Anda di halaman 1dari 5

Dinamika Mou KPK Dan UNODC Dalam Menangani Tindak Pidana

Korupsi Di Indonesia

Oleh : Imam Akbarsyah (201010360311122)

United Nations Office On Drugs And Crime (UNODC) adalah salah satu
departemen dari dewan ekonomi dan sosial Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
yang menangani masalah internasional mengenai kejahatan terorganisir,
terorisme, perdagangan manusia dan obat-obatan terlarang yang didirikan pada
tahun 1997. UNODC memiliki fungsi sebagai badan yang mengakomodasi
Negara anggota PBB untuk berkomitmen dan melaksanakan program terhadap
tindak pidana korupsi serta kejahatan transnasional yang ada di dalamnya.1
UNODC membantu negara-negara anggota untuk menggunakan ketentuan-
ketentuan Konvensi dalam mengatasi permasalahan dalam negeri untuk melawan
kejahatan terorganisir, mengadopsi kerangka kerja yang diciptakan untuk bantuan
hukum timbal balik, memfasilitasi kerjasama ekstradisi, kerjasama penegakan
hukum, bantuan teknis dan pelatihan. UNDOC memiliki program mengenai
penguatan aturan hukum dan keamanan, serta penguatan kapasitas institusi
lembaga pemerintahan di Indonesia sebagai bentuk dukungan dalam melawan
korupsi.
Langkah-langkah yang diambil dalam upaya memberantas tindak pidana
korupsi di Indonesia yaitu dengan menetapkan Undang-Undang No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Korupsi, kemudian diamendemen dengan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001, serta Undang-Undang No 15. Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering). Selanjutnya dibentuk pula
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK). Tujuan utama KPK adalah menciptakan sistem good and
clean government (pemerintahan yang baik dan bersih) dari tindakan korupsi di
Indonesia. Dalam melaksanakan wewenangnya KPK berkoordinasi dengan
instansi penegak hukum yang terkait yaitu bekerjasama dengan pihak kepolisian
dan kejaksaan. Tanpa kerjasama dengan kepolisian dan kejaksaan pelaksanaan
pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK tidak akan berjalan dengan
maksimal.
Dalam meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membutuhkan dukungan dan kerja sama
dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Menjalin kerja sama
bilateral dan multilateral dalam pemberantasan korupsi merupakan salah satu

