Anda di halaman 1dari 18

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker dan Kemoterapi


1. Pengertian Kanker
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh.
Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah
satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru
secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang
kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke
organ lain. Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah
suatu istilah untuk penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal
tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini
disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian
akibat kanker (WHO, 2009).

2. Penyebab Kanker
Karsinogen merupakan faktor-faktor tertentu sebagai penyebab yang
dapat menimbulkan pembentukan kanker. Faktor tersebut termasuk
senyawa kimia (zat karsinogen), faktor fisika, virus, hormon, faktor
genetik atau keturunan (Sjamsuhidayat, 2005)
a. Senyawa kimia (zat karsinogen)
Zat pengawet, zat pewarna, bahan tambahan pada makanan dan
minuman dapat menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam
jangka waktu yang lama. Bahan sintetis misalnya bahan dalam
industri plastik, bahan industri, bahan celup dan juga obat-obatan
kemoterapi di dunia kedokteran.
b. Faktor fisika
Faktor fisika dalam hal ini adalah bom atom dan radioteapi agresif
(radiasi sinar pengion).
8

c. Virus
Virus yang menjadi penyebab kanker sulit dipastikan karena virus
sulit untuk diisolasi. Virus dianggap bisa menyatukan diri dalam
struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi selanjutnya
dari populasi tersebut (Smeltzer&Bare, 2002) Salah satu virus yang
dapat menyebabkan kanker adalah virus HIV (human
immunodefiency virus) akan rentan terhadap infeksi HPV (human
papillomavirus). Jenis virus tersebut disebut virus penyebab kanker
atau virus onkogenik (Lubis, 2009).
d. Hormon
Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ
saja, yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon
seperti payudara, uterus dan prostat.
e. Kelainan kongenital
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga, semisal dengan
kanker payudara hal ini akan mempunyai resiko yang besar terkena
kanker payudara dibanding dengan orang yang tidak mempunyai
faktor resiko tersebut.

3. Stadium Kanker
Pentahapan menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis.
Dalam sistem TNM, sistem yang sering digunakan untuk
menggambarkan keganasan. Sistem TNM ini, T mengacu pada
keluasan tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus limfe, M
mengacu pada keluasan metastasis.
Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem
penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang menjadi
asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan
karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan ini dituliskan
dengan nilai numerik dengan rentang I sampai IV. Tumor derajat I
dikenal sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya
9

hampir menyerupai jaringan asal. Tumor derajat II dikenal sebagai


tumor berdiferensia secara moderat, struktur sel dengan beberapa
imaturitas, tumor derajat III dikenal sebagai tumor berdiferensiasi
buruk, dengan struktur sel imatur dengan sedikit kemirirpan dengan
jaringan normal. Sedangkan derajat IV yaitu tumor yang tidak
menyerupai jaringan asal dalam struktur atau fungsinya disebut tumor
berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi. Sel tumor tersebut
cenderung agresif dan kurang responsif terhadap dengan baik
(Smeltzer & Bare, 2002).

4. Terapi Kanker
Menurut Sjamsuhidayat, (2005), pengobatan kanker dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu pembedahan, kemoterapi, radiasi.
Pengobatan kanker didasarkan atas tahapan penyakit dan beberapa
faktor lain.
a. Pembedahan
Pembedahan masih sering dilakukan karena merupakan modalitas
pengobatan yang terbaik. Pembedahan mungkin dipilih sebagai
metode pengobatan primer, atau mungkin sebagai metode
diagnostik, profilaktik, paliatif atau rekonstruktif (Smeltzer &
Bare, 2002)
b. Radiasi
Terapi radiasi merupakan terapi yang menggunakan radiasi ionisasi
tinggi yang digunakan untuk mengganggu pertumbuhan selular.
Terapi ini merupakan terapi lokal yang digunakan sendiri atau
kombinasi dengan terapi lain (Otto, 2003)
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel
tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. obat
yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme
proliferasi sel. Obat-obat anti kanker disebut sitostatika. Efek
10

samping yang mungkin timbul dari kemoterapi ini adalah rambut


rontok, mual, diare, berat badan menurun, mulut kering (Otto,
2003).

