Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
STRATEGI PELAKSANAAN
WAHAM

Disusun oleh:

RIZKA ARIYANI

G2A014062

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Perubahan Proses Pikir : Waham

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

 Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal(Stuart dan Sundeen, 1998)
 Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Depkes RI,2000)
 Waham adalah suatu keyakinan seseorang berdasarkan penilaian realitas
yang selalu salah keyakinan yang tidak sesuai dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal
dan eksternal melalui proses interaksi atau informasisecara akurat (Keliat,
1999)
 Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya
(Maramis,W.F,1995)

2. Jenis – Jenis Waham


Menurut Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :
a. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari
luar. Misal seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia
melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali.
b. Waham Sekunder

Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi


penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.

 Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secar berlebihan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“kalau saya masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari,” atau mengatakan bahwa dirinya adalahTuhan yang dapat
mengendalikan makhluknya.
 Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, ducapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“saya ini penjabat di Departemen Kesehatan lho…” , “saya punya
tembang emas”
 Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau kelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang – ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“saya tahu …semua saudara saya mungkin ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka semua iri dngan kesuksesan yang dialami
saya.
 Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit, diucapkan berulang – ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh :
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel
kanker pada tubuhnya.
 Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang –ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sisni adalah roh-roh.”
 Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya
dengan dirinya
 Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang
mengganggunya atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-
matai atau kejelekannya sedang dibicarakan

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dngan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai
berikut :

1. Kognitif :
 Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
 Individu sangat percaya pada keyakinannya
 Sulit berfikir realita
 Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
 Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
 Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
 Hipersensitif
 Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
 Depresif
 Ragu-ragu
 Mengancam secara verbal
 Aktifitas tidak tepat
 Streotif
 Impulsive
 Curiga
4. Fisik
 Higiene kurang
 Muka pucat
 Sering menguap
 BB menurun
 Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

5. Rentang respons

Respon adaptif repon maladaptif

 Pikiran logis
 Persepsi akurat
 Emosi konsisten dengan pengalaman
 Perilaku seksusal
 Hubungan sosial harmonis
 Gangguan isi pikir halusinasi
 Perubahan proses emosi
 Perilaku tidak terorganisasi
 Isolasi sosial
 Kadang proses pikir terganggu
 Illusi
 Emosi berlebih
 Berperilaku yang tidak biasa
 Menarik diri

Rentang respons perubahan proses pikir waham(keliat,1999)

6. Etiologi

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,


sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik
diri (Townsend, M.C, 1998). Menurut Carpetino, L.J (1998) isolasi sosial
merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan
dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan
menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998), isolasi sosial menarik diri
merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan
orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berpr bestasi, atau selalu dalam
kegagalan.

Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino,


L.J 1998) :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain

7. Faktor Predisposisi

a. Klien
1) Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranopid,
skizofrenia, , keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada
pendenagran
2) Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas,
misalnya rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam
mengungkapkan perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang
berkepanjangan
b. Lingkungan yang tidak terapeutik
Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan pekerjaan,
support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat, atau tidak
mempunyai orang dipercaya
c. Interaksi
1) Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,
tidak toleran terhadap klien
2) Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi mpikir
3) Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat
memfokuskan pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran
terhadap suatu permasalahan.
8. Faktor presipitasi
a. Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara
berulang, ketakutan karena adanya penyakit fisik
b. Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan
orang lain , adanya keritikan dari orang lain.
9. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal
yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan.

 Status mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat
ekstrinsik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan
terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan
pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan
hatiya konsisten dengan isi waham.

 Sensori dan kognisi

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik


terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya
biasanya akurat. Pengendalian impuls pada klien waham perlu
diperhatikan bila terlihat adanya rencana untuk bunuh diri,
membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir waham biasanya diawali dengan adanya
riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik
otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini
menunjukkan terjadinya perubah emosional seseorang yang tidak
stabil. Bila kepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri,
kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham
curiga akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang
mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul resiko
perilaku kekerasan pada dirinya, orang lain dan lingkungan. Dan
kerusakan komunikasi kepada orang lain.
C. POHON MASALAH

Kerusakan Komunikasi Verbal

Perubahan Proses Pikir : Waham curiga

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Penatalaksanaan

 bina hubungan saling percaya dengan pasien


 jangan membantah dan mendukung waham klien
 yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
 observasi kebutuhan klien sehari – hari
 memberikan pujian setiap klien melakukan aktivitas yang positif
 farmakologi seperti : haloperidol, Chlorpromazine, Trihexipenidil.

Farmakoterapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi


rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk
memperbaiki perilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia.
Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehabilitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
D. MASALAH YANG MUNCUL DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No Data focus Masalah keperawatan


DS : klien mengatakan hal yang tidak jelas
DO : Kerusakan komunikasi
1.
 klien berbicara kacau verbal
 Pembicaraan klien berbelit-belit
DS :
 Klien mengatakan hal-hal yang tidak
nyata.
 Klien mengatakan bahwa seseorang
berusaha mencederai dirinya.
 Pasien menolak makanan yang
disajikan merasa ada racunnya. Gangguan proses Pikir :
DO : Waham Curiga
 Pembicaraan klien cenderung
berulang-ulang
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan.
 Klien tampak bingung dan ketakutan

Data Subjektif :
 Klien merasa malu berinteraksi
dengan orang lain Gangguan konsep diri :
Data Objektif : harga diri rendah
 Ekspresi muka klien sedih dan
murung
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham curiga


2. perubahan isi pikir: waham curiga

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa : Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham curiga


Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi
verbal dapat berjalan dengan baik
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jangan membantah dan mendukung klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistic
2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari)
kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
c. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Intervensi :
1. Observasi kebutuhan sehari-hari klien
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik secara di
rumah dan di RS (rasa takut, ansietas, marah)
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham
4. Tingkat aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal
bersama dengan klien)
5. Atur situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya
d. Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)
Intervensi :
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
2. Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
4. Klien dapat memanfaatkan obat dengan benar
Intervensi :
1. Diskusikan frekuensi, dosis, dan manfaat obat
2. Anjurkan minum obat
3. Diskusikan efek bila menghentikan obat tanpa konsultasi
4. Jelaskan 5 tepat dalam penggunaan obat
STRATEGI PELAKSANAAN
KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Rizka Ariyani, biasa dipanggil Rizka.
Saya Mahasiswa Keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Semarang. Saya
yang akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya
dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia
ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak
R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah
sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak
R?”

SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekannya.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
KERJA :
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.”
“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?”
“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak
R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”
“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan pak R?”
“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang
telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja,
setuju pak?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum, setuju?”

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R.”
“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.”
“Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus
pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?”
“Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30
menit saja?”
KERJA:
“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”
“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum
3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.”
“Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar
nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.”

TERMINASI :
“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti
saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan.
“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?”
“Sampai besok ya pak.”

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA KELUARGA


PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ;


mengidentifikasi masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat
pasien.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Rizka Ariyani, biasa dipanggil
Rizka. saya Mahasiswa keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Semarang.
Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nma bapak siapa?
Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara
merawat pak R dirumah.”
“Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”
“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0
menit saja?”

KERJA :
“Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah
pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-
ngaku sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupak salah satu
gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara
enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang nabi, pak S dan ibu
berikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi sulit
bagi pak S dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada
yang hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal
yang baik”
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi
dengan pak R. Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang
kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya kalau
pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan
punya kemampuan”

Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau


kemampuan untuk bermain suling dengan baik dicoba sekarang” dan kemudian
setelah dia melakukannya pak S dan ibu harus memberikan pujian.
Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi
tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum
3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh
kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai
jamnya, segera berikan pujian!”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat pak R dirumah nanti?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung kerumah sakit.”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi.”
“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu
kedatangan bapak dan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.”

SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.

ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat
pasien seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan
latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya pak, bu.”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”

KERJA:
“Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku nabi, coba bapak dan ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian
atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !”
“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan
positifnya sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah mengerti
cara merawata Pak R.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk pak R!”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer
elakukannya?”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat
ini ya pak,bu.”

SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ORIENRASI:
“Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka
kita bicarakan jadwal pak R selama dirmah.”
“Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat pak R?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak dan
ibu ikut saya”
“Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 30 menit saja? Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan administrasinya”
KERJA:
“Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-
kira dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia
tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B
(bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan
oleh pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang nabi terus
menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat memantaunya.”

TERMINASI:
“Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu?
Sudah siap unutk melanjutkan dirumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-
apa bapa dan ibu segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya
sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan bap
dan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya pak,bu.”
“Silahkan ibu dan Bapak untuk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor
depan!”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada praktis klinis

(terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sheila L. Vedeback. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan

Keluarga. Jakarta : CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai