Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN FIN RING PADA INTAKE


VALVE UNTUK OPTIMASI SWIRL PADA DIESEL DENGAN
SIMULASI CFD

Nurudin Luqman Arif


NRP. 0314040030

CALON DOSEN PEMBIMBING I


CALON DOSEN PEMBIMBING II

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Batasan Penelitian .................................................................................... 3
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
TINJUAN PUSTAKA ............................................................................................ 4
2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 4
2.2 Penjelasan Umum Katup .......................................................................... 4
2.1.1 Jenis Katup ........................................................................................ 5
2.2.2 Bagian - Bagian Mekanik Katup dan Kegunaannya ......................... 6
2.3 Bukaan Katup ........................................................................................... 7
2.4 Aliran Fluida........................................................................................... 10
2.4.1 Jenis Aliran Fluida .......................................................................... 10
2.4.2 Prinsip Bernoulli ............................................................................. 11
2.4.3 Aliran Swirl pada Turbulensi .......................................................... 12
2.4.4 Pengaruh Turbulensi pada Pembakaran .......................................... 14
2.5 Computational Fluid Dynamics.............................................................. 14
2.5.1 Proses Perhitungan CFD ................................................................. 14
2.5.2 Boundary Condition ........................................................................ 15
2.5.3 Proses Validasi ................................................................................ 16
BAB 3 ................................................................................................................... 18
METODOLOGI .................................................................................................... 18
3.1 Metodologi Penelitian ................................................................................ 18
3.1.1 Tahap Awal ......................................................................................... 18

i
3.1.2 Penggambaran Model.......................................................................... 19
3.1.3 Simulasi ............................................................................................... 19
3.1.4 Tahap Analisa Data dan Penyelesaian ................................................ 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karena semakin pentingnya pembatasan emisi gas buang di masa
depan dan mencari bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, mesin
pembakaran dalam dipaksa terus menerus untuk memperbaiki proses
pembakaran yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan
emisi gas buang mesin.
Hal yang berpengaruh untuk memperbaiki proses pembakaran
tersebut yaitu membentuk aliran udara yang turbulen di dalam ruang bakar.
Sudah banyak diketahui bahwa turbulensi di dalam silinder sebuah mesin
memainkan peran penting dalam menentukan karakteristik pembakaran. Para
peneliti telah berusaha keras memanfaatkan turbulensi dengan mengubah
bentuk ruang bakar dan sistem inlet geometri yang bertujuan untuk
mengurangi emisi gas buang dan mengurangi konsumsi bahan bakar (K.Y.
Kang, 1998).
Swirl adalah pola aliran gerak udara yang mempengaruhi proses
pencampuran dan pembakaran bahan bakar udara di Mesin diesel, tapi juga
memiliki dampak signifikan pada perpindahan panas, kualitas pembakaran,
dan emisi pembakaran. Untuk menghasilkan pola swirl secara efisien banyak
penelitian yang telah dilakukan namun beberapa metode banyak dilakukan
memiliki sedikit banyak kelemahan (Zuoyu Sun, 2010).
Karena mesin empat katup sudah ada banyak digunakan pada desain
mesin diesel DI untuk meningkatkan efisiensi volumetrik, mesin empat katup
banyak diaplikasikan untuk pekerjaan heave-duty. Dengan sistem injeksi saat
ini, Swirl dianggap tidak perlu pada mesin diesel DI yang mumpunyai
diameter bore besar. Namun, dengan kemunculan teknologi injeksi common-
rail, mungkin ada pengembangan baru untuk desain mesin non-swirl apalagi

