Anda di halaman 1dari 27

JOB I

SKALA UKUR

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui & mampu membaca besarnya hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur analog (Ampere Meter, Volt Meter dan Frekuensi Meter).

B. Teori
1. Skala ukur dengan nilai skala maksimum yang berbeda akan mempunyai nilai skala
yang berbeda.
2. Cara menentukan nilai tiap skala ukur dapat digunakan rumus sebagai berikut :
a. Ambil salah satu rentang ukur, misalnya dari 0 ke 10.
b. Hitung jumlah skala pada rentang tersebut.

c. Kemudian hitung nilai skala, dengan rumus : Nilai skala =

C. Alat dan Bahan


1. 3 buah Ampere Meter analog dengan skala yang berbeda.
2. 2 buah Volt Meter analog dengan skala yang berbeda.
3. 2 buah Frekuensi Meter.
4. Alat Tulis.

Gambar I.1 Alat Ukur AVO Meter Analog

Gambar I.2 Skala Ukur pada Ampere Meter, Volt Meter dan Frekuensi Meter
D. Langkah Kerja
1. Lakukan pengamatan secara cermat dengan beberapa kali pengulangan.
2. Catat nilai rentang dan jumlah skala dari setiap alat ukur.
3. Hitung skala ukur sesuai data dan rumus yang ada.

E. Tabel Praktikum
Tabel I.1 Tabel Pengamatan alat ukur Ampere Meter

1
No. Alat Ukur Nilai Rentang Jumlah Skala Skala Ukur
1. Ampere Meter ke-1 2-0=2 5 2 : 5 = 0,4
2. Ampere Meter ke-2 20 - 10 = 10 5 10 : 5 = 2
3. Ampere Meter ke-3 5- 0= 5 10 5 : 10 = 0,5

Tabel I.2 Tabel Pengamatan alat ukur Volt Meter


No. Alat Ukur Nilai Rentang Jumlah Skala Skala Ukur
1. Volt Meter ke-1 100 - 0 = 100 5 100 : 5 = 20
2. Volt Meter ke-2 400 - 200 = 200 10 200 : 10 = 20

Tabel I.2 Tabel Pengamatan alat ukur Frekuensi Meter


No. Alat Ukur Nilai Rentang Jumlah Skala Skala Ukur
1. Frekuensi Meter ke-1 50 – 48 = 2 4 2 : 4 = 0,5
2. Frekuensi Meter ke-2 50 – 47 = 3 6 3 : 6 = 0,5

F. Kesimpulan
1. dari hasil pengamatan pada beberapa alat ukur analog (Ampere Meter, Volt Meter dan
Frekuensi Meter), dapat disimpulkan bahwa setiap alat ukur memiliki skala ukur yang
berbeda.
2. Nilai skala ukur digunakan untuk membaca suatu hasil pengukuran dengan benar,
semakin besar nilai skala ukur maka semakin rendah ketelitian alat ukur tersebut.

JOB II

MEGGER

A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur Megger.
2. Mahasiswa mampu mengukur tahanan isolasi pada kawat instalasi listrik 1 fasa,
transformator dan motor listrik dengan alat ukur Megger.
3. Untuk mengetahui arus bocor yang terdapat pada peralatan listrik.

B. Teori
Insulasi jaringan yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya arus bocor dan akan
menimbulkan percikan api yang bisa mengakibatkan kebakaran. Pengetesan dilakukan
dengan pengukuran tingkat kebocoran jaringan line atau fasa dengan netral dan line dengan
ground. Batas minimum insulasi yang bisa ditolerir untuk pengetesan dengan tegangan 500
VDC adalah 0,5 Mega Ohm, sedangkan dengan tegangan 1000 VDC adalah 1 Mega Ohm.

