New Publik Service (Wiwi)
New Publik Service (Wiwi)
dan aturan yang berlaku dengan pancaran hati nurani (accountability). Penerapan
konsep new public service dalam pelayanan publik ini menjadi semakin penting
demokrasi dengan mengajarkan adanya egliter dan persamaan hak diantara warga
negara. Pada model ini kepentinagan publik dirumuskan sebagai hasil dialog dari
beberapa nilai yang ada dalam masyarakat. Kepentingan publik bukan hanya
dirumuskan oleh elit politik tetapi juga secara bersama-sama dengan pengguna
pelayanan publik. Dasar teoritis pelayan publik yang ideal menurut paradigma new
public service yaitu pelayanan publik yang harus responsif terhadap berbagai
kepentingan dan nilai – nilai publik yang ada. Tugas pemerintah darah adalah
kelompok komunitas, hal ini mengandung pengertian bahwa karakter dan nilai yang
terkandung didalam pelayanan publik tersebut harus berisi preferensi nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat. Karakter pelayanan publik juga harus selalu berubah
dari kehendak publik untuk menyusun perangkat hukum dalam rangka membangun
masyarakat. Disamping itu pelayan publik model baru harus bersifat non-
bedakan asal-usul, kesukaan, ras, etnik, agama, dan latar belakang kepartaian. Ini
berarti setiap warga negara diperlakukan secara sama ketika berhadapan dengan
terpenuhi. Hubungan yang terjalin antara birokrat publik dengan warga negara
pemerintah justru menimbulkan banyak masalah bagi publik yang menjadi kliennya.
Sangat masuk akal jika pemerintah kemudian mendapat berbagai stigma negatif.
Jauh dari menjadi bagian dari solusi (a part of solution), pemerintah justru menjadi
bagian dari masalah (a part of problem), bahkan masalah utama dalam proses
terjadi pada era reformasi hanya mengubah strukturnya saja dari bagian
pemerintahan negara RI, sementara kulturnya masih tetap seperti yang lama.
menuju new public service menurut kondisi active citizenship yang menempatkan
karena ada banyak persoalan yang bisa saja menghambat. Persoalan, praktek dan
pemerintah.
(2007:1) dalam laporan Doing Business 2010: Reforming trhough Difficult Times,
diakses kelompok miskin, selain juga menjadi salah satu penyebab ekonomi biaya
tinggi (high cost economy) yang membebani kinerja ekonomi. Dssentralisasi dalam
beberapa hal telah berhasil mendokumentasikan sejumlah inovasi baru daerah yang
dikembangkan pada masa implementasi otonomi daerah. Namun dalam hal lain
masyarakat lokal belum sepenuhnya menikmati desentralisasi yang diberikan ke
daerah.
sangat dipengaruhi oleh hubungan kerabat, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan
agama. Fenomena semacam ini masih marak walaupun telah diberlakukan UU No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN yang secara
Kedua, tidak adanya kepatian biaya dan waktu pelayanan. Ketiga, rendahnya tingkat
yang tidak kondusif yang telah lama mewarnai pola pikir birokrat sejak era kolonial
dahulu. Prosedur dan etika pelayanan yang berkembang dalam birokrasi kita sangat
jauh dari nilai –nilai dan praktik yang menghargai warga bangsa sebagai warga
pelayanan publik, yang dapat dilihat antara lain dalam GBHN yang ingin
mewujudkan birokrasi yang sesuai dengan hati nurani rakyat, dikeluarkannya surat
keputusan MENPAN No. 81/1993 tentang Pedoman Penganugerahan Piala Abdi
Satya-bakti dan Inpres 1/1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan
dampak negatif yaitu pemusatan limbah baik industri, rumah tangga dan kegiatan
persampahan yang berada pada 384 kota di Indonesia. Tercatat meningkat dari 80,2
juta ton/hari pada tahun 2006. Penanganan sampah yang diangkut dan dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebesar 10,4%, dibakar sebesar 24,8 %, hanyut
kurang tepat dan tidak ramah lingkungan . besarnya timbunan sampah yang belum
tidak langsung bagi penduduk perkotaan. Selain menimbulkan bau dan sumber
berbagai penyakit menular, sampah padat mengganggu parit/selokan,
mengakibatkan banjir pada musim hujan , memberi kontribusi terhadap polusi udara
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2007, dari 384 kota
yang menimbulkan sampah mencapai 137.446,32 atau meningkat 71,3 dari tahun
2000 sebesar 80.235,87 ton setiap hari. Penanganan sampah yang diangkut dan
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,4 %, yang dibakar
sebesar 38,7 %, yang dibuang ke sungai 4,2 %, dan tidak tertangani sebear 52,7 %
yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang
kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan belum diterapkannya pendekatan
reduce, reuse dan recycle (3R). Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat
maupun tidak langsung bagi penduduk kota. Dampak langsung dari penanganan
arus air disungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
Berdasarkan data Bank Dunia (2008:2) tampak bahwa pada saat ini
sampah sulit dikelola karena berbagai hal, antara lain : cepatnya perkembangan
operasional pengelolaan sampah, pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak
yang rendah akan mempercepat menjadi sampah, semakin sulitnya mendapat lahan
menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas, sulitnya mencario
kebersihan, serta pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat
New Public Service merupakan paradigma yang relatif masih baru dalam
kajian administrasi negara. New Public Service berakar dari teori demokrasi
kewargaan, model komunitas dan masyarakat sipil, teori organisasi humanis dan
administrasi negara baru serta administrasi negara post modern. New Public Service
opsi. Inti dari paradigma New Public Service adalah mereposisi peran negara dan
Baru dan beberapa negara maju lainnya, tetapi banyak negara berkembang,
termasuk indonesia dan negara miskin, seperti negara-negara di kawasan benua
Afrika yang gagal menerapkan konsep New Public Management karena tidak sesuai
dengan landasan ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya negara yang
bersangkutan. Akhirnya negara tersebut tetap miskin dan tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda kemajuan.
1.284,643 M3 dengan sumber sampah terbesar bersal dari rumah tangga sebesar
535,781,36 M3. Tidak semua sampah dapat diangkut ke TPA setiap harinya, selama
Tabel 1. Timbunan Sampah dan Jumlah Sampah yang Terangkut di Kota Jambi dari
tahun 2001 sampai dengan tahun 2006
terangkut/tahun (M3)
Persentase sampah
yang terangkut (%)
sampah/tahun (M3)
terangkut/hari (M3)
sampah/hari (M3)
Jumlah sampah
Jumlah sampah
Timbunan
Timbunan
Tahun
yang
kota jambi selalu mengalama kenaikan tiap tahun. Jenis dan kualitas sampah juga
Kondisi ini memaksa pemerintah kota Jambi memacu kemampuan untuk mengelola
sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang sebetulnya relatif