1
aliran udara swirl sangat berpotensi untuk mesin diesel DI berdiameter kecil
kecepatan tinggi (Kern Y. Kang, 1999).
Aliran udara yang menuju ruang pembakaran sebelumnya akan
melewati intake valve. Pada penelitian ini, akan dibuat pemodelan bentuk
intake valve dengan menambahkan fin ring sirip pada head valve. Dengan
penambahan bentuk model intake valve diharapkan aliran yang melewatinya
menjadi turbulen dan terbentuk swirl pada ruang pembakarannya.
Computational fluid dynamics (CFD) adalah cabang mekanika fluida
yang menggunakan analisis numerik dan struktur data untuk memecahkan
dan menganalisa masalah yang melibatkan aliran fluida. Komputer digunakan
untuk melakukan perhitungan yang diperlukan untuk mensimulasikan
interaksi fluida dengan permukaan yang ditentukan oleh boundary condition.
Dengan menggunakan software CFD kita bisa memvisualisasi
bentuk dari aliran udara yang menuju ruang bakar apakah terjadi turbulensi
atau tidak. Sehingga didapatkan variabel kecepatan aliran fluida, temperature,
dan tekanan dari model model yang dibuat manakah yang lebih optimal untuk
medapatkan bentuk swirl yang diinginkan.
Pengujian secara fisik dirasa tidak memungkinkan dikarenakan akan
memerlukan biaya yang lebih besar dan memakan waktu yang cukup lama
untuk pembuatannya di laboratorium atau bengkel. Jadi, pemodelan intake
valve menggunakan CFD merupakan pilihan metode yang tepat mengingat
kendala yang disebutkan sebelumnya.
Pada proses penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk acuan
atau dasar pembuatan intake valve yang berpengaruh pada proses pembakaran
Mesin yang lebih optimal dan emisi gas buang yang rendah.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan tinjauan masalah di atas, maka diperoleh beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana bentuk pemodelan penambahan fin ring pada head intake
valve sehingga terbentuk aliran fluida yang turbulen?

2
2) Bagaimana pengaruh penambahan fin ring pada head intake valve
terhadap karakteristik aliran fluida (bentuk aliran, kecepatan,
temperature, dan tekanan)?
3) Bagaimana mensimulasikan aliran udara intake yang melewati intake
valve yang sudah mengalami penambahan fin ring dengan metode CFD?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan :
1) Mengetahui bentuk, dimensi, dan konfigurasi model penambahan fin ring
pada head intake valve sehingga terbentuk aliran fluida yang turbulen.
2) Mengetahui pengaruh penambahan fin ring pada head intake valve
terhadap karakteristik aliran fluida.
3) Mengetahui proses simulasi aliran udara intake yang melewati intake
valve yang sudah mengalami penambahan fin ring dengan metode CFD.

1.4 Manfaat Penelitian


1) Sebagai salah satu cara untuk memaksimalkan kinerja dari Mesin diesel.
2) Sebagai sarana informasi untuk pengembangan model intake valve yang
lebih optimal.
3) Sebagai media visualisasi tentang aliran udara di dalam ruang bakar.
4) Sebagai pembelajaran untuk penulis dan instansi yang terkait dengan
permasalahan yang disebut.

1.5 Batasan Penelitian


Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi oleh hal
sebagai berikut :
1) Penelitian ini berfokus pada analisa aliran udara intake terbatas pada fase
hisap.
2) Visualisasi bentuk model intake valve dan aliran fluida dilakukan dengan
software Computational fluid dynamics (CFD).
3) Analisa dilakukan pada four valve DI marine diesel four stroke.
4) Bentuk pemodelan yang dipakai yaitu dengan 4 macam bentuk fin ring
dengan sudut dan konfigurasi yang berbeda.

3
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Berdasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Pratama dengan
judul penelitian “Studi Modifikasi Intake Valve Dengan Penambahan Sirip
Untuk Optimalisasi Swirl Dengan Simulasi CFD”. Pratama melakukan
penelitian simulasi pemodelan penambahan sirip pada intake valve dengan
bantuan CFD untuk memvisualisasi bentuk aliran fluida intake yang lebih
turbulen pada mesin diesel satu silinder. Intake valve dimodifikasi dengan
macam konfigurasi dan sudut yang berbeda sehingga diperoleh aliran fluida
intake yang lebih optimal.
Adapun melakukan penelitian tentang “Research on Swirler for
Intake Induced Swirl in DI Diesel Engine”. Zuoyu Sun melakukan studi
eksperimen tentang swirler pada mesin diesel 4-tak dengan 4-valve untuk
memperbaiki kinerja pembakaran dari mesin tersebut. Untuk menghasilkan
intake swirl secara efisien, Zuoyu Sun mendesain perangkat baru, swirler.
Untuk mempelajari yang karakteristik swirler, Zuoyu Sun membuat
serangkaian tes yaitu steady flow test dan water analog PIV test. Setelah
menganalisa hasil tes, didapatkan pernyataan bahwa swirler menghasilkan
aliran udara intake lebih berputar didalam silinder.