2
C. Alat dan Bahan
1. Megger Analog
2. Transformator 250 Volt
3. Motor Listrik 3 Fasa
4. Rangkaian Instalasi Listrik 1 Fasa

Gambar II.1 Megger Analog, Transformator 250 V dan Motor Listrik 3 Fasa

Gambar II.2 Rangkaian Instalasi Listrik 1 Fasa


D. Langkah Kerja
1. Cara Megger pada Rangkaian Instalasi Listrik tanpa beban (I = 0) :
a. Hubungkan Megger dengan kawat Fasa dan Netral (F-N) pada Rangkaian Instalasi
Listrik 1 Fasa, lalu tekan tombol pada Megger dan baca nilai tahanan isolasi.
b. Hubungkan Megger dengan kawat Fasa dan Grounding (F-G) pada Rangkaian
Instalasi, lalu tekan tombol pada Megger dan baca nilai tahanan isolasi.
c. Hubungkan Megger dengan kawat Fasa dan Netral-Grounding (N-G) yang
disatukan, lalu tekan tombol pada Megger dan baca nilai tahanan isolasi.
Rumus : Nilai tahanan isolasi (R.Isolasi) minimal = 1000 x tegangan kerja

2. Cara Megger pada Transformator 250 Volt tanpa beban :


a. Hubungkan Megger dengan Lilitan Primer dan Sekunder, berikut urutannya :
(0) A-C ; A-E ; A-F ; A-G ; A-D
B-C ; B-E ; B-F ; B-G ; B-D

Body-A ; Body-B : Body-C ; Body-D


(250) Body-E ; Body-F ; Body-G
b. Tekan tombol pada Megger pada setiap hubungan, lalu baca Nilai Tahanan Isolasi
dari setiap Lilitan Primer dan Lilitan Sekunder pada Transformator 250 V tersebut.

3. Cara Megger pada Motor Listrik tanpa beban :


a. Hubungkan Megger dengan Motor 3 Fasa, berikut urutannya :

3
U-V ; U-Body

V-W ; V-Body

W-U ; W-Body

b. Tekan tombol pada Megger pada setiap hubungan, lalu baca Nilai Tahanan Isolasi
dari setiap Lilitan Primer dan Lilitan Sekunder pada Transformator 250 V tersebut.
E. Tabel Praktikum
Tabel II.1 Tabel Nilai Tahanan Isolasi pada Instalasi Listrik 1 Fasa

No. Hasil Pengukuran (MΩ)


1. F-N 900
2. F-G 600
3. F-(NG) 500

Tabel II.2 Tabel Nilai Tahanan Isolasi pada Motor Listrik 3 Fasa

No. Hasil Pengukuran (MΩ)


1. U-Y 750
2. V-Z 1000
3. W-X 900
4. U-Body 900
5. V-Body 900
6. W-Body 1000

Tabel II.3 Tabel Nilai Tahanan Isolasi pada Trafo 1 Fasa


No Primer Sekunder Hasil Pengukuran (MΩ)

1 220 V 0V 1000

2 220 V 24 V 1000

3 220 V 50 V 700

4 220 V Body 250

5 0V 0V 1000

6 0V 24 V 1000

7 0V 50 V 900

8 0V Body 250

F. Kesimpulan

4
1. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, peralatan listrik tersebut peralatan diatas
memiliki nilai isolasi yang baik karena nilai tahanan isolasinya diatas 0,38 MΩ dan
0,22 MΩ.
2. Semakin besar nilai tahanan isolasi, maka semakin baik instalasi/peralatan listrik.
3. Jika nilai tahanan isolasi sama dengan nol (R.Isolasi = 0), maka hubungan pengkawatan
instalasi atau peralatan listrik tersebut jelek dan dapat menyebabkan hubung singkat.

JOB III

5
PENGUKURAN PENTANAHAN

A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur Megger Tanah atau Earth Tester.
2. Mahasiswa mampu mengukur tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan
kabel dengan menggunakan Megger Tanah atau Earth Tester.
3. Mahasiswa dapat menganalisis pengukuran Megger Tanah atau Earth Tester.