1
http://www.unodc.org/unodc/en/about-unodc/index.html, diakses pada 27 Maret 2014.
wewenang KPK sebagai bagian dari tugas pencegahan sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Atas dasar itu, KPK menjalin kerjasama dengan United
Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), yang merupakan salah satu
departemen dari dewan sosial dan ekonomi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
yang menangani masalah kejahatan terorganisir, tindak pidana korupsi, terorisme,
perdagangan manusia, dan obat-obatan terlarang.
Dengan adanya kerjasama tersebut, menjadi langkah awal dalam upaya
meningkatkan secara signifikan kolaborasi antara KPK dan UNODC untuk
memerangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Penandatanganan kerjasama
UNODC dengan KPK dilakukan di gedung KPK, Jakarta pada 4 Juni 2008.
Dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang disepakati, area kerjasama
yang akan dilakukan antara kedua lembaga ini diantaranya:2
1. Pertukaran informasi dan dokumen sesuai kesepakatan bersama di area
antikorupsi;
2. Advokasi dan program sosialisasi-kampanye kepada publik;
3. Strategi dan program pencegahan korupsi;
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam hal pengembalian aset,
Mutual Legal Assistance (MLA), dan kerjasama internasional
sebagaimana tertuang dalam United Nations Convention Against
Corruption (UNCAC);
5. Menyusun dan melaksanakan secara bersama program-program dan
proyek-proyek kerjasama teknis yang menjadi prioritas dalam
pemberantasan korupsi.
Menjalin kerjasama bilateral maupun multilateral merupakan bagian dari
upaya wewenang KPK sebagai bentuk pencegahan tindak pidana korupsi serta
implementasi MoU KPK dengan UNODC maupun kerjasama internasional
lainnya dalam menangani kasus korupsi di Indonesia. Implementasi yang
dilakukan antara UNODC dan KPK agar dapat mendukung pemerintah dalam
menerapkan kebijakan nasional yang berdasarkan MoU dan Konvensi anti korupsi
yang meliputi: Pertukaran informasi dan dokumen; Advokasi dan program
sosialisasi kampanye kepada publik; Strategi dan program pencegahan tindak
pidana korupsi; Peningkatan kapasitas kelembagaan Menyelenggarakan
kampanye dan seminar anti korupsi, dan Menyukseskan pendidikan anti korupsi.
Selanjutnaya dalam menindaklanjuti konferensi yang telah
diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, delegasi UNODC Indonesia melawat ke
kantor KPK pada tanggal 4 Juni 2008 dalam rangka meningkatkan efektifitas
pemberantasan korupsi di Indonesia. UNODC adalah badan yang ditunjuk PBB
dalam melaksanakan mandat untuk menyukseskan implementasi UNCAC,
2
http;//www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storid=99, diakses pada 27 Maret 2014
konvensi negara-negara di dunia yang dirancang untuk mencegah dan memerangi
korupsi secara komprehensif yang telah dianggap sebagai kejahatan lintas negara.
Momentum tersebut digunakan KPK untuk menjalin kerjasama dengan
UNODC dalam meningkatkan kapasitas KPK untuk memerangi dan memberantas
korupsi di Indonesia. Hingga kedua lembaga tersebut sepakat menandatangani
nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan oleh Wakil Ketua KPK, Mochammad
Jasin dan Perwakilan UNODC untuk wilayah Asia Pasifik, Akira Fujino.3 Maksud
dan tujuan dari kerjasama KPK dengan UNODC adalah kerjasama dalam
pemberantasan korupsi terutama pada peningkatan mutu dalam penanganan
korupsi. Kerjasama KPK dengan UNODC dapat memberikan hasil yang
signifikan, antara lain:
1. Memberikan pemahaman penafsiran bahasa hukum dengan melakukan
petukaran informasi dalam melaksanakan konvensi UNCAC untuk
dapat mengembangkan strategi anti korupsi nasional dalam melakukan
pencegahan melalui serangkaian forum internasional.
2. KPK dapat melakukan sebuah kegiatan bersama dalam mengembangkan
kapasitas kelembagaan untuk dapat melakukan sosialisasi melalui
seminar, talkshow, serta kampanye anti korupsi. Melakukan koordinasi
dan supervisi kepada para akademisi, instansi yang berwenang,
organisasi masyarakat (LSM). Pelaksanakan kegiatan tersebut dapat
meningkatkan penanganan tindak pidana korupsi secara masif untuk
menjalankan program dan proyek secara terpadu yang dilakukan
bersama-sama, menyesuaikan program yang dirumuskan bersama di
lembaga-lembaga pada sektor publik.
Dalam kesepakatan ini, area kerjasama yang akan dilakukan antara kedua
lembaga diantaranya:4 Pertukaran informasi dan dokumen sesuai kesepakatan
bersama di area antikorupsi; Advokasi dan program sosialisasi-kampanye kepada
publik; Strategi dan program pencegahan korupsi; Peningkatan kapasitas
kelembagaan dalam hal pengembalian aset, Mutual Legal Assistance (MLA), dan
kerjasama internasional sebagaimana tertuang dalam United Nations Convention
Against Corruption (UNCAC); Menyusun dan melaksanakan secara bersama
program-program dan proyek-proyek kerjasama teknis yang menjadi prioritas
dalam pemberantasan korupsi.
Fokus utama dalam upaya kerjasama UNODC dengan KPK yaitu
melakukan tindakan pencegahan dalam melawan korupsi dengan meningkatkan
kapasitas negara dan badan anti korupsi, mengembangkan dan
mengimplementasikan kebijakan anti korupsi dengan meningakatkan kapasitas

