BAB 1 New PDF
BAB 1 New PDF
i
3.1.2 Penggambaran Model.......................................................................... 19
3.1.3 Simulasi ............................................................................................... 19
3.1.4 Tahap Analisa Data dan Penyelesaian ................................................ 20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
aliran udara swirl sangat berpotensi untuk mesin diesel DI berdiameter kecil
kecepatan tinggi (Kern Y. Kang, 1999).
Aliran udara yang menuju ruang pembakaran sebelumnya akan
melewati intake valve. Pada penelitian ini, akan dibuat pemodelan bentuk
intake valve dengan menambahkan fin ring sirip pada head valve. Dengan
penambahan bentuk model intake valve diharapkan aliran yang melewatinya
menjadi turbulen dan terbentuk swirl pada ruang pembakarannya.
Computational fluid dynamics (CFD) adalah cabang mekanika fluida
yang menggunakan analisis numerik dan struktur data untuk memecahkan
dan menganalisa masalah yang melibatkan aliran fluida. Komputer digunakan
untuk melakukan perhitungan yang diperlukan untuk mensimulasikan
interaksi fluida dengan permukaan yang ditentukan oleh boundary condition.
Dengan menggunakan software CFD kita bisa memvisualisasi
bentuk dari aliran udara yang menuju ruang bakar apakah terjadi turbulensi
atau tidak. Sehingga didapatkan variabel kecepatan aliran fluida, temperature,
dan tekanan dari model model yang dibuat manakah yang lebih optimal untuk
medapatkan bentuk swirl yang diinginkan.
Pengujian secara fisik dirasa tidak memungkinkan dikarenakan akan
memerlukan biaya yang lebih besar dan memakan waktu yang cukup lama
untuk pembuatannya di laboratorium atau bengkel. Jadi, pemodelan intake
valve menggunakan CFD merupakan pilihan metode yang tepat mengingat
kendala yang disebutkan sebelumnya.
Pada proses penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk acuan
atau dasar pembuatan intake valve yang berpengaruh pada proses pembakaran
Mesin yang lebih optimal dan emisi gas buang yang rendah.
2
2) Bagaimana pengaruh penambahan fin ring pada head intake valve
terhadap karakteristik aliran fluida (bentuk aliran, kecepatan,
temperature, dan tekanan)?
3) Bagaimana mensimulasikan aliran udara intake yang melewati intake
valve yang sudah mengalami penambahan fin ring dengan metode CFD?
3
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
4
2.1.1 Jenis Katup
Sumber : http://belajar-otomotif-1.blogspot.co.id/
5
2.2.2 Bagian - Bagian Mekanik Katup dan Kegunaannya
6
c. Sekrup penyetel dan mur pengunci berguna untuk menentukan
penyetelan celah katup, dan menahan duduknya baut penyetel
supaya tidak berubah.
d. Batang penumbuk katup (tappet) terdapat dua macam yaitu:
penumbuk katup mekani tekanan dan penumbuk katup hidrolik.
Gunanya untuk menerima tekanan dari gerak putar nok poros
bubungan dan diteruskan menjadi tekanan lurus kepada katup
tersebut.
e. Pelatuk katup (rocker arm) digunakan pada mesin - mesin
dengan konstruksi katup kepala, katup kombinasi serta over
head camshaft, yang berguna untuk menghantar tekanan dari
batang penumbuk katup dan meneruskan kepada ujung batang
katup.
f. Dudukan katup (valve seat) : sebagai tempat penutupan katup -
katup yang dirapatkan dengan bidang dari katup.
g. Pengangkat katup (valve lifter); berguna untuk menjamin
bekerjanya katup - katup agar dapat menjadi lurus gerakannya
dari batang penumbuk katup tersebut.