B. Teori
Pentanahan adalah suatu usaha untuk mengadakan hubungan sistem dengan tanah
(bumi) menggunakan penghantar dan elektroda tanah. Fungsi pentanahan, yaitu :
1. Pengadaan hubungan dengan tanah untuk suatu titik penghantar arus dari suatu
sistem.
2. Pengadaan hubungan dengan tanah untuk bangunan yang tidak membawa arus dari
sistem.
3. Pengaman terhadap kemungkinan arus bocor dari sistem instalasi listrik dan
pengaman terhadap kemungkinan sambaran petir.
4. Perbaikan bus dan saluran penghantar netral.
C. Alat dan Bahan
1. Satu Set Earth tester
2. Besi 150 cm (2 buah)
3. Martil
4. Kabel NYA
5. Tang
6. Helm sebagai peralatan pengaman diri
7. Alat Tulis

Gambar III.1 Satu set Earth Tester


D. Langkah Kerja
1. Tentukan lokasi yang akan dibuat pentanahan.
2. Pasang besi 1 (Panjang = 150 cm) dengan kedalaman 25 cm terlebih dahulu.
3. Pasang besi pendek pertama pada jarak 5 meter dari besi 1 (Panjang = 150 cm).
4. Pasang besi pendek kedua pada jarak 10 meter dari besi 1 (Panjang = 150 cm).

6
5. Pasang kabel merah pada besi pendek pertama, kabel kuning pada besi pendek kedua
dan kabel hijau pada besi yang panjangnya 150 cm. Kemudian hubungkan pada Earth
Tester sesuai dengan warna kabel.
6. Ukur dengan skala 2000 Ω dan lihat berapa nilai tahanan tanah pada Earth Tester.
7. Ulangi pengukuran dengan menambah kedalaman besi 1 (Panjang = 150 cm), yaitu
dengan kedalaman 50 cm, 75 cm, 100 cm dan 125 cm. Lihat nilai tahanan tanahnya.
8. Paralelkan besi 1 dengan besi 2 (Panjang = 150 cm), dengan jarak ± 2 meter.
9. Kemudian lakukan pengukuran dengan cara serupa di atas, lihat nilai tahanan tanahnya
pada Earth Tester. Masukkan data hasil pengukuran ke dalam tabel praktikum.

Gambar III.1 Rangkaian Pengukuran Pembumian

E. Tabel Praktikum
Tabel III.1 Tabel Nilai Tahanan Tanah dengan Earth Tester

Kedalaman R (Ω) Tanah R (Ω) Tanah


Besi 1 (P = 150 cm) Besi 1 paralel Besi 2 (P = 150 cm)
Tanah (cm)
200 Ω 2000 Ω 200 Ω 2000 Ω
25 185,2 185 116,2 116
50 135,9 136 50,7 50
75 88,1 88 35,5 35
100 53,3 53 25,5 25
125 49,5 49 22,4 22

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran tahanan tanah di lapangan Nilai Tahanan Tanah dengan Earth
Tester di atas, dapat kami analisa bahwa semakin dalam pemasangan besi (elektroda) maka
nilai resistansi tanah semakin kesil. Jika nilai resistansi tanah masih besar, maka dapat
diperkecil dengan memparalelkan antara besi 1 dan besi 2 (panjang 150 cm). Sebaliknya,
semakin dangkal pemasangan besi maka nilai tahanan tanah semakin besar.

7
JOB IV

LUX METER

A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur Lux Meter.
2. Mahasiswa mampu menggambarkan grafik pengukuran intensitas cahaya lampu.
3. Mahasiswa mengetahui karakteristik dari suatu lampu pada sistem penerangan.

B. Teori
Lux Meter adalah alat untuk mengukur tingkat intensitas cahaya suatu ruangan dan
bekerja dengan sensor cahaya. Dengan Lux Meter kita dapat menghemat ketika akan memilih
8
lampu dan sebagai acuan yang tepat untuk mengganti lampu yang terlalu terang atau terlalu
redup. Lux adalah terminologi untuk menyatakan jumlah sinar yang diterima oleh sebuah
objek seluas 3 kaki persegi pada jarak 1 yard oleh sebuah sumber sinar dengan daya 1 watt.