2.2 Penjelasan Umum Katup


Katup yang digunakan pada mesin umumnya yaitu jenis poppet.
Valve poppet (katup) adalah alat untuk membuka dan menutup aliran di
dalam silinder. Katup berfungsi mengatur masuknya aliran udara dan
keluarnya gas buang sisa pembakaran pada mesin.

4
2.1.1 Jenis Katup

Gambar 2.1 Intake valve dan Exhaust valve

Sumber : http://belajar-otomotif-1.blogspot.co.id/

Katup pada silinder terdiri dari 2 jenis yaitu :


1. Katup masuk (intake valve)
Katup masuk biasa diletakkan disaluran pemasukan udara
dari intake manifold. Katup masuk berfungsi sebagai pembuka dan
penutup antara saluran masuk (intake manifold) ke ruang bakar
pada mesin. Untuk membuka dan menutup, katup masuk
digerakkan oleh camshaft. Piring katup dibuat tipis supaya
meringankan beban putaran pada poros bubunganKatup masuk
terbuat dari paduan baja chrom nikel dan biasanya diameter katup
lebih besar daripada katup buang.
2. Katup buang (exhaust valve)
Katup buang biasa diletakkan di saluran pebuangan gas
sisa pembakaran atau biasa disebut exhaust manifold. Katup buang
berfungsi sebagai pembuka dan penutup antara saluran bahan bakar
ke saluran buang kemudian menuju ke muffler. Piring katup dibuat
tebal dari pada katup masuk, supaya tahan panas dan tidak mudah
berubah bentuk. Katup buang terbuat dari paduan baja silicon dan
biasanya diameter katup lebih kecil daripada katup masuk.

5
2.2.2 Bagian - Bagian Mekanik Katup dan Kegunaannya

Gambar 2.2 Mekanisme valve


Sumber : http://belajar-otomotif-1.blogspot.co.id/

Katup (valve) bila diuraikan lagi maka menjadi bagian - bagian:


1. Piring katup memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Sebagai bidang penutup katup berguna untuk merapatkan
penutupan katup dengan dudukan katup.
b. Tebal piring katup sebagai penentu masa pakai dari katup.
c. Diameter piring katup dibuat menurut kebutuhan dari motor
masing - masing.
2. Batang katup berguna untuk tempat kedudukan pegas, pelindung
pegas, cincin pelat, penahan pegas, kunci penahan pegas serta
mendapat tekanan untuk pembukaan dari katup.
a. Pegas katup (valve spring) berguna untuk mengembalikan
kedudukan katup pada waktu katup menutup.
b. Kunci penahan pegas berguna untuk menahan pegas tekan
dengan penahan pegasnya.

6
c. Sekrup penyetel dan mur pengunci berguna untuk menentukan
penyetelan celah katup, dan menahan duduknya baut penyetel
supaya tidak berubah.
d. Batang penumbuk katup (tappet) terdapat dua macam yaitu:
penumbuk katup mekani tekanan dan penumbuk katup hidrolik.
Gunanya untuk menerima tekanan dari gerak putar nok poros
bubungan dan diteruskan menjadi tekanan lurus kepada katup
tersebut.
e. Pelatuk katup (rocker arm) digunakan pada mesin - mesin
dengan konstruksi katup kepala, katup kombinasi serta over
head camshaft, yang berguna untuk menghantar tekanan dari
batang penumbuk katup dan meneruskan kepada ujung batang
katup.
f. Dudukan katup (valve seat) : sebagai tempat penutupan katup -
katup yang dirapatkan dengan bidang dari katup.
g. Pengangkat katup (valve lifter); berguna untuk menjamin
bekerjanya katup - katup agar dapat menjadi lurus gerakannya
dari batang penumbuk katup tersebut.

2.3 Bukaan Katup


Bukaan katup adalah jarak dimana katup diangkat dari posisi
duduknya saat dibuka penuh. Untuk port intake umumnya melingkar, atau
hampir melingkar, dan luas penampang melintang tidak lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk mencapai output daya yang diinginkan. Ukuran katup yang
lebih besar (atau empat katup dibandingkan dengan dua) memungkinkan
aliran udara yang masuk lebih maksimal untuk ukuran silinder yang
ditentukan.

