Anda di halaman 1dari 36

REFLAKSI KASUS

TUBERCULOSIS PARU DENGAN GIZI BAIK

Oleh :
Elia Purnama Sari

Pembimbing:
dr. Sri Priyantini, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2016

Catatan Medik Orientasi Masalah

IDENTITAS
 Nama penderita : An. C
 Umur/tgllahir : 11 bulan
 Jeniskelamin : Perempuan
 Pendidikan : Belum sekolah
 Alamat : Bangetayu wetan RT 02/ 03 Genuk
 Tanggal priksa : 16 Oktober 2016

 Nama ayah : Tn. N. M


 Umur : 32 tahun
 Pendidikan : SMA
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pengrajin kayu
 Alamat : Bangetayu wetan RT 02/ 03 Genuk

 Nama ibu : Ny. M


 Umur : 29 tahun
 Pendidikan : SMP
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Karyawan pabrik
 Alamat : Bangetayu wetan RT 02/ 03 Genuk
DATA DASAR
Alloanamnesis dengan Ibu penderita yang mengetahui riwayat penyakit pasien, dilakukan
pada tanggal di poli GMCE RSI Sultan Agung Semarang

KELUHAN UTAMA
Demam disertai batuk.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


2 bulan sebelum ke poli RSI Sultan agung anak merasakan keluhan batuk dan pilek, batuk
terus menerus, semakin hari semakin berat, batuk tidak dipengaruhi cuaca, tidak
dipengaruhi oleh debu, batuk tidak diikuti sesak dan mengi. sudah pernah diobati tetapi
belum sembuh. . Pasien sering demam tapi tidak tinggi. Kemudian selang beberapa hari
setelah batuk, nafsu makan anak menurun. Ibu juga mengatakan berat badan anak tidak
naik dari bulan lalu. Anak juga menjadi tidak aktif dalam bermain seperti biasanya.
2 minggu sebelum masuk datang ke poli RSI sultan agung ibu pasien mengeluhkan
bahwa anaknya panas. Panas tidak tinggi, hanya semlenget saja pada sore hari menjelang
malam hari sedangkan pada pagi hari turun. Pasien tidak menggigil, tidak nyeri sendi dan
tidak nyeri telan. Saat panas, anak tidak mengigau, tidak kejang, tangan dan kaki tidak
dingin. Pasien mengeluh batuk berdahak dan dahak warna hijau kekuningan. Pasien
sering berkeringat pada malam hari tanpa sebab. Pasien tidak muntah dan tidak nyeri
perut. Buang air 2-3 hari sekali konsistensi lembek tidak ada lendir dan darah. Buang air
kecil lancar seperti biasa, normal, tidak nyeri saat BAK. Menurut ibu pasien juga
mengeluhkan bahwa anak pilek. Menurut ibu pasien, nafsu makan menurun. Ibu pasien
sudah memberikan obat paracetamol, namun anak masih tetap semlenget. Kemudian, ibu
pasien membawa anaknya ke poli rumah Sakit Islam Sultan Agung.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Ibu pasien mengatakan sering demam.
Penyakit anak yang pernah diderita:

Faringitis/Tonsilitis : disangkal Enteritis : disangkal


Bronkitis : disangkal Disentri basiler : disangkal
Pnemonia : disangkal Disentri amoeba : disangkal
Morbili : disangkal Typh.abdominalis : disangkal
Pertusis : disangkal Cacing : disangkal
Varisela : disangkal Operasi : disangkal
Difteri : disangkal Trauma : disangkal
Malaria : disangkal Reaksi obat/alergi : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


 Nenek pasien mempunyai keluhan batuk berdahak lama dan didiagnosis
menderita TBC paru, dan sudah mendapatkan pengobatan 5 bulan. Nenek
biasa mendapatkan obat dari puskesmas Bangetayu, obat di minum sehari
sekali.
 Tidak ada riwayat alergi
 Tidak ada riwayat asma

RIWAYAT SOSIOEKONOMI
Ayah bekerja sebagai pengrajin kayu dan ibu pasien bekerja sebagai karyawan
pabrik. Pasien tinggal satu rumah dengan ayah, ibu, kakak, paman, bibi dan
nenek. Pasien dirawat nenek ketika ibu sedang bekerja. Biaya kesehatan
pasien ditanggung oleh BPJS non PBI, kesan ekonomi cukup.

DATA KHUSUS
1. Riwayat Perinatal
Anak perempuan dari ibu P2A0 hamil 38 minggu, lahir spontan di bidan desa anak
lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, berat badan lahir 3000 gram dan
panjang badan 45 cm.

2. Riwayat Makan-Minum
ASI eksklusif sampai usia 3 bulan. Usia 4 bulan, anak di berikan susu formula karena ibu
bekerja. Saat ini sudah diberikan makanan pendamping ASI.
Ibu pasien mengatakan sejak kecil anaknya suka makan. Tetapi 2 bulan terakhir semenjak
batuk anaknya susah makan.
Kesan : ASI eksklusif tidak sesuai umur

3. Riwayat Imunisasi Dasar


No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 1x 2 bulan
2. Polio 2x 0, 2 bulan
3. Hepatitis B 2x 0,2 bulan
4. DPT 1x 2 bulan
5. Campak 1x 9 bulan

Kesan Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap

4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Tersenyum : 2 bulan
- Miring dan tengkurap : 3 bulan
- Duduk tanpa berpegangan : 7 bulan
- Berdiri berpegangan : 9 bulan
- Berjalan : 11 bulan
- Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai dengan umur

5. Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :


Anak perempuan , umur 11 bulan
BB = 7,3 kg
TB = 68 cm

WAZ = 7,3-9,2= -1,93 SD (Normal)


1,1
HAZ = 68- 73,1= -1,82 SD (Normal)
2,8
WHZ = 7,3-7,8 = -0,62 SD (Normal)
0,8
Kesan : Gizi baik
KMS pasien

6. Riwayat Keluarga Berencana orang tua


Pasien merupakan anak kedua. Ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan.

PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di poli anak RSI Sultan Agung Semarang pada tgl 16 Oktober 2016
Umur : 11 bulan
- Berat badan : 7,3 kg Panjang badan: 68 cm,
- Suhu badan: 37,5 ºC
- Nadi : 100 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
- Tekanan darah : tidak dilakukan
Frekwensi napas : 26 x/menit

Kesadaran : compos mentis


Kepala : mesocephale
Rambut : hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut.
Kulit : tidak sianosis, ptechie (-)
Mata : oedem palpebra (-/-) konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Hidung : sekret ( +/+), nafas cuping hidung ( -/-)
Telinga : discharge ( -)
Mulut : gusi berdarah (-), bibir kering (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-)
Leher : simetris, ada pembesaran kelenjar limfe di sisi kanan leher dengan
diameter ± 1,5 cm, dan di sisi kiri leher ± 1 cm
Tenggorok : faring hiperemis (-)

Thorak:
Paru-paru
Inspeksi umum : pergerakan simetris, retraksi (-)
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara dasar vesikuler diseluruh lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : aktivitas iktus kordis : terlihat
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : iktus kordis di ICS V, kuat angkat, tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II regular, suara tambahan (-)

Abdomen:
Inspeksi : datar
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Kelenjar : tidak teraba pembesaran
Alat kelamin : dalam batas normal
Anggota Gerak : Atas Bawah
Kiri/kanan Kiri/kanan
Capilary refill <2” <2”
Akral dingin -/- -/-
Reflek fisiologis + /+ +/+
Reflek patologis - /- -/-
Kelainan lain - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test mantoux dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2016.

Indurasi 10 mm  (+)

2. X-Foto Thorax
- Pemeriksaan pada tanggal 16 Oktober 2016

-
Cor: Bentuk dan letak normal
Pulmo: corakan vaskular meninggkat
Tampak infiltrat di perihiler kanan dan kiri
Hilus kanan dan kiri tebal
Diafragma dan sinus kostofrenikus tak tampak kelainan.
Kesan : cor tampak tidak besar. Pulmo mendukung gambaran TB

ASSESMENT : (Diagnosis Kerja)


1. Tuberkulosis Paru
2. Gizi baik

INITIAL PLANS
1. Assesment : Tuberkulosis paru
DD:
- Asma bronkhiale
- Pertusis
Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak - Laporan keluarga, BTA BTA (+)


jelas (-), tidak tahu/ tidak
jelas

Uji tuberkulin Negative - - Positif (≥10 mm,


atau ≥5 mm
pada keadaan
imunosupresi)
Berat badan/keadaan - BB/TB Klinis gizi buruk -
gizi <90% atau BB/TB <70% atau
BB/U <80% BB/U < 60%

Demam tanpa sebab - ≥ 2 minggu - -


yang jelas

Batuk - ≥3 minggu - -

Pembesaran kelenjar - ≥ 1 cm, - -


limfe koli, aksila, jumlah > 1,
inguinal tidak nyeri
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengka
panggul, lutut, kan
falang
Foto rontgen thoraks Normal Kesan TB - -

Jumlah skor = 10

- Ip..Dx : S : -
O : foto thorax AP dan lateral, pemeriksaan darah rutin, tes mantoux,
pemeriksaan bilas lambung, pemeriksaan kultur Mycobacterium
tuberculosis.
- Ip.Rx : - OAT
Fase awal / intensif untuk 2 bulan pertama 2RHZ
o Rifampisin 75 mg/hari
o Isoniazid 50 mg/hari
o Pirazinamid 150 mg/hari
Fase Lanjutan untuk 4 bulan selanjutnya 4RH
o Rifampisin 75 mg/hari
o Isoniazid 50 mg/hari
- OAT fixed dose combination 1 box (1x1 tablet)
Fase awal 2RHZ (75 mg/50 mg/150 mg)
Fase lanjutan 4RH (75 mg/50 mg)

- Ip.Mx : keadaa umum, vital sign, berat badan, panjang badan, nafsu makan
- Ip.Ex : Sering membuka pintu depan rumah terutama saat pagi hari
- Rutin kontrol terkait pengobatan TB 6 bulan
- Mengajarkan etika batuk kepada keluarga terutama nenek
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah
- Edukasi makanan bergizi

Assesment : Gizi Baik


DD : Gizi Lebih
Gizi Kurang
 Ip. Dx :S-
O-
 IP Tx :
 Kebutuhan kalori BB: 7.3 kg
 (61 x 7,3) - 51 = 394,3 kkal

Karbohidrat : 60% x 394,3 = 236,5 kkal


Lemak : 35% x 394,3 = 138 kkal
Protein : 10 % x 394,3 = 39,45 kkal

 IP Mx : Keadaan umum pasien


Data antropometri (berat badan, panjang badan.
 IP Ex : Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan gizi
Jaga higien dan sanitasi makanan maupun lingkungan
LAMPIRAN

Rumah tampak depan


Rumah tampak samping

Kamar penderita

Dapur depan (dengan flash) Dapur depan (tanpa flash)