5. Kemoterapi
a. Pengertian dan Tujuan
Kemoterapi adalah penggunaan antipreparat antineoplastik sebagai
upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi
dan reproduksi selular. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas
pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih
terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, lokal maupun
metastatis (Desen, 2008). Kemoterapi sangat penting dan
bermanfaat karena bersifat sistemik membunuh sel-sel kanker
dengan cara melalui infus (Otto, 2003). Tujuan dari kemoterapi
adalah penyembuhan, pengontrolan, dan paliatif harus realistik,
karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang digunakan
dan keagresifan rencana pengobatan. Obat kemoterapi secara
umum disebut sitostatika, efeknya adalah membunuh atau
menghambat semua sel yang sedang aktif membelah diri
(Smeltzer&Bare, 2002)
b. Cara Pemberian Kemoterapi
Menurut (Gale, 2000) Obat kemoterapi dapat diberikan dengan
melalui topikal, oral, intravena, intramuskular, subkutan, arteri,
intratekal. Pemberian biasanya tergantung pada tipe oat dosis yang
dibutuhkan, jenis, lokasi dan luasnya tumor yang diobati.
1. Oral
Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dengan bentuk
tablet atau kapsul, yang harus diminum beberapa kali sehari.
Keuntungan kemoterapi oral ini adalah bisa dilakukan dirumah,
dan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
11

2. Intramuskular
Caranya dengan menyuntikkan ke dalam otot, dan pastikan
untuk pindah ke daerah penyuntkan lain untuk setiap dosis,
karena tempat yang sudah pernah untuk tempat penusukan,
dalam penyembuhan akan memakan waktu tertentu yang cukup
lama.
3. Intravena
Cara ini adalah yang paling banyak digunakan, yaitu dengan
melalui kateter vena sentral atau vena perifer. Ada 4 metode
pemberian meliputi Bolus yaitu pemberian obat secara
langsung ke dalam vena melalui jarum. Piggyback yaitu obat
diberikan menggunakan botol sekunder dan selang. Infus
primer diberikan bersama dengan obat. Sisi lengan yaitu
dengan diberikan melalui spuit dan jarum pada sisi alat infus
yang sedang terpasang. Infus yaitu dengan obat ditambahakan
ke botol cairan intravena yang akan diberikan (Otto, 2003)
4. Intratekal
Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam
otak atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.

c. Efek Samping Kemoterapi


Secara umum, efek samping kemoterapi dapat menimbulkan
gangguan saluran cerna, lambung, usus. Kerusakan pada membran
mukosa menyebabkan nyeri pada mulut, diare dan stimulasi zona
pemicu kemotaksis yang menimbulkan mual dan muntah.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) toksisitas kemoterapi yaitu :
1. Sistem gastrointestinal
mual dan muntah yang terjadi menetap hingga 24 jam setelah
pemberian obat.
12

2. Sistem hematopoietik
Agen kemoteraupetik mendepresi fungsi sumsum tulang, yang
mengakibatkan menurunnya produksi sel-sel darah baik sel-sel
darah merah (anemia), leukosit (leukopeni), trombosit
(trombositopenia) dan meningkatkan resiko infeksi dan
perdarahan (Susanti&Tarigan, 2012)
3. Sistem ginjal
Agen kemoterapeutik dapat merusak ginjal karena efek
langsungnya selama ekskersi dan akumulasi produk akhir
setelah lisis sel. Lisis sel tumor dengan cepat setelah
kemoterapi mengakibatkan meningkatnya ekskresi asam urat,
yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
4. Sistem kardiopulmonal
Antibiotik antitumor menyebabkan toksisitas jantung kumulatif
yang irreversibel dan efek toksik pada fungsi paru.
5. Sistem reproduksi
Fungsi testis dan ovarium dapat dipengaruhi oleh preparat
kemoteraupetik, yang mengakibatkan kemungkinan sterilitas.
Pada perempuan dapat terjadi menoupause dini, atau sterilitas
permanen. Jika dilihat dari gejala klinik kanker serviks pada
stadium lanjut sepert keputihan yang gatal dan berbau busuk,
pendarahan kontak, pendarahan spontan dan nyeri yang hebat,
maka penyakit ini mengganggu fungsi seksual. Hal ini sangat
ditakuti oleh kaum perempuan karena perubahan fungsi seksual
merupakan perubahan yang sangat berarti bagi seorang
perempuan dikaitkan dengan fungsi dan perannya dalam
keluarga yaitu sebagai seorang istri dan ibu.
6. Sistem neurologis
Dapat menyebabkan kerusakan neurologis seperti neuropati
perifer, kehilangan refleks tendon profunda. Efek samping ini
bersifat irreversibel, menghilang setelah selesainya kemoterapi.
13