C. Alat dan Bahan


1. Lux Meter
2. 1 buah Lampu XL 23 W
3. 1 buah Lampu 10 W
4. Alat Tulis

Gambar IV.1 Lux Meter


D. Langkah Kerja
1. Pasang lampu XL pertama (23 W) dan usahakan tidak ada cahaya yang masuk dari luar.
2. Letakkan Lux meter di atas meja kerja atau dipegang setinggi 75 cm dari atas lantai.
3. Layar penunjuk Lux Meter akan menampilkan tingkat pencahayaan pada titik
pengukuran secara otomatis. Catat hasil pengukuran cahaya pada
4. Lakukan pengukuran intensitas cahaya pada lampu XL kedua (18 W) dengan cara yang
sama seperti di atas.
E. Tabel Praktikum
Tabel IV.1 Tabel Data Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya
Lampu 10 W Lampu XL 23 W
No Jarak Hasil Tanpa
Lampu Hasil Hasil Hasil Hasil
(Lux) Alat Ukur Real Alat Ukur Real
1 0 0 10 95
2 25 0 10 95
3 50 0 10 95
4 75 0 8 95
5 100 0 5 85
6 125 0 5 75
7 150 0 5 65
8 175 0 3 55
9 200 0 2 45
10 225 0 0 40
11 250 0 0 35
12 275 0 0 30
13 300 0 0 25

9
F. Kesimpulan
1. Semakin jauh jarak lux meter dari lampu maka semakin kecil nilai intensitas cahaya
yang ditunjukkan. Artinya, semakin besar atau jauh jarak suatu ruangan dari lampu
maka semakin kecil nilai Lux pada lampu.
2. Daya pada lampu akan mempengaruhi nilai lux. Semakin besar daya lampu maka
semakin besar nilai lux lampu.
3. Pemakaian lampu pada suatu ruangan harus disesuaikan dengan luas ruangan, jangan
sampai nilai lux terlalu kecil sehingga ruangan menjadi redup. Begitu sebaliknya, nilai
lux jangan terlalu besar sehingga ruangan menjadi terlalu terang karena pemakaian
energi listrik menjadi boros.

JOB V KALIBRASI VOLTMETER

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menggunakan Volt Meter.
2. Mahasiswa dapat mengukur tegangan dengan menggunakan Volt Meter.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat error dari sekelompok alat ukur Volt Meter.

B. Teori
Volt Meter adalah alat untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian
listrik. Volt Meter terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah
bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar sebagai
anoda dan lempengan tengah sebagai katoda. Ukuran tabung tersebut pada umumnya sekitar
15 x 10 cm (tinggi x diameter).

C. Alat dan Bahan


1. 10 set AVO Meter Analog
2. 1 AVO Meter
3. Sumber Tegangan PLN / Transformator 220 Volt

10
Gambar V.1 AVO Meter dan Transformator 220 Volt

D. Cara Kerja
1. Siapkan 10 set AVO Meter analog.
2. Kalibrasikan masing-masing AVO Meter Analog tersebut.
3. Hubungkan terminal dengan stop kontak AC 220 V.
4. Ukur dengan AVO Meter Digital terlebih dahulu, kemudian catat nilai tegangannya
pada tabel praktikum.
5. Selanjutnya ukur dengan 10 AVO Meter analog (skala 250 dan 1000) secara bergantian.

Gambar V.2 Pengukuran dengan AVO Meter Digital

Volt Meter

Skala Maks. 250

Skala Maks. 1000 Sumber Tegangan AC 220 V

Gambar V.3 Skema Rangkaian Pengukuran dengan AVO Meter Analog

E. Tabel Praktikum
Diketahui : XA = AVO Meter Analaog ; Xd = AVO Meter Digital
Tabel V.1 Hasil Pengukuran AVO Meter dengan Sumber Tegangan 220 Volt
Volt Meter XA Volt Meter XA
(Skala 250) (Skala 1000)
1 219 1 220

11
2 218 2 220
3 210 3 205
4 227 4 220
5 224 5 185
6 167 6 140
7 210 7 220
8 210 8 220
9 219 9 222
10 220 10 220
2072 2124
F. Perhitungan Nilai Error AVO Meter
G. Skala 250

Jadi,

H. Skala 1000

Jadi,

I. Kesimpulan
1. Alat ukur yang memiliki kualitas yang baik dan pengukuran yang akurat adalah alat
ukur yang memiliki tingkat error yang rendah.
2. Semakin besar skala ukur maka semakin tinggi tingkat errornya. Begitu sebaliknya,
semakin kecil skala ukur maka semakin rendah tingkat errornya.

12
JOB VI

PENGUKURAN FAKTOR KERJA (COS )

A. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh faktor kerja pada sistem daya listrik.
2. Mahasiswa mengetahui jenis Kapasitor yang digunakan untuk perbaikan faktor kerja.
3. Mahasiswa mengetahui faktor kerja (COS ) sebelum dan sesudah dipasang kapasitor.
4. Mahasiswa mengetahui kegunaan dari Kapasitor.

B. Teori
Kondensator (Capasitor) merupakan alat yang dapat menyimpan energi di dalam
medan listrik dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
Satuan kondensator disebut Farad, ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai
hingga saat ini.

C. Alat dan Bahan


1. Hioki clamp On.P.HI Tester
2. 2 buah lampu TL masing-masing 40 Watt
3. Kwh meter 1 fasa
4. Papan Istalasi Listrik 1 Fasa
5. 2 buah kapasitor masing-masing 4,5 mikro farad

Gambar VI.1 Hioki clamp On.P.HI Tester, Cos Meter dan Kapasitor.

13
Gambar VI.2 Papan Instalasi Listrik 1 Fasa, Kwh Meter dan Lampu TL

D. Cara Kerja
1. Siapkan papan rangkaian yang telah dirangkai sebelumnya.
2. Pasang lampu TL 40 W tanpa menggunakan kapasitor.
3. Hubungkan kabel dari KWH ke terminal kabel.
4. Hubungkan terminal dengan stop kontak AC 220 V.
5. Lihat nilai faktor kerja (cos ) pada cos meter dan nilai tegangan, arus dan daya pada

Hioki clamp On.P.HI Tester, kemudian catat hasilnya pada tabel praktikum.
6. Kemudian pasang kapasitor yang telah ditentukan dan catat hasilnya.

Gambar VI.3 Pemasangan Peralatan untuk Pengukuran Faktor Kerja (Cos

Gambar VI.4 Skema Pemasangan Kapasitor

14
Gambar VI.4 Pemasangan Cos ke Sumber Tegangan

E. Tabel Praktikum
1. Sebelum dipasang kapasitor
Cos 0,558

= 56,68o
Jadi,
Px = VI sin
= 219,7 x 0,29 x sin 56,68o
Px = 52,48 VAR

No. V I Cos P PA Px = (V I Sin )


1. 218,9 V 0,29 A 0,567
0,036 KW 0,063 KVA 52,48 VAR

2. 107,7 VAR
220,7 V 0,59 A 0,558 0,073 KW 0,128 KVA

2. Sesudah dipasang kapasitor


Cos 0,902

= 25,57o

Jadi,
Px = VI sin
= 219,3 x 0,18 x sin 25,57o
Px = 17,03 VAR

No. V I Cos P PA Px = (V I Sin )

15
1. 219,3 V 0,18 A 0,902
0,902 KW 0,039 KVA 17,03 VAR

2. 30,03 VAR
219,3 V 0,35 A 0,35 0,071 KW 0,078 KVA

F. Kesimpulan
1. Pemasangan kapasitor pada lampu TL dapat memperbaiki faktor kerja (Cos .
2. Bila faktor kerja mendekati satu, maka pemakaian daya akan berkurang atau bisa
dikatakan dapat menghemat penggunaan energi listrik.