Dapur belakang

TINJAUAN PUSTAKA

A. TUBERKULOSIS PARU
a. Definisi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut
dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau organ lain dalam
tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila kuman TB menyerang otak
dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis TB. Tuberkulosis pada anak
didefinisikan sebagai tuberkulosis yang diderita oleh anak <15 tahun. Seorang anak
dikatakan terpapar TB jika anak memiliki kontak yang signifikan dengan orang dewasa
atau remaja yang terinfeksi TB, pada tahap ini test tuberkulin negatif, rontgen toraks
negatif.
Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuclei Mycobacterium
tuberculosis dan kuman tersebut menetap secara intraseluler pada jaringan paru dan
jaringan limfoid sekitarnya, pada tahap ini rontgen toraks bisa normal atau hanya terdapat
granuloma atau kalsifikasi pada parenkim paru dan jaringan limfoidnya serta didapatkan
uji tuberkulin yang positif. Sementara itu, seseorang dikatakan sakit TB jika terdapat
gejala klinis yang mendukung serta didukung oleh gambaran kelainan rontgen toraks,
pada tahap inilah seseorang dikatakan menderita tuberkulosis.
TB ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita TB). Ketika
penderita TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB atau
basil ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah
kecil kuman TB. Penderita TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam) positif dapat
menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya.
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Seseorang yang tertular dengan
kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman TB dapat menjadi tidak aktif (dormant)
selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin yang
tebal. Bila sistem kekebalan tubuh seseorang menurun, kemungkinan menjadi sakit TB
menjadi lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat
secara lengkap dan teratur.

b. Etiologi
Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang merupakan
patogen terhadap manusia. Hanya terdapat 5 spesies dari Mycobacterium yang paling umum
menyebabkan infeksi, yaitu: M. Tuberculosis, M. Bovis, M. Africanum, M. Microti dan M.
Canetti. Dari kelima jenis ini M. Tuberkulosis merupakan penyebab paling penting dari
penyakit tuberkulosis pada manusia. Ada 3 varian M. Tuberkulosis yaitu varian humanus,
bovinum dan avium. Yang paling banyak ditemukan menginfeksi manusia M. Tuberkulosis
varian humanus.
M. Tuberkulosis berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul,
nonmotil, pleomorfik, dan termasuk bakteri gram positif lemah, serta memiliki ukuran
panjang 1-10 mikrometer dan lebarnya 0,2-0,6 mikrometer. M. Tuberkulosis tumbuh optimal
pada suhu 37-410C dan merupakan bakteri aerob obligat yang berkembang biak secara
optimal pada jaringan yang mengandung banyak udara seperti jaringan paru. Dinding sel
yang kaya akan lipid menjadikan basil ini resisten terhadap aksi bakterisid dari antibodi dan
komplemen. Sebagian besar dari dinding selnya terdiri atas lipid (80%), peptidoglikan, dan
arabinomannan. Lipid membuat kuman tahan terhadap asam sehingga disebut BTA dan
kuman ini tahan terhadap gangguan kimia dan fisika. Oleh karena ketahanannya terhadap
asam, M. Tuberkulosis dapat membentuk kompleks yang stabil antara asam mikolat pada
dinding selnya dengan berbagai zat pewarnaan golongan aryl methan seperti carbolfuchsin,
auramine dan rhodamin. Kuman ini dapat bertahan hidup di udara yang kering atau basah
karena kuman dalam keadaan dorman. Dan dari keadaan dorman ini kuman dapat reaktivasi
kembali.

Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu di dalam sitoplasma
makrofag karena pada sitoplasma makrofag banyak mengandung lipid. Kuman ini bersifat
aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman ini menyenangi jaringan yang tinggi mengandung
oksigen sehingga tempat predileksi penyakit ini adalah bagian apikal paru karena tekanan O2
pada apikal lebih tinggi dari pada tempat lainnya.

c. Patogenesis
Perjalanan alamiah
Manifestasi klinis TB di berbagai organ muncul dengan pola yang konstan, sehingga
dari studi Wallgren dan peneliti lain dapat disusun suatu kalender terjadinya TB di berbagai
organ.

Gambar 3.2. Kalender perjalanan penyakit TB primer


Proses infeksi TB tidak langsung memberikan gejala. Uji tuberkulin biasanya positif
dalam 4-8 minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada awal terjadinya infeksi TB,
dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema nodosum, tetapi kelainan kulit ini
berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi. Sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada
tahap ini.
Tuberkulosis milier dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya berlangsung dalam 3-6
bulan pertama setelah infeksi TB, begitu juga dengan meningitis TB. Tuberkulosis pleura
terjadi dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB. Tuberkulosis sistem skeletal terjadi pada
tahun pertama, walaupun dapat terjadi pada tahun kedua dan ketiga. Tuberkulosis ginjal
biasanya terjadi lebih lama, yaitu 5-25 tahun setelah infeksi primer. Sebagian besar
manifestasi klinis sakit TB terjadi pada 5 tahun pertama, terutama pada 1 tahun pertama, dan
90% kematian karena TB terjadi pada tahun pertama setelah diagnosis TB.

d. Manifestasi klinis
Karena patogenesis TB sangat kompleks, manifestasi klinis TB sangat bervariasi dan
bergantung pada faktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara keduanya.Faktor kuman
bergantung pada jumlah kuman dan virulensinya, sedangkan faktor penjamu bergantung pada
usia dan kompetensi imun serta kerentanan penjamu pada awal terjadinya infeksi.
Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu. Tanda dan gejala
pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan sedangkan pada kelompok dengan
rentang umur diantaranya menunjukkan clinically silent disease.

Manifestasi sistemik
Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa manifestasi sistemik yang
dapat dialami anak yaitu:
• Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat disertai
keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan demam pada pasien TB
berkisar antara 40-80% kasus.
• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan.
• Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik
dengan adekuat (failure to thrive).
• Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.
• Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi pada anak
bukan merupakan gejala utama.
• Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.
• Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).

