Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(http://mynewblogpontianak.blogspot.co.id/2016/11/makalah-struktur-organisasi-bank-
syariah.html)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan struktur organisasi dan tujuan organisasi dalam perbankan syariah?
2. Bagaimana organisasi pada kantor pusat dan kantor cabang bank syariah?
3. Apa fungsi dan tugas DPS dan DSN?
4. Bagaimana fungsi pelaksanaan manajemen sumber daya manusia dalam organisasi perbankan
syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Struktur Organisasi Bank Syariah
Secara umum contoh dari struktur organisasi bank syariah sebagai berikut :
Keterangan:
- Rups ( Rapat Umum Pemegang Saham ) / Rapat Anggota
- Dewan Komisaris
Pengawas intern bank syariah, pengarahkan pelaksaan yang dikerjakan oleh direksi supaya tetap
melaksanakan kebijkasaan perseroan dan ketentuan yang ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab
dewan komisaris ialah :
· Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para pemegang saham dalam
memutuskan perumusan kebijaksaan umum yang baru yang diusulkan oleh direksi
untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang.
· Menyelenggarakan rapat umum bagi para pemegang saham untuk pembebasan tugas dan
kewajiban direksi.
· Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan kerja untuk tahun buku baru yang diusulkan
direksi.
· Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan kepada
perusahaan yang jumlahnya melebihi maksimum yang dapat diputuskan direksi.
- Dewan Audit
Fungsi utama dari Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan
fungsi pengawasan terhadap Perseroan. Komite Audit secara berkala mengadakan rapat dengan
Direksi dan jajarannya untuk mengevaluasi kinerja Perseroan serta menyampaikan laporan hasil
evaluasi dalam setiap rapat Dewan Komisaris yang diadakan secara berkala.
- Direksi
Direksi yang terdiri dari seorang direktur utama, yang bertugas dalam memimpin dan
mengawasi kegiatan Bank syariah sehari-hari, sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah
disetujui oleh dewan komisaris dalam RUPS. Tugas dan tanggung jawab direksi adalah:
· Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank syariah untuk masa yang akan
datang yang disetujui oleh dewan komisaris serta disyahkan dalam RUPS agar tercapai tujuan
serta kontinuitas operasional perusahaan.
· Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaandan Rencana Kerja untuk tahun
buku yang baru disetujui oleh dewan komisaris.
· Mengajukan reraca dan laporan laba rugi tahunan serta laporan-laporan berkala lainya kepada
dewan komisaris untuk mendapatkan penilaian.
- Devisi / Urusan
Tugas dari devisi dalam bank syariah adalah menyusun rencana kerja, menopang
kebutuhan organisasi, menciptakan event yang dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan
perbankan.
- Kantor Cabang
Menjalankan kegiatan yang diarahkan oleh managernya sesuai dengan peraturan dan
kebijaksanaan kantor pusat.[3]
[4]
1. Kantor Pusat.
Organisasi kantor pusat adalah kantor dimana semua kegiatan perencanaan sampai
pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak
melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan
jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang- cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa
kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.
Kemudian bank yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib
membentuk unit usaha syariah dikantor pusat bank yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang syariah atau unit syariah, tugas dari usaha unit syariah adalah :
a. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah atau unit syariah.
b. Menempatkan dan mengelola dana yang bersumber dari kantor cabang syariah atau
unit syariah.
c. Menerima dan menata usahakan laporan keuangan dari kantor cabang syariah atau unit
syariah.
d. Melakukan kegiatan lain sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah atau unit
syariah.[8]
2. Kantor Cabang.
Perbankan cabang muncul ketika perusahaan bank ingin melakukan kegiatan pada dua
atau lebih tempat. Cabang- cabang tersebut dikendalikan dari satu lokasi, yang dinamakan kantor
pusat. Kantor cabang mungkin terletak pada kota yang sama, kabupaten yang sama, Negara
bagian yang sama, dan jika diizinkan, diluar Negara bagian bahkan di luar batas nasional. Kantor
pusat dan cabang semua dikendalikan oleh dewan direktur yang sama dan dimiliki oleh
pemegang saham yang sama.
Kegiatan cabang diarahkan oleh managernya sesuai dengan peraturan dan kebijaksanaan
kantor pusat. Walaupun sebagian jasa perbankan merupakan dasar, luas dan jenis yang dilakukan
kantor cabang tidak sama. Kegiatan seperti posisi cadangan wajib dan rekening investasi
dilakukan dikantor pusat.
Organisasi kantor cabang pada dasarnya adalah bawahan dari kantor pusat. Menurut
undang- undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan pada pasal 1 bagian
kelima, kantor cabang adalah setiap kantor bank yang secara langsung bertanggung-jawab
kepada kantor pusat bank yang bersangkutan, dengan tempat usaha yang permanen dimana
kantor cabang tersebut melakukan kegiatannya.
Faktor yang paling penting yang menentukan pertumbuhan perbankan cabang mungkin
sekali perubahan sikap terhadap perbankan cabang, faktor lainnya antara lain pertumbuhan
daerah pinggiran kota, peningkatan kemacetan lalu- lintas di pusat kota, dan perpindahan industri
ke luar dari pusat kota. Bank mengikuti penduduk dan permintaan atas jasa perbankan. Dari
informasi yang ada tentang pendirian izin pembangunan bank baru dan pembentukan cabang.
Kelihatannya badan pengatur memandang cabang baru dengan lebih baik daripada bank unit
yang baru.
Kemudian bank yang sudah membuka unit usaha syariah atau sudah mempunyai kantor
pusat syariah, dapat membuka kantor cabang syariah dengan izin dari gubernur BI, dengan cara:
a. Membuka kantor cabang syariah baru.
b. Mengubah kegiatan usaha kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
menjadi kantor cabang syariah.
c. Meningkatkan status kantor dibawah kantor cabang menjadi kantor cabang syariah.
d. Mengubah kegiatan usaha kantor cabang yang sebelumnya telah membuka unit syariah
menjadi kantor cabang syariah.
e. Meningkatkan status kantor cabang pembantu yang sebelumnya telah membuka unit syariah
menjadi kantor cabang syariah.
f. Membuka kantor cabang syariah baru yang berasal dari unit syariah dari kantor cabang atau
kantor cabang pembantu, dilokasi yang sama atau diluar lokasi kantor cabang atau kantor cabang
pembantu dimana unit syariah berada sebelumnya.
Bank yang membuka kantor cabang syariah wajib menyisihkan modal kerja untuk
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Minimum untuk menutupi biaya operasional awal
dan memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum bagi unit usaha syariah. Bank yang
memiliki kantor cabang syariah wajib memiliki pencatatan dan pembukuan keuangan tersendiri
untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan menyusun laporan keuangan berdasarkan
prinsip syariah dan memasukkan laporan tersebut ke dalam laporan keuangan gabungan.Kantor
bank yang telah mendapat izin pembukaan kantor cabang syariah wajib mencantumkan kata
“kantor cabang syariah” pada setiap penulisan nama kantornya dan dilarang untuk mengubah
kegiatan berprinsip syariah ke konvensional dikantor cabang syariah tersebut. Apabila terjadi
pelanggaran, maka BI akan mencabut izin pembukaan kantor cabang syariah tersebut. Kantor
cabang memiliki beberapa jenis kantor sesuai fungsi dan tugasnya seperti :
a. Kantor cabang penuh.
Kantor cabang penuh merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank paling
lengkap. Dengan kata lain, semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya
kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.
Berdasarkan SK MUI No.Kep 754/II/1999, DSN diberi empat tugas pokok, yaitu:
a. Menumbuh kembangkan penerapan nilai- nilai syariah dalam kegiatan ekonomi pada
umumnya dan keuangan pada khususnya.
b. Mengeluarkan fatwa atas jenis- jenis kegiatan keuangan.
c. Mengeluarkan fatwa atau produk-produk atau jasa keuangan syariah.
d. Mengawasai penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
DSN berwenang, sebagai berikut :
· Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS dimasing- masing lembaga keuangan syariah dan
menjadi dasar tindakan hukum terkait.
· Mengeuarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang seperti departemen keuangan dan Bank Indonesia.
· Memberika rekomendasi dan mencabut rekomendasi nama- nama yang akan duduk sebagai
DPS pada suatu LKS.
· Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan
ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/ lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.
· Memberikan peringatan kepada LKS untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN.
· Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila pelanggaran
tidak diindahkan.
Adapun fungsi dari dewan syariah nasional adalah untuk Mengawasi produk- produk
lembaga keuangan dalam perbankan syariah agar sesuai dengan syariah, Meneliti dan memberi
fatwa bagi produk- produk yang dikembangkan lembaga keuangan syariah, Memberikan
rekomendasi ulama- ulama yang akan ditugaskan sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan
syariah, Memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah, jika terjadi penyimpangan dari
garis panduan yang ditetapkan.[10]
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam organisasi perbankan syariah harusnya memiliki sumber daya manusia ( insani )
yang memahami dasar-dasar syariah dalam keuangan islam, agar terciptanya system keunganan
yang benar-benar valid dengan berasas kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Daftar Pustaka
[1] Sutarto. Dasar Dasar Organisasi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1998.hlm.
313.
[3] http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads.P+4+macam-organisasi-Bank-islam.pdf
[4] http;//Muamalat.ac.id
[5] Al-qur’an dan Terjemahan
[6] Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 1999,
hlm.49
[7] Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta :Gema
Insani, 2003, hlm. 32
[8] Muhammad syafi’I,Op-cit
[9] Muhammad Syafi’i. Op-cit, hlm. 36
[10] Http//;www.mui.com
[11] Muhammad Syakir Sula, Bank Islam dan Asuransi Syariah Konsep Serta Sistem
Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 54
[12] Sutarto, Op-cit. hlm.201
[13] Sutarto. Op-cit. hlm. 55