7
Gambar 2.3 Geometri valve
Sumber : Internal Combustion Engine Fundamentals (Heywood, 1988)

Area yang dialiri fluida pada katup tergantung pada pengangkatan


katup dan detil geometrik kepala katup, dudukan, dan batang (stem). Ada tiga
tiga tahap untuk jarak pengankatan katup.

Gambar 2.4 Bukaan valve


Sumber : Internal Combustion Engine Fundamentals (Heywood, 1988)

Untuk low lift (gambar a), area aliran minimum sesuai dengan
kekasaran kerucut melingkar di mana permukaan kerucut antara katup dan
dudukan, yang tegak lurus terhadap dudukan, didefinisikan sebagai area
aliran. Untuk tahap ini:

𝑤
> 𝐿𝑣 > 0……………………………………………
sin 𝛽 cos 𝛽

8
Dan area minimum aliran :
𝐿𝑣
𝐴𝑚 = 𝜋𝐿𝑣 cos 𝛽 (𝐷𝑣 − 2𝑤 + sin 2𝛽) ……………………
2

Dimana :
β = Sudut dudukan valve (°),
𝐿𝑣 = Jarak bukaan katup (mm),
𝐷𝑣 = Diameter kepala katup (diameter bagian luar katup) (mm)
w = Lebar dudukan katup (selisih outside dan inside diameter
dudukan) (mm)

Untuk intermediate lift (gambar b), area aliran minimum sesuai


bidang miring pada frustum dari right circular cone, tetapi permukaan ini
tidak lagitegak lurus terhadap dudukan katup, sudut dasar dari kerucut
meningkat (90 – β)° menuju suatu bentuk silinder 90°. Untuk tahap ini:

2 1⁄2
𝐷𝑝2 −𝐷𝑠2 2 𝑤
[( ) −𝑤 ] + 𝑤 tan 𝛽 ≥ 𝐿𝑣 > sin 𝛽 cos 𝛽…………
4𝐷𝑚

Dan area minimum aliran :


𝐴𝑚 = 𝜋𝐷𝑚 [(𝐿𝑣 − 𝑤 tan 𝛽)2 + 𝑤 2 ]1⁄2 ……………………
Dimana :
𝐷𝑝 = Diameter inlet port (mm),
𝐷𝑠 = Diameter stem valve (mm),
𝐷𝑚 = Diameter rata – rata dudukan katup 𝐷𝑣 − 𝑤) (mm)

Untuk high lift (gambar c), area aliran minimum tidak lagi antara
kepala katup dan tempat dudukannya; melainkan area aliran inlet port
dikurangi luas penampang batang katup.. Untuk tahap ini:

2 1⁄2
𝐷𝑝2 −𝐷𝑠2 2
𝐿𝑣 > [( ) −𝑤 ] + 𝑤 tan 𝛽…………
4𝐷𝑚

9
Dan area minimum aliran :
𝜋
𝐴𝑚 = (𝐷𝑝2 − 𝐷𝑠2 ) ……………………
4

Dimana :
𝐷𝑝 = Diameter inlet port (mm),
𝐷𝑠 = Diameter stem valve (mm),
𝐷𝑚 = Diameter rata – rata dudukan katup 𝐷𝑣 − 𝑤) (mm)

Area katup intake dan exhaust valve yang terbuka, sesuai dengan
jenis profil valve-lift yang sama dengan sudut camshaft. Ketiga jenis aliran
yang berbeda ini ditunjukkan pada gambar sebelumnya. Pengangkatan katup
maksimum biasanya sekitar 12 persen dari bore silinder (Heywood, 1988).

2.4 Aliran Fluida

Gambar 2.5 Jenis aliran fluida


Sumber : https://www.comsol.com/blogs/which-turbulence-model-should-
choose-cfd-application/

2.4.1 Jenis Aliran Fluida


Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan –
lapisan, atau lamina –lamina dengan satu lapisan meluncur secara
lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk
meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan.

10
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida
sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran
partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang
besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran turbulen.

2.4.2 Prinsip Bernoulli


Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika
fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada
aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan
dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada
suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Dalam bentuknya yang
sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan
Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan
(incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida
termampatkan (compressible flow).