e. Pemeriksaan penunjang
a. Test Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yang dipakai yaitu Old tuberkulin dan Purified protein
derivate dengan cara Mantoux. Yaitu dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD
intrakutan di volar lengan bawah.Reaksi dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Uji
Tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB. Reaksi ini akan bertahan cukup
lama walaupun pasien sudah sembuh sehingga uji Tuberkulin tidak dapat digunakan
untuk memantau pengobatan.
b. Keadaan umum anak
Curiga adanya TB anak bila :
- Sering panas
- Sering batuk pilek (batuk kronis berulang)
- Nafsu makan menurun
- Berat badan tidak naik
c. Laboratorium hematologi
Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada keadaan aktif dan kronik.
Pada stadium akut bisa terjadi lekositosis dengan sel polimorfonuklear yang
meningkat selanjutnya limfositosis. Gambaran hematologik dapat membantu
mengamati perjalanan penyakitnya. Gambaran darah yang normal tidak / belum dapat
menyingkirkan diagnosis tuberkulosis.
d. Foto Rontgen
Foto thoraks yang khas adalah :
- Fokus primer
- Limfadenitis pada trakhea
- Limfangitis
Foto thoraks yang jelas :
- TB milier
- Bronkhogenic Spread
Foto Rontgen thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal

e. Pemeriksaan bakteriologis
Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi sulit pada
bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum (pada anak besar),
bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS, Cairan pleura, cairan pericard.
Pemeriksaan dapat dilakukan cara langsung, biakan dengan metode lama, radiometrik
(Bactec), PCR
f. Pemeriksaan histopatologi
Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari kelenjar limfe

g. Pemeriksaan fungsi paru


Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TB anak yang memerlukan tindakan operatif.
h. Pemeriksaan terhadap sumber penularan
Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan pemeriksaan
sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya diisolasi untuk
mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.
i. Serologi : hasil kurang memuaskan dan masih kontroversi, hasil tergantung dari :
- Umur
- Status imunisasi
-
- Mycobacterium atypic
- Tidak dapat membedakan infeksi dan sakit

Untuk memudahkan diagnosis TB paru pada anak, IDAI merekomendasiskan


diagnosis TB anak dengan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda
klinis yang dijumpai

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak jelas - Laporan BTA(+)


keluarga (BTA
negatif atau
tidak jelas)
Uji Tuberkulin Negatif - - Positif (≥ 10 mm
atau ≥ 5 mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan / - BB/TB < 90% Klinis gizi -
Status Gizi atau buruk

BB/U < 80% atau BB/TB <


70%

atau BB/U <


60%
Demam tanpa - ≥ 2 minggu - -
sebab yang jelas
Batuk - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm, jumlah - -
kelenjar koli,
> 1, tidak nyeri
aksila, inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang / sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto Thorak Normal/kelainan Gambaran - -
tidak jelas sugestif TB
Catatan:

 Diagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter.


 Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.
 Berat badan dinilai saat datang.
 Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.
 Gambaran sugestif TB, berupa; pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan infiltrat;
atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus.
 Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak, maka
sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan.
 Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7 hari) harus
dievaluasi dengan sistim skoring TB anak, BCG bukan merupakan alat diagnostik.
 Didiagnosis TB Anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6, (skor maksimal 13).
 Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks, dan/atau
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan penurunan kesadaran
serta tanda kegawatan lain seperti sesak napas, pasien harus di rawat inap di RS.

f. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan TB anak adalah :
- Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat
- Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan
 Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam obat
: INH, Rifampisim dan PZA
 Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk
mencegah terjadinya relap : menggunakan 2 macam obat : INH &
RIF
- Mencegah terjadinya resistensi kuman TB

1. ISONIAZIDA (H)

Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Isoniazida 100 mg dan 300
mg / tablet Nama lain Isoniazida : Asam Nicotinathidrazida; Isonikotinilhidrazida; INH
Dosis. Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat badan
sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa sesuai dengan
petunjuk dokter / petugas kesehatan lainnya.
Umumnya dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Dalam kombinasi biasa
dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan 900 mg,
kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat
badan. Atau 20 – 40 mg per kg berat badan sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.
Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif, disebabkan
kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi mendapatkan infeksi. Dapat
digunakan tunggal atau bersama-sama dengan antituberkulosis lain.
Kontraindikasi. Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau reaksi adversus,
termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, tiap etiologi : kehamilan(kecuali
risiko terjamin).
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam hari pertama
pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang
diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
Dinamika/Kinetika Obat. Pada saat dipakai Isoniazida akan mencapai kadar plasma puncak
dalam 1 – 2 jam sesudah pemberian peroral dan lebih cepat sesudah suntikan im; kadar
berkurang menjadi 50 % atau kurang dalam 6 jam. Mudah difusi kedalam jaringan tubuh,
organ, atau cairan tubuh; juga terdapat dalam liur, sekresi bronkus dan cairan pleura,
serobrosfina, dan cairan asitik. Metabolisme dihati, terutama oleh karena asetilasi dan
dehidrazinasi(kecepatan asetilasi umumnya lebih dominan ). Waktu paro plasma 2-4 jam
diperlama pada insufiensi hati, dan pada inaktivator ”lambat”. Lebih kurang 75-95 % dosis
diekskresikan di kemih dalam 24 jam sebagai metabolit, sebagian kecil diekskresikan di liur
dan tinja. Melintasi plasenta dan masuk kedalam ASI.
Interaksi. Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, tetapi
mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat
tertentu, mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan
risiko toksis. Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat
terpengaruh oleh isoniazid. Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin, menyebabkan
hepatotoksisitas, antasida dan adsorben menurunkan absopsi, sikloserin meningkatkan
toksisitas pada SSP, menghambat metabolisme karbamazepin, etosuksimid, diazepam,
menaikkan kadar plasma teofilin.
Efek Rifampisin lebih besar dibanding efek isoniazid, sehingga efek keseluruhan dari
kombinasi isoniazid dan rifampisin adalah berkurangnya konsentrasi dari obat-obatan
tersebut seperti fenitoin dan karbamazepin
Efek Samping.
Efek samping dalam hal neurologi: parestesia, neuritis perifer, gangguan penglihatan, neuritis
optik, atropfi optik, tinitus, vertigo, ataksia, somnolensi, mimpi berlebihan, insomnia,
amnesia, euforia, psikosis toksis, perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna,
hiperrefleksia, otot melintir, konvulsi.Hipersensitifitas demam, menggigil, eropsi kulit
(bentuk morbili,mapulo papulo, purpura, urtikaria), limfadenitis, vaskulitis, keratitis.
Hepaotoksik: SGOT dan SGPT meningkat, bilirubinemia, sakit kuning, hepatitis fatal.
Metaboliems dan endrokrin: defisiensi Vitamin B6, pelagra, kenekomastia, hiperglikemia,
glukosuria, asetonuria, asidosis metabolik, proteinurea.
Hematologi: agranulositosis, anemia aplastik, atau hemolisis, anemia, trambositopenia.
Eusinofilia, methemoglobinemia. Saluran cerna: mual, muntah, sakit ulu hati,s embelit.
Intoksikasi lain: sakit kepala, takikardia, dispenia, mulut kering, retensi kemih (pria),
hipotensi postura, sindrom seperti lupus, eritemamtosus, dan rematik.
Peringatan/Perhatian Diperingatkan hati-hati jika menggunakan Isoniazid pada sakit hati
kronik, disfungsi ginjal, riwayat gangguan konvulsi. Perlu dilakukan monitoring bagi
peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita yang mengalami penyakit hati
kronis aktif dan gagal ginjal, penderita berusia lebih dari 35 tahun, kehamilan, pemakaian
obat injeksi dan penderita dengan seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2
mg untuk mencegah reaksi adversus.
Overdosis. Gejala yang timbul 30 menit sampai 3 jam setelah pemakaian berupa mual,
muntah, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan atau halusinasi, tekanan pernafasan dan
SSP, kadang kadang asidosis, asetonurea, dan hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium.
Penanganan penderita asimpatomimetik dilakukan dengan cara memberikan karbon aktif,
mengosongkan lambung, dan berikan suntikan IV piridoksin sama banyak dengan isoniazid
yang diminum, atau jika tidak diketahui, berikan 5 gram suntikan piridoksin selama 30-60
menit untuk dewasa, dan 80 mg / kg berat badan untuk anak anak. Sedangkan penanganan
penderita simpatomimetik, ditangani dengan memastikan pernafasan yang cukup, dan berikan
dukungan terhadap kerja jantung. Jika jumlah Isoniazid diketahui, berikan infus IV piridoksin
dengan lambat 3 – 5 menit, dengan jumlah yang seimbang dengan jumlah isoniazid. Jika
tidak diketahui jumlah isoniazid, berikan infus IV 5 gram piridoksin untuk dewasa dan 80 mg
/ kg berat badan untuk anak anak.