Akibat dari dampak yang tidak diinginkan dari pemberian


kemoterapi, maka pasien akan mengalami gangguan fisik atau
kelelahan fisik sehingga akan lebih mudah mengalami
kecemasan atau stress (Gale, 2000)

d. Siklus Kemoterapi
Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian
satu kemoterapi. Untuk satu siklus biasanya 3-4 minggu sekali,
namun ada juga setiap 1 minggu sekali. Sudah ditentukan untuk
masing-masing jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan
berapa interval waktu antar siklusnya

B. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak mempunyai objek yang spesifik (Stuart, 2006).
Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir
yang mengeluhkan bahwa suatu yang buruk akan terjadi (Grenee,
2003). Menurut (Carpenito, 2000) kecemasan adalah keadaan dimana
seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivasi sistem
syaraf otonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas dan
tidak spesifik.
Menurut (Hawari, 2004), kecemasan adalah gangguan alam
perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan
kekhawatiran yang mendalam dan berkepanjangan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, berkepribadian masih tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal. Kecemasan
banyak ditemui pada pasien yang menjalani pemeriksaan, investigasi
atau perawatan dalam bidang kesehatan seperti pasien kanker yang
menjalani kemoterapi (Lubis, 2009). Kecemasan pada penderita
14

kanker yang mendapat kemoterapi merupakan reaksi yang ditunjukkan


terhadap bahaya yang memperingatkan orang dari dalam secara
naluri,bahwa ada bahaya, tetapi tidak berakar pada situasi tertentu
(Saraswati, 2008).

2. Penyebab Terjadinya Kecemasan


Menurut Greene (2003), faktor penyebab kecemasan adalah faktor
biologis, faktor sosial dan lingkungan, faktor kognitif dan emosional,
faktor psikodinamik.
1. Teori Psikodinamika
Psikodinamika memandang gangguan-gangguan kecemasan
sebagai usaha ego untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls
yang mengancam kesadaran. Perasaan kecemasan adalah tanda
peringatan bahwa implus-implus yang mengancam mendekat ke
kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan diri untuk
mengalihkan implus-implus tersebut yang kemudian mengarah
menjadi gangguan kecemasan lainnya.
2. Faktor sosial
Kurangnya dukungan sosial yang diperoleh baik dari anggota
keluarga maupun teman, mengamati respon takut pada orang lain,
pemaparan terhadap peristiwa atau traumatis dapat menyebabkan
seseorang mengalami cemas. Dukungan sosial adalah adanya
bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang lain
dalam kehidupannya sehingga individu tersebut merasa bahwa
orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.
3. Faktor kognitif dan emosional
Faktor-faktor kognitif mungkin juga memegang peranan dalam
gangguan-gangguan kecemasan seperti prekdiksi berlebihan
terhadap rasa takut, keyakinan yang self-defeating dan irasional,
sensitivitas yang berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda
15

ancaman, harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan


salah mengartikan sinyal-sinyal tubuh.
4. Faktor biologis
Faktor genetis mempunyai peran dalam perkembangan gangguan
kecemasan termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan
menyeluruh dan gangguan-gangguan fobia.
Literatur lain menurut Smeltzer dan Bare (2002) ada dua faktor yang
mempengaruhi kecemasan yaitu:
1. Faktor internal
a. Pendidikan dan status ekonomi
Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang
akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami
kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan
menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah
baru (Stuart&Sundeen 2006).
b. Usia
Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan kecemasan daripada orang yang
lebih tua.
c. Jenis kelamin
Gangguan kecemasan biasanya lebih sering dialami oleh
perempuan daripada laki-laki.

2. Faktor eksternal
a. Dukungan sosial
Dukungan sosial dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengatasi masalah, termasuk dalam hal kecemasan. Dukungan
sosial juga membuat seseorang merasa diperhatikan dan
16

dicintai oleh orang lain, merasa dirinya bagian dari jaringan


komunikasi oleh anggotanya (Smeltzer & Bare, 2001)
b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Jenis dukungan
keluarga adalah dukungan informatif, emosional, penilaian, dan
instrumental.

3. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart&Sundeen (2006), ada empat tingkat kecemasan yaitu
ringan, sedang, berat dan panik.
a. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya seperti melihat, mendengar dan gerakan
menggenggam lebih kuat. Kecemasan ringan ini dapat memotivasi
belajar, dan mampu meningkatkan perkembangan kreativitas
seseorang. Pada cemas ringan ini ditandai dengan gejala seperti
sesekali bernafas pendek, bibir gemetar, jantung berdebar kencang,
tidak dapat duduk dengan tenang, dan tangan terlihat gemetar.
b. Kecemasan sedang
Kecemasan sedang ini seseorang fokus pada hal yang penting
yang menjadi pusat perhatiannya dan mengesampingkan hal lain.
Kecemasan ini mempersempit lapang pandang seseorang seperti
penglihatan, pendengaran, dan gerakan menggenggam berkurang.
Tanda dan gejalanya adalah mulut kering, anoreksia, badan
genetar, eksperi wajah seperti ketakutan, gelisah, susah tidur, dan
tidak mampu bersikap rileks.
c. Kecemasan berat
Lapang pandang pada cemas berat ini akan menyempit. Seseorang
cenderung memusatkan sesuatu terinci dan spesifik, tidak
17

memikirkan hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi


ketengangan. Seseorang tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain. Tanda gejalanya yang biasanya muncul
adalah sakit kepala dan berkeringat, penglihatan kabur, kecewa,
tidak berdaya, tidak mampu menyelesaikan masalah, berbicara
dengan tempo yang cepat dan perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Individu mengalami kehilangan kendali, sehingga tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Aktivitas motorik
meningkat, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang
lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Timbul perasaan jantung berdebar-debar, penglihatan
berkunang-kunang, sakit kepala, susah bernafas, tubuh terasa
tegang dan tidak mampu melakukan apa-apa.

4. Pengukuran Kecemasan
Menurut Hawari (2004), kecemasan ringan, sedang, berat dan panik
bisa diukur dengan menggunakan alat ukur kecemasan untuk
mengetahui sejauh mana derajat kecemasan tersebut. Alat tersebut
dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat
tersebut dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A).
Tingkat kecemasan juga dapat diukur dengan menggunakan Visual
Analog Scale (VAS) dari angka 0 – 100. Pengukuran tingkat
kecemasan dengan menggunakan VAS lebih mudah daripada
menggunakan HRS-A karena Visual Analog Scale membutuhkan
waktu kurang dari 5 menit jika dibandingkan dengan Hamilton Rating
Scale For Anxiety (HRS-A) yang memakan waktu lebih dari 10 menit.
18

5. Respon Individu Terhadap Kecemasan


Seseorang yang mengalami kecemasan akan mempengaruhi perubahan
dalam fungsi organ tubuhnya. Perubahan tersebut menurut (Stuart,
2006) adalah sebagai berikut :
a. Respon fisiologis
1) Kardiovaskuler : respon jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan
2) Pernafasan : respon yang terjadi adalah sesak nafas, nafas
dangkal, cepat, terengah-engah, rasa seperti tercekik
3) Gastrointestinal : respon yang tejadi kehilangan nafsu makan,
mual, nyeri abdomen, nyeri ulu hati,
4) Neuromuskuler : respon yang terjadi adalah reaksi terkejut,
insomnia, tremor, mondar-mandir, wajah tegang.
5) Kulit : respon yang terjadi adalah wajah kemerahan, telapak
tangan berkeringat, wajah pucat, rasa panas dan dingin pada
kulit.
b. Respon perilaku
Respon perilaku yang terjadi adalah gelisah, tremor, reaksi
terkejut, kurang koordinasi, menarik diri, bicara cepat,
ketegangan fisik.
c. Respon kognitif
Pada respon kognitif, respon yang terjadi biasanya pelupa,
konsentrasi buruk, hambatan berfikir, bingung, kehilangan
kendali, takut cedera atau kematian, mimpi buruk, kreativitas
menurun.
d. Respon afektif
Mudah terganggu, tegang, gugup, ketakutan, kekhawatiran,
kecemasan, malu, rasa bersalah.
19