7
Gambar 2.3 Geometri valve
Sumber : Internal Combustion Engine Fundamentals (Heywood, 1988)
Untuk low lift (gambar a), area aliran minimum sesuai dengan
kekasaran kerucut melingkar di mana permukaan kerucut antara katup dan
dudukan, yang tegak lurus terhadap dudukan, didefinisikan sebagai area
aliran. Untuk tahap ini:
𝑤
> 𝐿𝑣 > 0……………………………………………
sin 𝛽 cos 𝛽
8
Dan area minimum aliran :
𝐿𝑣
𝐴𝑚 = 𝜋𝐿𝑣 cos 𝛽 (𝐷𝑣 − 2𝑤 + sin 2𝛽) ……………………
2
Dimana :
β = Sudut dudukan valve (°),
𝐿𝑣 = Jarak bukaan katup (mm),
𝐷𝑣 = Diameter kepala katup (diameter bagian luar katup) (mm)
w = Lebar dudukan katup (selisih outside dan inside diameter
dudukan) (mm)
2 1⁄2
𝐷𝑝2 −𝐷𝑠2 2 𝑤
[( ) −𝑤 ] + 𝑤 tan 𝛽 ≥ 𝐿𝑣 > sin 𝛽 cos 𝛽…………
4𝐷𝑚
Untuk high lift (gambar c), area aliran minimum tidak lagi antara
kepala katup dan tempat dudukannya; melainkan area aliran inlet port
dikurangi luas penampang batang katup.. Untuk tahap ini:
2 1⁄2
𝐷𝑝2 −𝐷𝑠2 2
𝐿𝑣 > [( ) −𝑤 ] + 𝑤 tan 𝛽…………
4𝐷𝑚
9
Dan area minimum aliran :
𝜋
𝐴𝑚 = (𝐷𝑝2 − 𝐷𝑠2 ) ……………………
4
Dimana :
𝐷𝑝 = Diameter inlet port (mm),
𝐷𝑠 = Diameter stem valve (mm),
𝐷𝑚 = Diameter rata – rata dudukan katup 𝐷𝑣 − 𝑤) (mm)
Area katup intake dan exhaust valve yang terbuka, sesuai dengan
jenis profil valve-lift yang sama dengan sudut camshaft. Ketiga jenis aliran
yang berbeda ini ditunjukkan pada gambar sebelumnya. Pengangkatan katup
maksimum biasanya sekitar 12 persen dari bore silinder (Heywood, 1988).
10
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida
sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran
partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang
besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran turbulen.
11
2(𝜌′ −𝜌)𝑔ℎ
𝑣1 = 𝐴2 √ 𝜌(𝐴2 −𝐴2 ) ……………………
1 2
2(𝜌′ −𝜌)𝑔ℎ
𝑣2 = 𝐴1 √ 𝜌(𝐴2 −𝐴2 ) ……………………
1 2
𝑄 = 𝐴. 𝑣
Dimana :
V1 = Kecepatan aliran pada permukaan 1 (m/s)
V2 = Kecepatan aliran pada permukaan 2 (m/s)
A1 = Luas penampang 1(m2)
A2 = Luas penampang 2(m2)
h = Beda ketinggian permukaan fluida pd manometer (m)
ρ = Massa jenis fluida pada venturimeter (kg/m3)
ρ’ = Massa jenis fluida pada manometer (kg/m3)
g = Kecepatan gravitasi (m/s2)
12
Gambar 2.7 Aliran swirl pada silinder
Sumber : https://www.quora.com/What-is-tumble-flow-and-what-are-its-effects-
in-combustion-in-IC-engine
8𝑇
𝐶𝑠 = ……………………
ṁ𝑣0 𝐵
Dimana :
𝑇 = Torsi (Nm),
ṁ = Mass flow rate (kg/s),
13
𝑣0 = Kecepatan aliran udara intake (m/s)
𝐵 = Diameter silinder (m),
14
secara menyeluruh terhadap volume kontrol dengan proses
integrasi persamaan diskrit.