JOB VII

PENGKUKURAN KHW METER 1 FASA

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran beban dengan Kwh meter 1 fasa.
B. Teori
Kwh meter merupakan suatu alat ukur yang banyak dipakai baik dilingkungan
perumahan. Perkantoran maupun industry.Alat ukur ini sudah mengalami perkembangan
dalam beberap tahun terakhir.Pada awalnya alat ukur ini digunakan untuk menghitung
pemakaian energy listrik.Namun seiring dengan perkembangan kini data yang diukur
teersebut dapat dikirim ke perusahaan yang bersangkutan.berikut rangkaian kwh meter 1 fasa.

C. Alat dan Bahan


1. 3 lampu pijar
2. Motor induksi 1 fasa
3. Alat ukur hioki 3266
4. Terminal kuningan
5. Papan rangkaian 1 fasa
6. Kwh meter 1 fasa

16
7. Kabel
8. Test pen
9. Tang potong
D. Langkah Kerja
1. Siapkan papan rangkaian yang telah disusun sebelumnya.
2. Pasang Kwh Meter 1 fasa sesuai dengan skema berikut.
3. Hubungkan terminal kabel ke stop konta 220 V Hitung selama 15 Menit.
4. Hitung Jumlah putarannya.
E. Tabel Praktikum

Kwh Meter Nama Beban P = V I Cos

Putaran : 38 Lampu Pijar 25 W V = 281,5 V


Lampu pijar 15 W I = 2,85 A
Kwh=0,048
Motor 373 W Total = 412 Cos = 0,284
W
P = V I Cos =393,6
Kwh = 0,103 W
Kwh = 0,098 W

F.Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa kita dapat semakin besar pembebanan
maka putaran piringan Kwh meter semakin cepat.sebaliknya jika beban kecil maka
putaran pun akan lambat.

17
JOB VIII

KALIBRASI AMPERE METER

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui tingka error pada sekelompok alat ukur ampere meter.
B. Teori
Ampere meter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik.Ampere meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi
untuk mendeteksi arus pada rangkaian yang arusnya kecil.Sedangkan untuk arus yang besar
ditambahkan hambatan shunt.
Ampere meter bekerja sesuai dengan gaya Lorentz gaya magnetis.Arus yang mengalir
pada kumparan yang diselimuti medan magnet akan menimbulkan gaya Lorentz yang dapat
menggerakan jarum ampere meter.Semakin besar arus yanag mengalir maka semakin besar
simpangannya.

C. Alat dan Bahan


1. 1 buah Ampere meter Master
2. 10 buah Ampere meter Analog
3. 1 Resistor 24 ohm
4. 1 buah adaptor tegangan DC 6 V
D. Langkah Kerja
5. Siapkan 10 buah Ampere meter Analog dan 1 buah Ampere meter Master.
6. Ukur beban R 24 ohm dengan 10 ampere meter tadi dengan skala MAX 1.
7. Tegangan Dasar adalah telah ditentukan dengan menggunakan AVOMETER.
E. Tabel Praktikum

No Ampere meter Analog Ampere meter Master


(mA) (mA)

1 47

18
2 46
48
3 43

4 47

5 45
48
6 59

7 49

8 53

9 59

10 67

Jumlah = 515 mA Rata-rata = 51,5 mA

F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa nilai error dari sekelompok ampere
meter tersebut memiliki nilai error 7.3 % sehingga sekolompok alat ukur tersebut bisa
dikatakan kurang baik dan perlu dikalibrasi.

JOB IX

19
KALIBRASI OHM METER

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui tingkat error pada sekelompok alat ukur Ohm meter.
B. Teori
Ohm Meter adalah alat ukur hambatan listrik yaitu daya yang menahan mengalirnya
arus listrik dalam suatu konduktor.Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini
dinyatakan dalam ohm.Alat ohm meter ini menggunakan galvano meter untuk
mengukur besarnya arus listrik yang melewati suatu hambatan listrik. Yang kemudian
dikalibrasikan ke satuan ohm.