C. Dukungan Sosial
1. Pengertian
Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi (Taylor, 2006). Dukungan sosial terdiri dari informasi atau
nasihat, bantuan dan tindakan yang diberikan dimana kehadirannya
terdapat manfaat bagi orang yang menerimanya
(Nursalam&Kurniawati, 2007). Menurut Neergaard, Shaw, dan Carter
dalam Suhita (2005) dukungan sosial adalah sumber yang terdiri dari
jaringan teman dan kenalan yang membantu seseorang dalam
mengatasi masalah sehri-hari atau krisis yang serius.
2. Bentuk dukungan sosial
Sarafino (2006), membedakan empat jenis dukungan sosial yaitu :
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, afeksi
kepedulian, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan
diperhatikan. Pada pasien kanker, dukungan emosional sangat
berperan penting untuk mendampingi pasien kanker dalam
mengatasi kecemasan saat menjalani kemoterapi.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan mencakup ungkapan hormat positif,
dorongan, persetujuan dengan gagasan atau perasaan untuk orang
lain. Pemberian dukungan ini membantu untuk menambah
penghargaan kepercayaan diri saat individu mengalami tekanan, hal
ini saat pasien menjalani kemoterapi.
c. Dukungan instrumental
Bantuan langsung sesuai yang dibutuhkan individu, seperti bantuan
finansial atau pekerjaan saat mengalami tekanan.
d. Dukungan informatif
Dukungan berupa pemberian nasihat, petunjuk, saran atau umpan
balik yang didapat dari orang lain, sehingga dapat mencari jalan
20

keluar untuk memecahkan masalah. Pada pasien kanker yang


menjalani kemoterapi, dukungan informatif berupa nasihat atau
saran sangat diperlukan.

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial


Ada tiga faktor yang mempengaruhi penerimaan dukungan sosial pada
individu Menurut Reis dalam Suhita (2005) yaitu:
a. Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada
aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang
maka dukungan yang diperoleh pun semakin besar.
b. Harga Diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain
merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan
menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang
bersangkutan tidak mampu lagi berusaha.
c. Keterampilan Sosial
Individu yang mempunyai pergaulan yang luas akan memiliki
keterampilan sosial yang tinggi dan ketrampilan sosial yang tinggi
juga, dibandingkan dengan individu yang memiliki jaringan
individu yang kurang luas memiliki keterampilan sosial rendah.

4. Mekanisme Dukungan Sosial


Menurut Pearlin dan Anelshensel, 1986 dalam Nursalam & Kurniawati
(2007) ada tiga mekanisme social support yang secara langsung atau
tidak berpengaruh terhadap kesehatan seseorang :
a. Mediator perilaku
Mengajak individu untuk mengubah perilaku yang jelek menjadi
meniru perilaku yang baik (misalnya, berhenti merokok).
21

b. Psikologis
Meningkatkan harga diri dan menjembatani suatu interaksi yang
bermakna.
c. Fisiologis
Membantu relaksasi terhadap sesuatu yang mengancam dalam
upaya meningkatkan sistem imun seseorang.
22

e. Kerangka Teori

Kanker

Kemoterapi

Efek samping :
1. Sistem
gastrointestinal
2. Sistem
hematopoetik
3. Sistem ginjal
4. Sistem kecemasan
kardiopulmonal
5. Sistem reproduksi
6. Sistem neurologis
1. Faktor Internal
a. usia
b. jenis kelamin
c. pendidikan dan status
ekonomi
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan sosial
1) Dukungan emosional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan informasi
b. Dukungan keluarga

Skema 1.1 kerangka teori


Sumber : (Sarafino, 2006; Smeltzer & Bare, 2002)
23

f. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Dukungan Sosial : Tingkat Kecemasan


a. Dukungan emosional
b. Dukungan penghargaan 1. Cemas ringan
c. Dukungan instrumental 2. Cemas sedang
d. Dukungan informasi 3. Cemas berat
4. Panik

Skema 2.2 kerangka konsep

g. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu :
1. Variabel independen yaitu dukungan sosial yang meliputi dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan informasi.
2. Variabel dependen, yaitu tingkat kecemasan pada pasien kanker yang
akan menjalani kemoterapi di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.

h. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada pasien
kanker yang akan menjalani kemoterapi di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.
2. Ada hubungan dukungan informasi dengan tingkat kecemasan pada
pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.
3. Ada hubungan dukungan penghargaan dengan tingkat kecemasan pada
pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.
24

4. Ada hubungan dukungan instrumental dengan tingkat kecemasan pada


pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.
5. Ada hubungan dukungan emosional dengan tingkat kecemasan pada
pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai