Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KEISLAMAN

BLOK ENDOCRINE, METABOLISM & NUTRITION


Puasa Ramadhan : Strategi Efektif Untuk Mencegah
dan Mengatur Obesitas

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Sandi Dwi Kuncahyo ( 21401101001 )
2. Gading Sony Imaduddin ( 21401101019 )
3. Millah Mahfudhoh ( 21401101022 )
4. Aurizan Naufal Habib ( 21401101035 )
5. Syukron Fadillah ( 21401101063 )
6. Syarifatul Qomariyah ( 21401101066 )
7. Mariyatul Qibthiyyah ( 21401101078 )
8. Deanurva Calista Prima ( 21401101079 )
9. Andi Miftah Ahsan ( 21401101082 )
10. Arini Dwi Ayu Lestari ( 21401101090 )
11. Alif Musdalifa ( 21401101091 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN AJARAN 2017-2018
PUASA RAMADHAN : STRATEGI EFEKTIF UNTUK MENCEGAH
DAN MENGATUR OBESITAS
Alam Khan and M. Muzaffar Ali Khan Khattak
Department of Human Nutrition, NWFP, Agricultural University, Peshawar, Pakistan

PENDAHULUAN

Obesitas menjadi masalah nutrisi utama khususnya di negara barat. Hal ini
dibuktikan dengan angka morbiditas dan berkurangnya angka harapan hidup.
Selain itu kejadian ini dapat dikaitkan dengan kondisi medis lain seperti
hipertensi, hiperlipidemia dan DMT2. Obesitas dapat terjadi karena faktor
keturunan, makan berlebih dan gaya hidup yang jarang bergerak.

Treatment terbaik dari masalah ini adalah dengan menurunkan berat badan,
diet rendah kalori dan modifikasi life stlye. Olahraga dapat menurunkan lemak
tubuh, meningkatkan massa otot dan bobot tubuh lebih padat dibandingkan lemak.
Diperlukan waktu minimal 2 bulan untuk mendapat penurunan berat badan selama
berolahraga. Puasa juga bisa menjadi alternatif yang aman untuk pencegahan dan
treatment obesitas. Perubahan jadwal makan selama sebulan berpuasa dan
aktifitas sholat taraweh bisa menjadi modifikasi perilaku yang baik.
Meningkatnya aktifitas ibadah, perubahan jadwal makan berefek pada biokimia
tubuh dan fungsi fisiologi tubuh. Penelitian ini untuk melihat perubahan intake
makanan pada bulan Ramadhan dan strategi pencegahan obes untuk mengontrol
berat badan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan saat bulan Ramadhan di NWFP Agricultural


University, Peshawar, Pakistan. Terdapat 10 profesor yang sehat (21-59 tahun)
menjadi relawan pada penelitian ini. Peserta diberikan penjelasan akan tujuan,
kewajiban, dan protokol dari penelitian ini. Asupan makan, rutin dicatat oleh
peserta melalui kuesioner yang diberikan kepada mereka. Tinggi dan berat badan
dari peserta diukur 1 hari sebelum dan hari akhir puasa. Sampel darah
sebelumnya, pada minggu ke 2 dan ke 4 puasa dikumpulkan pada tabung
sentrifugasi bersih. Sampel darah sebelum puasa dikumpulkan setelah 1 malam
(10-12 jam) puasa selama bulan puasa, sampel darah dikumpulkan di tengah hari
(10-12 jam setelah sahur).
Sampel darah dibiarkan menggumpal pada suhu ruangan selama 15 menit
dan disentriguasi pada 5000 rpm selama 10 menit untuk memisahankan serum.
Setelah itu, serum ditransfer ke tabung yang bersih dan dianalisa untuk
mengetahui kadar glukosa, protein, trigliserida, dan total HDL dan LDL
kolesterol.
Nilai rata-rata dari komponen darah yang dikumpulkan sebelum dan setelah
bulan puasa dibandingkan dengan nilai komponen darah yang dikumpulkan
selama bulan puasa, menggunakan Student T Test

HASIL

DISKUSI

Puasa Ramadhan merupakan kewajiban orang dewasa muslim yang sehat.


Pada bulan Ramadhan, mereka tidak diperbolehkan makan, minum dan aktivitas
seksual mulai dari fajar hingga terbenam, dan mereka diwajibkan untuk berdoa
disetiap malam pada sholat tarawih. Larangan makan dan minum di siang hari dan
waktu yang terbatas untuk makan di malam hari akan membuat asupan makanan
berkurang. Sedangkan kegiatan sholat tarawih hampir setara dengan latihan yang
sifatnya sedang. Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, ada juga puasa sunnah.
Puasa sunnah ini dapat dilakukan setiap hari sepanjang tahun, kecuali pada hari
pertama syawal, pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah, (bulan ke 10 dan 12
dalam kalender Islam). Sama halnya dengan puasa wajib, puasa sunnah juga dapat
mencegah dan mengontrol gula darah.
Dari segi pandang nutrisi, puasa berguna pengurangan jumlah intake
kalori, modifikasi kebiasaan makan dan meningkatkan kegiatan keagamaan.
Langkah tersebut diperlukan sebagai program control dan pencegahan obesitas.
Puasa wajib maupun sunnah akan menyelamatkan seseorang dari obesitas, dimana
obesitas merupakan penyebab dari penyakit cardiovaskuler, hipertensi dan
diabetes mellitus. Dalam hal ini, pencegahan dan kontrol obesitas bukanlah tujuan
dari puasa melainkan manfaat tambahan dari melaksanakan ibadah puasa.
Berdasarkan observasi pada penelitian sebelumnya, penurunan energi
dalam sehari terjadi dari 2816 ±339 menjadi 1958 ±384 Kkal yang artinya rata-
rata intake energy menurun berkisar 857 ±410 pada bulan puasa. Hal ini karena
seseorang beradaptasi terhadap perubahan jadwal makan. Selain itu juga
disebabkan karena waktu yang sangat terbatas untuk makan. Mekanisme adaptasi
dari tubuh untuk memenuhi kebutuhan air selama puasa kemungkinan memiliki
pengaruh terhadap intake makanan. Biasanya pada saat puasa seseorang akan
merasakan sangat haus, sehingga saat berbuka puasa akan minum banyak air
akibatnya hanya menyisakan sedikit ruang untuk makanan. Penurunan intake
energi berkisar 857 ±410 Kkal merupakan hal yang sangat significant , dimana
dengan penurunan energy sebanyak itu juga terjadi lipolisis sehingga terjadi
penurunan berat badan yang significant dari partisipan. Rata-rata penurunan berat
badan selama bulan puasa berkisar 3,2 ±1,7 kg yang artinya terjadi penurunan
berat badan berkisar 0,5 – 1 kg setiap minggunya. Temuan tersebut mendukung
hasil penelitian kita saat ini.
Dalam kalangan muslim, selain kegiatan religi, puasa juga berguna untuk
pengaturan berat badan dan mencegah gangguan kesehatan khususnya obesitas.
Keamanan nutrisi dari berpuasa diukur dari pemeriksaan glukosa darah, protein
dan lipid profile. Peserta tetap sehat meskipun telah berpuasa selama beberapa
bulan, tidak ada yang mengeluhkan konstipasi dan kelainan yang lain. Meskipun
profil darah semua turun saat puasa, tetapi tidak secara signifikan berbeda dengan
profil darah saat belum puasa. Hal ini karena puasa bukanlah sebuah kelaparan
melainkan hanya mengubah pola makan. Data menunjukan bahwa puasa terbukti
dapat mencegah dan mengatur masalah kelebihan berat badan.

Anda mungkin juga menyukai