C. Alat dan Bahan


1. 1 buah Ohm meter Master
2. 10 buah Ohm meter Analog
3. 1 Resistor Variabel
D. Langkah Kerja
Siapkan 10 buah Ohm meter Analog dan 1 buah Ohm meter Master.
Ukur beban R dengan 10 Ohm meter tadi dengan skala MAX 1.

E. Tabel Praktikum

Skala 1

No Ohm meter Uji Ohm meter Master


(ohm) (ohm)

1 20

2 14 20

3 15

4 15

5 16 20
6 16

7 13

8 14

9 17

10 15

A = 15,5 M =20

Skala 10

20
No Ohm meter Uji Ohm meter Master
(ohm) (ohm)

1 20

2 19 20

3 19

4 19

5 18,5 20
6 18

7 17

8 17

9 19

10 18

A = 18,45 M =20

Nilai Error Skala 1

Nilai Error Skala 10

F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa nilai error dari sekelompok ohm meter
tersebut pada skala 1 nilai errornya sebesar 22,5 % dan untuk skala 10 nilai errornya
sebesar 7,75%.Maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran pada skala 10 lebih baik dari
pada pada skala 1 hal ini dapat dilihat dari selisih nilai ohm meter master dengan nilai
ohm meter uji.

21
JOB X

PENGUKURAN KWH METER 3 FASA

A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengukur dengan Kwh meter 3 fasa.
Mahasiswa mengetahui pengaruh pembebanan pada Kwh Meter 3 fasa
B. Teori
Kwh Meter 3 fasa merupakan suatu alat ukur untuk menghitung pemakaian energy
listrik 3 fasa, biasanya alat ukur ini dipakai baik diperkantoran dan industry.berikut
gambar rangkaian pengukuran pada Kwh 3 fasa.

C. Alat dan Bahan


1. 3 lampu pijar
2. Motor induksi 1 fasa
3. Alat ukur hioki 3266
4. Terminal kuningan
5. Papan rangkaian 1 fasa
6. Kwh meter 1 fasa
7. Kabel
8. Test pen
9. Tang potong

D. Langkah Kerja
8. Siapkan Papan rangkaian yang telah dirangkai sebelumnya.
9. Pasang lampu dan motor induksi 1 fasa.
10. Hubungkan tegangan dari trafo 3 fasa yang tersedia.
11. Hitung jumlah putaran selama 15 Menit, jika pada piringa belum mencapai
titik awal lanjutkan hitungan hingga pringan hitam mencapai titik awal.
E. Tabel Praktikum
Data Dari Nameplate Motor listrik
Daya = 2,2 kW
Frekuensi = 50 Hz

22
Cos = 0,8
V = 220 /380V
I = 9-5,2 A
Putaran = 1420 rpm
S = 0,96 VA

Hasil Pengukuran
Daya = 0,61 kW
Frekuensi 50 Hz
Cos = 0,63
V = 380 Volt
I = 2,5 A
S 0,96 VA
Putaran Kwh selama 15 Menit = 7,5 Putaran
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa nilai error dari sekelompok ohm meter
tersebut pada skala 1 nilai errornya sebesar 22,5 % dan untuk skala 10 nilai errornya
sebesar 7,75%.Maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran pada skala 10 lebih baik dari
pada pada skala 1 hal ini dapat dilihat dari selisih nilai ohm meter master dengan nilai
ohm meter uji.

JOB XI
MERANCANG DAN MEMBUAT TRAFO 1 FASA

23
A. Tujuan
Mahasiswa dapat merancang dan membuat trafo satu fasa.
B. Teori
Transformator (atau yang lebih dikenal dengan nama trafo) adalah suatu alat
elektronik yang memindahkan energy dari satu sirkuit elektronik ke sirkuit lainnya
melalui induksi dari kumparan melalui inti besi. Biasanya dipakai untuk mengubah
tegangan listrik dari tinggi ke rendah dan berarti juga mengubah arus listrik dari rendah
ke tinggi atau disebut dengan trafo Step Down, tetapi ada juga trafo yang dapat mengubah
tegangan listrik dari teganganrendah ke tegangan listrik yang tinggi atau disebut dengan
Trafo Step Up.

