Berdasarkan hal ini, bisa kita tafsirkan bahwa ayat ini berbicara tentang
“kelapangan dada” dalam arti bahwa Allah swt. telah memberikan kekuatan
kepada Nabi saw. untuk menemukan kebenaran, kearifan, dan kelapangan hati
untuk memaafkan kesalahan orang yang berbuat zalim kepadanya serta
kekuatan dalam menghadapi gangguan-gangguan orang lain.
ض ْعنَا ََ ع ْن
َ ك َو َو ََ ِو ْز َر. ض اَلَّذِى
َ ك ََ َك أ َ ْنق ََ
ََ ظ ْه َر
َك ِذ ْك َر َك
ََ ََو َرفَ ْعنَا ل
Dan Kami kami tinggikan bagimu sebutanmu?
Ini merupakan penghargaan Allah swt. untuk Nabi saw. bahwa nama beliau
akan selalu diucapkan selama bumi ini masih hidup. Prof. M. Quraish Shihab
dalam bukunya Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, hal 452 mengutip pendapat sejumlah
pendapat para ulama tentang ketinggian penghargaan untuk Nabi saw.
Katanya, ketinggian nama Nabi Muhammad saw.
ََ َواِلَى َر ِب
ْ َك ف
َْارغَب
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap
Kita tidak cukup sekedar berusaha sungguh-sungguh tapi juga harus
membingkai usaha dengan doa dan berharap pada Allah swt. Usaha yang
dibingkai dengan doa dan berharap pada Allah akan melahirkan jiwa syukur
kalau kita sukses dan sabar kalau usaha itu gagal. Jadikanlah kegagalan sebagai
guru untuk meraih kesuksesan yang lainnya. Semua usaha tidak ada yang sia-
sia kalau dibingkai dengan mengharap rido Allah swt.