3
http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=99, diakses pada 27 Maret 2014
4
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/indonesia/overview.html, diakses pada 27 Maret
2014
nasional, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif dari
korupsi di tingkat nasional, meningkatkan integritas dan transparansi system
peradilan korupsi melalui peningkatan kapasitas nasional, dan menjalin kerjasama
dengan masyrakat sipil dalam mensosialisasikan perang terhadap korupsi yang
sesuai dengan konvensi anti korupsi.
Pada tanggal 20 hingga 25 November 2009 UNODC bersama KPK
mengadakan forum diskusi dalam menggalang dukungan mahasiswa seluruh
Indonesia untuk dapat berpartisipasi melawan korupsi, forum itu sendiri diadakan
di Jakarta. Kegiatan tersebut merupakan upaya UNODC dan KPK untuk
menanamkan rasa kepedulian mereka terhadap dampak dari korupsi yang dialami
oleh negara dan masyarakat Indonesia. Diundangnya mahasiswa dalam forum
tersebut dikarenakan kedua lembaga meyakini bahwa suara-suara dari mahasiswa
dapat melakukan perubahan pada negeri ini dalam mewujudkan pemerintahan
yang bersih dari korupsi. Forum dihadiri oleh para delegasi UNODC, KPK,
praktisisi dan staf ahli korupsi serta perwakilan mahasiswa se-Indonesia.
Dalam memperkuat advokasi dan menegakkan supremasi hukum di
Indonesia, sebagai bagian dari kerjasama yang dilaksanakan UNODC dan KPK
dengan meningkatkan kapasitas dan Integritas lembaga peradilan. Pada tahun
2004, UNODC meluncurkan proyek tahap I dalam meningkatkan kapasitas dan
integritas pengadilan di Indonesia dengan melakukan pengamatan dan evaluasi
terhadap lembaga peradilan yang ada pada dua provinsi yaitu Sumatera Selatatan
(Palembang) dan Sulawesi Tenggara (Kendari) sebagai proyek percontohan.
Selanjutnya pada tahun 2008 proyek dikembangkan menjadi poryek tahap II
dengan menambahkan dua provinsi percontohan yaitu Jawa Timur (Surabaya) dan
Provinsi Riau (Riau), sehingga total proyek percontohan menjadi empat provinsi.
Tujuan proyek adalah untuk memperkuat supremasi hukum dan meningkatkan
akses terhadap keadilan di tingkat nasional dan sub-nasional melalui peningkatan
kemampuan dan integritas system peradilan dalam menjamin kepastian hukum di
Indonesia.5
Terhitung mulai dari November 2009 hingga November 2012, UNODC
memberikan program secara terpadu dalam bentuk bantuan teknis, perangkat
lunak (software) dan program pelatihan khusus untuk membangun kapasitas
lembagalembaga anti korupsi kunci dan organisasi non-pemerintah. Unsur-unsur
penting dari proyek meliputi penyediaan perangkat lunak manajemen kasus,
pelatihan khusus dalam melakukan investigasi dan pemulihan asset, memberikan
hibah kepada organisasi-organisasi non-pemerintah untuk melakukan kampanye
anti-korupsi dan untuk mendukung strategi nasional anti korupsi. Peran utama
UNODC yang berada di bawah kerangka program kerja regional untuk Asia

5
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/Projects/2008_05/Strengthening-Judiciary-
Indonesia.html, daikses pada 27 Maret 2014
Timur dan Pasifik adalah untuk mendukung negara-negara mitra dalam memenuhi
kewajiban negara dalam melaksanakan Konvensi PBB melawan Korupsi.
Dalam melakukan pengamatan dan penganalisaan dari masalah yang
diajukan dengan berlandaskan pada sejumlah teori dari pakar Hubungan
Internasional yang dianggap relevan dengan masalah yang diajukan oleh penulis,
maka untuk memudahkan penulis menghubungkan kaitannya dengan Hubungan
Internasional dipakai sebagai interaksi yang melibatkan lebih dari satu negara.
Dalam pembahasan kerangka pemikiran pada penelitian ini, diawali dengan
pengertian Hubungan Internasional yang berkaitan erat dengan segala bentuk
interaksi antara masyarakat negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun warga negaranya. Interaksi antar negara dan bangsa beserta aspek-
aspeknya merupakan unsure dari Ilmu Hubungan Internasional yang saling
mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai kepentingan-kepentingannya.
Tujuan utama dari ilmu Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku
internasional, yaitu perilaku para aktor di dalam arena transaksi internasional.6

6
Mas’oed Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3S.
hlm: 28

Anda mungkin juga menyukai