C. Alat dan Bahan


1. Alat lilit trafo manual
2. 1 Rol kawat tembaga 0,3
3. 1 rol kawat tembaga 1,3
4. Inti besi I dan E
5. Kertas Prespahn
6. Solder dan timah
7. Dudukan lilitan
8. Gunting
9. Cutter
10. Solasi Kertas
D. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Rancanglah trafo seperti gambar.

3. Menghitung arus trafo yang akan dibuat dengan menggunakan rumus baku.
4. Mulai melilit dari rangkaian primer dan sekunder dengan kawat tembaga yang telah
ditentukan melalui perhitungan.
5. Bungkus kawat lilitan tersebut dengan kertas prespahn.
6. Pasang terminal lift dan solder ujung-ujung kawat primer dan sekunder.
7. Memasang inti besi E kedalam dudukan lilitan.
8. Memasang inti besi I ke sela-sela inti besi E.
9. Pasang rumah trafo.
10. Uji trafo dan isi table berikut.

E. Perancangan Trafo

Vout =…V
I out = …A

24
Daya Total = V x I watt

P=

q =axb
= 3.2 x 3
= 9.6

qef = 0.9 x q
= 0.9 x 9.6
= 8,64

P =

Ukuran Inti Yang Digunakan

a = (pilih yang sesuai)


q =axb

b =

Jumlah Lilitan

 Primer

Ip =

Np =

Np = 1146 + 15% (1146) = 1318 lilitan


Np = 1146 – 15% (1146) = 1261 lilitan
 Sekunder

5,21 lilitan/volt
a. 1,5 V
NS = 5,21 x 1,5 = 7,8  9 lilitan
b. 3 V
NS = 5,21 x 1,5 = 7,8  9 lilitan
c. 4,5 V
NS = 5,21 x 1,5 = 7,8  9 lilitan
d. 6 V

25
NS = 5,21 x 1,5 = 7,8  9 lilitan
e. 12 V
NS = 5,21 x 6 = 31,26  36 lilitan

Ukuran kawat

Is =

d = 1,13 x

d = 1,13 x A

d = 3,29

V (in) I (in) Cos φ V (out)

220 V 0,037 0,99 13.9

220 V 6,8

220 V 5

220 V 3,1

220 V 1.2

220 V 0

XIII. Percobaan Trafo Berbeban

A. Tujuan

Mahasiswa dapat Menguji kinerja Transformator

B. Teori

Daya output pada transformator :


P = V I Cos Φ
Pada transformator bila diberi tegangan tetap, maka daya juga akan tetap sesuai
dengan kemampuan trafo tersebut. Pada kondisi tersebut pada saat beban dinaikan (arus
meningkat), I2R meningkat maka drop tegangan akan meningkat pula, sehingga akan
terjadi penurunan tegangan pada sisi sekunder.

26
C. Alat dan bahan

1. Auto trafo 0-220 V


2. Ampere meter digital/analog
3. Volt meter digital/analog
4. Beban resistif
5. Multi meter
6. Kabel
7. Trafo 1 fasa

D. Langkah Kerja

1. Siapkan peralatan yang diperlukan


2. Lakukan pengukuran R dan L sebelum melakukan percobaan beban nol maupun
berbeban
3. Buat rangkaian seperti gambar

4. Lakukan percobaan dan ambil data sesuai tabel

E. Hasil Percobaan

V (out)
V (in) I (in) Tidak Berbeban I (out) Cos φ
Berbeban

220 0.143 14,4 12,7 3 0.99

F. Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengukuran uji trafo didapat hasil bahwa trafo mengalami drop
tegangan,tetapi tegangan yang dihasilkan masih berada diatas tegangan yang diharapkan
yaitu 12,7 volt dari 12 volt yang diharapkan.

27

Anda mungkin juga menyukai