3. Post processor
Tahap postprocessor dimana hasil perhitungan
diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan
pola-pola warna tertentu.
15
didapat dari semua variabel yang didefinisikan dan diextrapolasi dari
titik atau sel sebelumnya.
2.5.3 Proses Validasi
Untuk memastikan bahwa metode dan hasil dari simulasi
CFD adalah benar, maka diperlukan proses validasi. Ada 2 proses
dalam validasi yaitu (Anggara, 2012),
1. Konvergensi
Pengaturan persamaan solver control untuk
meminimalisir error pada hasil simulasi. Proses perhitungan atau
disebut sebagai proses iterasi pada tahap flow solver dilakukan
jika semua data kondisi batas telah ditentukan. Banyaknya proses
iterasi berpengaruh terhadap tingkat akurasi yang dapat diperoleh.
Penentuan banyaknya iterasi dipengaruhi oleh tingkat ketelitian
dari model yang telah dibuat. Semakin banyak jumlah grid yang
dipakai dalam pemodelan maka semakin banyak pula iterasi yang
perlu dilakukan untuk perhitungan model tersebut. Proses iterasi
berhenti jika telah mencapai batas konvergensi yang telah
ditentukan. Pada proses ini perhitungan dilakukan hingga menuju
nilai error terkecil atau didapatkan nilai yang konvergen. Kriteria
konvergensi yang digunakan dalam proses iterasi menggunakan
Ansys CFX adalah 10-5.
2. Grid Independence
Suatu merode untuk menentukan titik optimum dari
suatu nilai percobaan. Perlu dipahami bahwa penggunaan jumlah
elemen dalam pemodelan numerik mempengaruhi hasil. Semakin
banyak elemen maka hasil semakin akurat namun waktu running
menjadi semakin lama. Titik optimum adalah titik dimana hasil
menunjukkan kekuratan dengan jumlah elemen seminimum
mungkin.
16
Menurut (Anggara, 2012), grid independence mencapai
posisi optimum apabila selisih perbedaan nilai hambatan antara
suatu jumlah elemen dengan elemen sebelumya kurang dari 2%.
17
BAB 3
METODOLOGI
18
dan ditentukan dengan berbagai pertimbangan, langkah berikutnya
adalah membuat rancangan bentuk model valve yang bersirip yang
akan disimulasikan melalui CFD. Termasuk dalam tahap ini adalah
menghitung dan mengolah data dimensi dan juga koordinat kurva-
kurva bentuk model. Dari satu model tersebut kemudian dibuat
beberapa model dengan variasi dan batasan-batasan lain yang telah
ditetapkan.
3.1.3 Simulasi
Ada tiga tahap dalam proses simulasi CFD yaitu Pre
Processor, Solver,dan Post Processor. Pada tahap Processor, model
diberi inputan berupa parameter-parameter simulasi dan digambarkan
boundary sebagai batasan pada simulasi aliran. Pada tahap ini juga
dilakukan meshing model dan boundary-nya. Setelah proses meshing
selesai maka dilakukan running. Pada proses running ini tidak
menutup kemungkinan terjadi error. Jika error terjadi pada
penggambaran model, maka model harus diperbaiki kembali pada
proses penggambaran. Dan jika error yang terjadi tidak disebabkan
oleh geometri model, maka perbaikan cukup dilakukan pada inpur
parameter simulasi atau meshing-nya saja. Proses selanjutnya yaitu
Solver. Pada tahap Solver ini file result dari proses sebelumnya
diterjemahkan ke dalam persamaan-persamaan sehingga menjadi file
result atau di .res. File result dari running pada proses solver
divisualisasikan melalui tahap Post Processor. Pada tahap ini, gambar
visualisasi aliran dan variabel-variabel dari hasil simulasi dapat
diambil pada tahap ini untuk diolah pada analisa data.
19
Urutan-urutan langkah pengerjan Tugas Akhir ini dapat
dilihat pada diagram alir berikut :
20