Informasi Untuk Penderita


Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang :
• alergi yang pernah dialami,
• Penggunaan obat lain bila menggunakan Isoniazid ( lihat Interaksi)
Penderita perlu diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari obat ini dan
kemungkinan reaksi yang akan dirasakan , yakni :
• Jika obat dalam bentuk cair seperti sirup, agar menggunakan takaran yang tepat sesuai
petunjuk dalam kemasan obat.
• Obat ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit atau petunjuk
dokter / petugas kesehatan lainnya, dan diupayakan agar tidak lupa. Bila lupa satu hari,
jangan meminum dua kali pada hari berikutnya.
• Dapat dianjurkan menggunakan Vitamin B6 untuk mengurangi pengaruh efek samping.
• Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat badan kepada
petugas,
• Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera minum obat jika
waktunya dekat ke waktu minumk obat seharusnya. Tetapi jika kalau lewat waktu sudah jauh,
dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu/dosis berikutnya.
• Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya
pada pagi hari.
• Jangan makan keju, ikan tuna dan sardin karena mungkin menimbulkan reaksi.
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami kulit gatal, merasakan
panas, sakit kepala yang tidak tertahankan, atau kesulitan melihat cahaya, kurang nafsu
makan, mual, muntah, merasa terbakar, pada tangan dan kaki.
• Menghindari meminum alokhol
• Bagi penderita diabetes, agar diberitahu, sebab dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar
gula dalam air seni yakni hasil palsu.

Penyimpanan Obat Yang Benar


Obat ini harus disimpan :
• Jauh dari jangkauan anak –anak.
• Dihindari dari panas dan cahaya langsung
• Simpan ditempat kering dan tidak lembab
• Untuk sediaan cairan seperti sirup agar tidak disimpan didalam kulkas.
2. RIFAMPISIN

Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg, 450 mg, 600 mg
Dosis Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2 –
3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis lain. Bayi
dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga kesehatan lain berdasarkan atas berat badan
yang diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 – 15 mg
per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg,
150 mg untuk 10 – 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
Indikasi Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan dengan
antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim
bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
Dinamika / Kinetika Obat Obat ini akan mencapai kadar plasma puncak (berbeda beda
dalam kadar) setelah 2-4 jam sesudah dosis 600 mg, masih terdeteksi selama 24 jam.
Tersebar merata dalam jaringan dan cairan tubuh, termasuk cairan serebrosfinal, dengan
kadar paling tinggi dalam hati, dinding kandung empedu, dan ginjal. Waktu paruh plasma
lebih kurang 1,5- 5 jam( lebih tinggi dan lebih lama pada disfungsi hati, dan dapat lebih
rendah pada penderita terapi INH). Cepat diasetilkan dalam hati menjadi emtablit aktif dan
tak aktif; masuk empedu melalui sirkulasi enterohepar. Hingga 30 % dosis diekskresikan
dalam kemih, lebih kurang setengahnya sebagai obat bebas. Meransang enzim mikrosom,
sehingga dapat menginaktifkan obat terentu. Melintasi plasenta dan mendifusikan obat
tertentu kedalam hati.
Interaksi Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi dikurangi
oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid,
meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme kloramfenikol, nikumalon,
warfarin, estrogen,teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat
klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol,
ketokonazol, terbinafin haloperidol, indinafir, diazepam, atofakuon,
betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin, verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat
glukosida jantung, mengurangi efek kostikosteroid, flufastatin. Rifampisin adalah suatu
enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat
tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2
minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi: diantaranya : protease
inhibitor, antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin, fenitoin,
verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam, midazolam, triazolam dan
beberapa obat lainnya.
Efek Samping Efek samping pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit epigastrik,
mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP: letih rasa kantuk, sakit kepala,
ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum, nyeri pada anggota, otot kendor,
gangguan penglihatan, ketulian frekuensi rendah sementara ( jarang). Hipersensitifitas:
demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis,
hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal akut( reversibel). Hematologi:
trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk anemia hemolisis.Intoksikasi lain:
Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan menstruasi, sindrom hematoreal.
Peringatan/Perhatian Keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada anak anak usia
kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan pada : penyakit hati, riwayat
alkoholisma, penggunaan bersamaan dengan obat hepatotoksik lain.
Overdosis Gejala yang kadang kadang timbul adalah mual, muntah, sakit perut, pruritus,
sakit kepala, peningkatan bilirubin, coklat merah pada air seni, kulit, air liur, air mata, buang
air besar, hipotensi, aritmia ventrikular. Pemberian dosis yang berlebih pada Ibu hamil dapat
menyebabkan gangguan pada kelahiran berhubungan dengan masalah tulang belakang ( spina
bifida) Penanganan mual dan muntah dengan memberikan karbon aktif, dan pemberian anti
emetik. Pengurangan obat dengan cepat dari tubuh diberikan diuresis dan kalau perlu
hemodialisa.
Informasi Untuk Penderita
Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang
• alergi yang pernah dialami,
• Penggunaan obat lain bila menggunakan Rifampisin ( lihat Interaksi). Penderita perlu
diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari obat ini dan kemungkinan reaksi
yang akan dirasakan , yakni
• Obat ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit atau petunjuk
dokter / petugas kesehatan lainnya, dan diupayakan agar tidak lupa. Bila lupa satu hari,
jangan meminum dua kali pada hari berikutnya
• Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat badan kepada
petugas,
• Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera minum obat jika
waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi jika kalau lewat waktu sudah jauh,
dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.
• Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya
pada pagi hari.
• Beritahukan kepada dokter / petugas kala sedang hamil, karena penggunaan pada minggu
terakhir kehamilan dapat menyebabkan pendarahan pada bayi dan ibu.
• Beritahukan kepada dokter / petugas kesehatan lain kalau sedang meminum obat lain karena
ada kemungkinan interaksi.
• Obat ini dapat menyebabkan kencing, air ludah, dahak, dan air mata akan menjadi coklat
merah.
• Bagi yang menggunakan lensa kontak ( soft lense), disarankan untuk melepasnya, karena
akan bereaksi atau berubah warna.
• Bagi peminum alkohol atau pernah / sedang berpenyakit hati agar menyampaikan juga
kepada dokter / tenaga kesehatan lain karena dapat meningkatkan efek samping.
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami efek samping berat (
lihat efek samping) beritahukan bahwa sedang meminum Rifampisin kepada petugas
laboratorium atau dokter dan tenaga kesehatan lain karena kadangkadang akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Penyimpanan Obat Yang Benar
Obat ini harus disimpan :
• Jauh dari jangkauan anak –anak.
• Dihindari dari panas dan cahaya langsung
• Simpan ditempat kering dan tidak lembab
• Jangan disimpan obat yang berlebih atau obat yang dibatalkan
penggunaannya.

3. PIRAZINAMIDA
Identitas. Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500 mg/tablet.
Dosis Dewasa dan anak sebanyak 15 – 30 mg per kg berat badan, satu kali sehari. Atau 50 –
70 mg per kg berat badan 2 – 3 kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti
tuberkulosis lainnya.
Indikasi Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis lain.
Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria, hipersensitivitas.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Mekanisme kerja, berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase
yang berasal dari basil tuberkulosa.
Dinamika / Kinetika Obat Pirazinamid cepat terserap dari saluran cerna. Kadar plasma
puncak dalam darah lebih kurang 2 jam, kemudian menurun. Waktu paro kira-kira 9 jam.
Dimetabolisme di hati. Diekskresikan lambat dalam kemih, 30% dikeluarkan sebagai
metabolit dan 4% tak berubah dalam 24 jam.
Interaksi bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan memberikan warna ungu
muda – sampai coklat.
Efek Samping Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, hepatomegali,
ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia sideroblastik, urtikaria. Keamanan
penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan. Hati-hati penggunaan pada: penderita dengan
encok atau riwayat encok keluarga atau diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal
tak sempurna; penderita dengan riwayat tukak peptik.
Peringatan/Perhatian Hanya dipakai pada terapi kombinasi anti tuberkulosis dengan
pirazinamid , namun dapat dipakai secara tunggal mengobati penderita yang telah resisten
terhadap obat kombinasi. Obat ini dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal sehingga
menimbulkan hiperurikemia. Jadi penderita yang diobati pirazinamid harus dimonitor asam
uratnya.
Overdosis Data mengenai over dosis terbatas, namun pernah dilaporkan adanya fungsi
abnormal dari hati, walaupun akan hilang jika obat dihentikan.
Informasi Untuk Penderita
Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang
• alergi yang pernah dialami,
• Penggunaan obat lain bila menggunakan Pirazinamid( lihat Interaksi)
Penderita perlu diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari obat ini dan
kemungkinan reaksi yang akan dirasakan , yakni :
• Obat ini harus diminum sampai selesai sesuai dengan kategori penyakit atau petunjuk
dokter / petugas kesehatan lainnya, dan diupayakan aga tidak lupa. Bila lupa satu hari, jangan
meminum dua kali pada hari berikutnya.
• Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat badan kepada
petugas,
• Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera minum obat jika
waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi jika lewat waktu sudah jauh, dan
dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.
• Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya
pada pagi hari.
• Bagi penderita diabetes, agar diberitahu, sebab dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar
keton dalam air seni yakni hasil palsu.
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika merasakan sakit pada sendi,
kehilangan nafsu makan, atau mata menjadi kuning.
Penyimpanan Obat Yang Benar
Obat ini harus disimpan :
• Jauh dari jangkauan anak –anak.
• Dihindari dari panas dan cahaya langsung
• Simpan ditempat kering dan tidak lembab
• Untuk sediaan cairan seperti sirup agar tidak disimpan didalam kulkas.

4. ETAMBUTOL
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Etambutol-HCl 250 mg, 500
mg/tablet.
Dosis. Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat badan,
satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan pengobatan
lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter juga memberikan 50 mg per kg
berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama
dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan
bayi.
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat lain,
sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko resistensi rendah, obat ni
dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis
optik, gangguan visual.
Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah
resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan
sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic
acid pada dinding sel.
Dinamika/Kinetika Obat. Obat ini diserap dari saluran cerna. Kadar plasma puncak 2-4
jam; ketersediaan hayati 77+ 8%. Lebih kurang 40% terikat protein plasma. Diekskresikan
terutama dalam kemih. Hanya 10% berubah menjadi metabolit tak aktif. Klearaesi 8,6% + 0,8
% ml/menit/kg BB dan waktu paro eliminasi 3.1 + 0,4 jam. Tidak penetrasi meninge secara
utuh, tetapi dapat dideteksi dalam cairan serebrospina pada penderita dengan meningetis
tuberkulosa
Interaksi. Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat menunda dan mengurangi
absorpsi etambutol. Jika dieprlukan garam alumunium agar diberikan dengan jarak beberapa
jam.
Efek Samping Efek samping yang muncul antara lain gangguan penglihatan dengan
penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Gangguan awal
penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus segera dihentikan.
Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit
kepala, disorientasi, mual, muntah dan sakit perut.
Peringatan/Perhatian. Jika Etambutol dipakai, maka diperlukan pemeriksaan fungsi mata
sebelum pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; usia lanjut; kehamilan;
ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan penglihatan Etambutol tidak diberikan
kepada penderita anak berumur dibawah umur 6 tahun, karena tidak dapat menyampaikan
reaksi yang mungkin timbul seperti gangguan penglihatan.
Informasi Untuk Penderita. Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan
tentang
• alergi yang pernah dialami karena etambutol,
• Penggunaan obat lain bila menggunakan Etambutol( lihat Interaksi)
Penderita perlu diberikan informasi tentang cara penggunaan yang baik dari obat ini dan
kemungkinan reaksi yang akan dirasakan, yakni:
• Obat ini diminum dengan makanan atau pada saat perut isi
• Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan perubahan berat badan
kepada petugas,
• Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa segera minum obat jika
waktunya dekat ke waktu minum obat seharusnya. Tetapi jika kalau lewat waktu sudah jauh,
dan dekat ke waktu berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu / dosis berikutnya.
• Minum sesuai jadwal yang diberitahukan oleh dokter atau petugas kesehatan lain misalnya
pada pagi hari.
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami rasa sakit pada sendi,
sakit pada mata, gangguan penglihatan, demam, merasa terbakar. Khusus untuk gangguan
mata dapat menghubungi dokter mata
Penyimpanan Obat Yang Benar
Obat ini harus disimpan :
• Jauh dari jangkauan anak –anak.
• Dihindari dari panas dan cahaya langsung
• Simpan ditempat kering dan lembab

5. STREPTOMISIN

Identitas Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram / vial berupa
serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro Injeksi dan Spuit.
Dosis Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelah dilakukan uji
sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15 mg per kg berat badan
maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 – 30 mg per kg berat badan, maksimum 1,5 gram 2 – 3
kali seminggu. Untuk anak 20 – 40 mg per kg berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari,
atau 25 – 30 mg per kg berat badan 2 – 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih
dari 120 gram.
Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid, Rifampisin, dan
pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan 2 atau lebih obat kombinasi
tersebut.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida lainnya.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang membelah.
Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan
pada RNA ribosomal.
Dinamika / Kinetika Obat Absorpsi dan nasib Streptomisn adalah kadar plasma dicapai
sesudah suntikan im 1 – 2 jam, sebanyak 5 – 20 mcg/ml pada dosis tunggal 500 mg, dan 25 –
50 mcg/ml pada dosis 1. Didistribusikan kedalam jaringan tubuh dan cairan otak, dan akan
dieliminasi dengan waktu paruh 2 – 3 jam kalau ginjal normal, namun 110 jam jika ada
gangguan ginjal.
Interaksi Interaksi dari Streptomisin adalah dengan kolistin, siklosporin, Sisplatin
menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan vankomisin menaikkan ototoksisitas dan
nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan risiko hipokalsemia, toksin botulinum
meningkatkan hambatan neuromuskuler, diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas,
meningkatkan efek relaksan otot yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik
dari neostigmen dan piridostigmin.
Efek Samping Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya
boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
Peringatan/Perhatian Peringatan untuk penggunaan Streptomisin : hati hati pada penderita
gangguan ginjal, Lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam, hentikan obat jika sudah negatif
setelah beberapa bulan. Penggunaan intramuskuler agar diawasi kadar obat dalam plasma
terutama untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal
Informasi Untuk Penderita
Sebelum menggunakan obat ini penderita perlu ditanyakan tentang
• alergi yang pernah dialami,
• apakah dalam keadaan hamil atau tidak, karena ada risiko gangguan pendengaran dan
gangguan ginjal untuk bayi
• Perhatian untuk anak ada kemungkinan mengalami gangguan pendengaran dan ginjal.
• Orang tua ada kemungkinan mengalami gangguan pendengaran danginjal.
• Penggunaan obat lain bila menggunakan Streptomisin (lihat Interaksi) Penderita perlu
diberikan informasi tenang cara penggunaan yang baik dari obat ini, yakni
• Harus disesuaikan dengan berat badan, sehingga perlu diberitahukan berat badan kepada
petugas,
• Harus dipakai setiap hari ( atau berdasarkan petunjuk dokter) diupayakan datang ke petugas
untuk di suntik pada jam yang sama.

Penyimpanan Obat Yang Benar


Obat ini harus disimpan :
• Dihindari dari panas dan cahaya langsung
• Jangan disimpan obat yang berlebih, obat yang sudah dilarutkan dalam air untuk injeksi
atau obat yang dibatalkan penggunaannya.

PRINSIP PENGOBATAN TB ANAK


- Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya
resistensi terhadap obat
- Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah kadar
kepatuhan pasien.
- Obat diberikan secara teratur tiap hari

OBAT YANG SERING DIGUNAKAN PADA TB ANAK

OBAT SEDIAAN DOSIS DOSIS MAKS ESO


(mg/kg BB)
INH Tablet 100 mg 5 – 15 mg 300 mg Hepatitis,
Tablet 300 mg neuritis perifer
Sirup 10 mg/ml hipersensitif
Rifampicim Kapsul/ kaplet 10 - 15 600 mg Urine/sekret
150,300,450,600 merah hepatitis,
Sirup 20 mg/ml mual flulike
reaction
Pirazinamid Tablet 500 mg 25 – 35 2g Hepatitis
hipersensitif
Etambuzol Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika
ggn visus /warna
ggn saluran
cerna
Streptomisin Injeksi 15 - 40 1 gram Ototoksis
nefrotokis

Kartikosteroid :
- Sebagai anti inflamasi digunakan predison oral dengan dosis 1 – 2 mg
/kgBB/kari selama 4 minggu kemudian dilakukan tapering of selama 2 minggu
- Indikasi pemberian :
 TB.milier
 Meningitis TB
 Pleuritis TB dg efusi

PEMANTAUAN HASIL PENGOBATAN


a. Pengawasan terhadap respon pengobatan. Perhatikan perbaikan klinik,
aktivitas, nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra
torakal diamati perbaikan yang terjadi.Respon klinis yang baik terhadap terapi
mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan
semua keluhan awal. Nafsu makan membaik, berat badan meningkat dengan
cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak merasa sakit.Respon
yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase intensif)
b. Pengawasan terhadap komplikasi
c. Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak.
Neuritis perifer, gangguan Nervus VIII, gangguan penglihatan, gejala
hepatotoksik
d. Pengamatan terhadap perbaikan gambaran laboratorium darah.Pemeriksaan
kimia darah atas indikasi
e. Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir pengobatan
f. Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.

PENCEGAHAN TUBERKULOSIS ANAK


1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang ditujukan
terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa
TB anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya menjadi TB dewasa dan akan
menjadi sumber penularan
2. Vaksinasi BCG
3. Khemoprofilaksis primer maupun sekunder
4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan
5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini
6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan

7. Komplikasi
Limfadenitis, meningitis, osteomielitis, arthtritis, enteritis, peritonitis, penyebaran ke
ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat terjadi. Bayi yang dilahirkan dari orang tua yang
menderita tuberkulosis mempunyai risiko yang besar untuk menderita tuberkulosis.
Kemungkinan terjadinya gangguan jalan nafas yang mengancam jiwa harus dipikirkan pada
pasien dengan pelebaran mediastinum atau adanya lesi pada daerah hilus.

8. Prognosis

Pada pasien dengan sistem imun yang prima, terapi menggunakan OAT terkini
memberikan hasil yang potensial untuk mencapai kesembuhan. Jika kuman sensitif dan
pengobatan lengkap, kebanyakan anak sembuh dengan gejala sisa yang minimal. Terapi
ulangan lebih sulit dan kurang memuaskan hasilnya. Perhatian lebih harus diberikan pada
pasien dengan imunodefisiensi, yang resisten terhadap berbagai rejimen obat, yang berespon
buruk terhadap terapi atau dengan komplikasi lanjut. Pasien dengan resistensi multiple
terhadap OAT jumlahnya meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena para dokter
meresepkan rejimen terapi yang tidak adekuat ataupun ketidakpatuhan pasien dalam
menjalanin pengobatan.

Ketika terjadi resistensi atau intoleransi terhadap Isoniazid dan Rifampin, angka
kesembuhan menjadi hanya 50%, bahkan lebih rendah lagi. Dengan OAT (terutama
isoniazid) terjadi perbaikan mendekati 100% pada pasien dengan TB milier. Tanpa terapi
OAT pada TB milier maka angka kematian hampir mencapai 100%
DAFTAR PUSTAKA

1. Notohamidjojo S.Setiawan S.Epidemiologi dan Pemberantasan Penyakit TB


Paru.Simposium penanganan TBC masa kini.Pekalongan.1987
2. Rahajoe N. Beberapa Masalah Penanggulangan Tuberkulosis Anak Dalam Praktek
Sehari-hari. Jakarta.Fak.Kedokteran Universitas Indonesia.1987.
3. Trastotenojo MS.Tuberkulosis Anak Dalam Rangka Pemberantasan Tuberkulosis di
Indonesia.Semarang.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK.UNDIP.1989.
4. Gunardi AS.Pemberantasan Penyakit TB Paru di Indonesia.Majalah Kedokteran
Indonesia Indonesia Vol.34 No.2.29 Februari 1984
5. Sutejo R.Rahajoe N.Nastiti,Budiman I.Tuberkulosis Anak.Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI RSCM Jakarta.
6. Rahajoe N.N.Problematik Klinik Tuberkulosis Anak.Majalah Kedokteran Indonesia
Vol.31 No.7 Agustus 1981.
7. Crofton J.Horne N.Miller F.Clinical Tuberculosis.London.Macmillan Press,1992.
8. Eddy Widodo : Tuberkulosis Pada Anak : Diagnosis dan Tata Laksana Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan IDAI Jaya.2003
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia.Standar Pelayanan Medis Anak. Badan Penerbit
IDAI.2004.
10. Pelatihan Manajemen Tuberkulosis Anak.UKK Respirologi PP.IDAI.IDAI.Jateng.
2007
11. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO. 2008

Anda mungkin juga menyukai