kronis
 Sakit kepala yang tidak hilang

Orang yang terinfeksi virus HIV juga lebih rentan mengalami kanker, khususnya,
kanker serviks, lymphoma, dan kaposis sarcoma.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat

RSUD Naibonat

3.1.2 Waktu Penelitian

Tanggal : 20 Juli 2017

Waktu : 10.00 WITA-14.00 WITA

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan lewat komunikasi langsung dengan responden untuk


memperoleh informasi tertentu.

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada penderita yang terindikasi terjangkit


virus HIV selama masa penanganan di RSUD Naibonat. Berikut adalah pertanyaan-
pertanyaan yang umumnya ditanyakan kepada para penderita:

 Sebelum sakit, pernah kerja dimana saja?


 Sudah berapa lama keluhan sakitnya? Apa saja keluhannya?
 Apakah sudah menikah?
 Apakah sudah pernah berhubungan seksual? Apakah suka gonta-ganti
pasangan?
 Apakah pemakai narkoba?
 Apakah punya tattoo?
 Apakah sudah pernah dengar atau mengerti tentang HIV/AIDS?

3.2.2 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau
sedang diteliti. Infomasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan,
buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lainnya.

3.3 Teknik Pengolahan Data

3.3.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing pada penelitian ini adalah mengarsip jawaban hasil wawancara
yang telah dilakukan dan memilih informasi yang diperoleh dari studi kepustakaan baik

6
melalui buku, leaflet, ensklopedia maupun internet serta mencocokkan dan mengoreksi
informasi.

3.3.2 Entri Data

Entri Data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
database penelitian sesuai dengan kategorinya sebelum dilakukan penyusunan laporan
penelitian secara sistematika, sehingga memudahkan peneliti untuk menyusun laporan.

Berikut adalah rangkuman jawaban dari para responden (penderita HIV/AIDS):

 Mayoritas responden mengaku pernah bekerja di luar daerah, bahkan ada yang
pernah menjadi Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
 Macam-macam keluhan yang sering dikemukakan responden adalah:
 Sering demam
 Batuk-batuk
 Diare berkepanjangan
 Berat badan menurun
 Sariawan di mulut
 Ada responden yang sudah menikah, namun, ada juga yang belum menikah.
Tapi, semuanya berperilaku seksual yang suka berganti pasangan.
 Jarang ditemui responden yang pemakai narkoba dan memiliki tattoo.
 Mayoritas responden tidak atau kurang mengerti tentang HIV/AIDS serta
penularannya.

7
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Penyebab

Terjadinya Peningkatan Jumlah kasus HIV/AIDS pada usia Dewasa di wilayah


kabupaten Kupang adalah:

4.1.1 Faktor Ekonomi

 Kesulitan ekonomi memaksa sebagian masyarakat di kabupaten Kupang untuk mencari


nafkah dengan merantau ke luar daerah, dan banyak pula yang menjadi TKW.
Kelompok masyarakat ini termasuk yang paling beresiko terinfeksi HIV/AIDS. Perilaku
seksual yang tidak sehat lewat seringnya gonta-ganti pasangan atau menggunakan
jasa pekerja seks komersial ditengarai menjadi penyebab tertular HIV/AIDS. Pulang ke
rumah, individu yang tidak setia tersebut menularkan HIV/AIDS kepada pasangannya
saat melakukan hubungan seksual.
 Keengganan pasangan untuk meminta informasi kepada pasangannya tentang status
kesehatan pasangan seksualnya tersebut dan tidak berani menegur bahkan bertanya
terkait kehidupan atau aktivitas pasangannya saat bekerja di luar daerah.

4.1.2 Faktor Pendidkan

 Tidak adanya infomasi yang mereka ketahui terhadap bahaya HIV /AIDS. Inilah salah
satu faktor mereka enggan melakukan pemeriksaan meskipun ternyata telah
melakukan perbuatan yang beresiko.
 Kurang meratanya akses informasi, konsultasi maupun bimbingan yang didapat oleh
masyarakat tentang HIV/AIDS.
 Akses pendidikan dan pelayanan kesehatan kurang sehingga masyarakat tidak
mengerti akan masalah kesehatan reproduksinya termasuk persoalan seputar
HIV/AIDS.

4.2 Penularan HIV/AIDS

Virus HIV/AIDS ini sangat mudah menular dan mematikan serta hidup dalam 4 jenis
cairan tubuh manusia yaitu: darah, sperma, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). Virus
ini tidak hidup dalam cairan tubuh lainnya seperti air ludah(air liur), air mata, maupun
keringat sehingga penularannya hanya lewat empat cairan tubuh tersebut.

Penularan HIV terjadi melalui kontak atau pertukaran cairan tubuh yang mengandung
virus tersebut. Berikut adalah perilaku yang memungkinkan terjadinya penularan:

1. Hubungan seksual (homoseksual dan heteroseksual)


2. Transfusi darah dan transplantasi organ yang tecemar oleh HIV
3. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur, tindik, tato) yang tercemar oleh
HIV
4. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya,
penularan dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan atau selama menyusui.

8
4.3 Pencegahan HIV/AIDS

Hubungan seksual ini merupakan salah satu penyebab terjadinya HIV/AIDS dimana
seseorang yang telah terpapar oleh penyakit menularkannya saat melakukan hubungan
seks dengan pasangannya.

Adapun konsep pencegahan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual adalah:

1. A = Abstinence = Puasa, yaitu tidak melakukan hubungan seksual sebelum


menikah, hubungan seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah.
2. B = Be Faithfull = Setia dengan pasangan, yaitu jikapun telah menikah,
mengadakan hubungan seksual dengan pasangannya saja, suami atau istri sendiri
tidak mengadakan hubungan seksual dengan orang lain di luar nikah.
3. C -= Using Condom= Menggunakan kondom= Menggunakan kondom yaitu bagi
orang tertentu yang mempunyai kebiasaan buruk berganti-ganti pasangan maka di
anjurkan untuk menggunakan kondom agar tidak tertular atau menulari orang lain.

9
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

HIV atau Human Immunodeficience Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih
di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS
atau Acquired Immune Deficiency Syndromenadalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV Faktor yang
mempengaruhi HIV/AIDS antara lain faktor ekonomi dan faktor pendidikan

Virus HIV ini sangat mudah menular dan mematikan serta hidup dalam 4 jenis cairan
tubuh manusia yaitu darah, sperma, cairan vagina dan air susu ibi (ASI). Virus ini tidak
hidup didalam cairan tubuh laiinya seperti air ludah,(air liur), air mata maupun keringat
sehingga sampai sekarang, sehingga penularannya hanya lewat empat caian tubuh
tersebut.

Sampai sekarang belum ditemukan cara pengobatan HIV/AIDS yang tuntas. Namun
telah ditemukan sebuah obat yang dapat mengobati perkembangbiakan virus HIV/AIDS
sehingga jumlahnya tidak bertambah didalam tubuh, obat tersebut dinamakan obat Anti
Retro Viral (ARV).

Khusus untuk penderita HIV/AIDS yang ditangani RSUD Naibonat, kebanyakan


diakibatkan oleh perilaku seksual yang berganti pasangan. Para penderita juga kurang
pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penularannya.

RSUD Naibonat masih belum mampu menangani pasien dengan terapi ARV oleh
karena ketiadaan spesialis penyakit dalam yang bertugas tetap.

5.2 Saran

 Dengan meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS di RSUD Naibonat periode tahun


2016-2017 diharapkan peran aktif pemeintah kabupaten Kupang dalam hal ini
KPA kabupaten Kupang untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan ke desa-
desa tentang bahaya yang ditimbulkan dari HIV dan melakukan skriining di
tempat-tempat yang rentan tertular virus HIV.
 Manajemen RSUD Naibonat meningkatkan SDM yaitu dengan menambah
spesialis penyakit dalam yang menetap sehingga pasien-pasien yang perlu
mendapat terapi ARV bisa ditangani langsung di RSUD Naibonat tanpa harus
dirujuk lagi ke RSU WZ Yohanes.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2013/10/gejala-hiv-aids.html. Diakses tanggal


16/12/2017.

http://srisumamimarsuki.blogspot.co.id/2012/05/hiv-aids.html. Diakses tanggal


16/12/2017

Arif, Kuspuji, Rakhmi, Wahyu, Wiwik. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. 2001. Jakarta
Media Aesculapius

http://aidsindonesia.or.id/contents/37/78/info-HIV-dan-AIDS#sthash.yomPKBQ4. Dpuf.
Diakses tanggal16/12/2017.

11

Anda mungkin juga menyukai