Gambar 2.6 Venturimeter


Sumber : https://vinka014.wordpress.com/2011/03/07/hukum-bernoulli-dan-
penerapannya/

11
2(𝜌′ −𝜌)𝑔ℎ
𝑣1 = 𝐴2 √ 𝜌(𝐴2 −𝐴2 ) ……………………
1 2

2(𝜌′ −𝜌)𝑔ℎ
𝑣2 = 𝐴1 √ 𝜌(𝐴2 −𝐴2 ) ……………………
1 2

Dan debit aliran fluida dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑄 = 𝐴. 𝑣

Dimana :
V1 = Kecepatan aliran pada permukaan 1 (m/s)
V2 = Kecepatan aliran pada permukaan 2 (m/s)
A1 = Luas penampang 1(m2)
A2 = Luas penampang 2(m2)
h = Beda ketinggian permukaan fluida pd manometer (m)
ρ = Massa jenis fluida pada venturimeter (kg/m3)
ρ’ = Massa jenis fluida pada manometer (kg/m3)
g = Kecepatan gravitasi (m/s2)

2.4.3 Aliran Swirl pada Turbulensi


Swirl biasanya didefinisikan sebagai rotasi terorganisir pada
sumbu silinder. Swirl dibuat dengan membawa aliran asupan ke dalam
silinder dengan momentum sudut awal. Sementara beberapa kasus
terjadinya swirl akibat gesekan yang terjadi selama putaran mesin,
swirl yang dihasilkan melalui aliran udara intake biasanya berlanjut
melalui proses kompresi, pembakaran, dan ekspansi.

12
Gambar 2.7 Aliran swirl pada silinder
Sumber : https://www.quora.com/What-is-tumble-flow-and-what-are-its-effects-
in-combustion-in-IC-engine

Pada desain mesin dengan ruang bakar jenis bowl-in-piston,


gerakan swirl yang dipasang saat intake secara substansial
dimodifikasi selama kompresi. Swirl digunakan pada mesin diesel dan
beberapa konsep mesin bertingkat untuk mempercepat pencampuran
antara udara induksi dan bahan bakar yang diinjeksikan. Swirl juga
digunakan untuk mempercepat proses pembakaran di SI engine.
Dalam mesin two-stroke digunakan untuk memperbaiki proses
scavenging.
Untuk masing-masing pendekatan ini, koefisien swirl
didefinisikan sebagai untuk membandingkan aliran momentum sudut
dengan momentum aksialnya. Untuk paddle wheel , koefisien swirl
Cs, ditentukan oleh :

8𝑇
𝐶𝑠 = ……………………
ṁ𝑣0 𝐵

Dimana :
𝑇 = Torsi (Nm),
ṁ = Mass flow rate (kg/s),

13
𝑣0 = Kecepatan aliran udara intake (m/s)
𝐵 = Diameter silinder (m),

2.4.4 Pengaruh Turbulensi pada Pembakaran


Dalam praktek banyak ditemui upaya untuk meningkatkan
efektivitas dalam proses pembakaran dan perpindahan kalor dengan
menjadikan aliran fluida dibuat turbulen. Proses pembakaran mesin
diesel akan lebih baik jika pasokan udara ke ruang bakar adalah
turbulen. Turbulensi udara dapat meningkatkan proses campuran
udara-bahan bakar dan mengakibatkan lambat nyala yang lebih baik.
Selain itu juga menghasilkan emisi dan partikel jelaga lebih kecil.
(Wibowo, 2015)

2.5 Computational Fluid Dynamics


CFD adalah metode penghitungan, memprediksi, dan pendekatan
aliran fluida secara numerik dengan bantuan komputer. Aliran fluida dalam
kehidupan nyata memiliki banyak sekali jenis dan karakteristik tertentu yang
begitu kompleks, CFD melakukan pendekatan dengan metode numerasi serta
menggunakan persamaan-persamaan fluida.
2.5.1 Proses Perhitungan CFD
Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3 bagian
utama:
1. Preposessor
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput mulai dari
pendefinisian domain serta pendefinisan kondisi batas atau
boundary condition. Ditahap itu juga sebuah benda atau ruangan
yang akan analisa dibagi-bagi dengan jumlah grid tertentu atau
sering disebut juga dengan meshing.
2. Processor / Solver
Pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data
input dengan persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya
penghitungan dilakukan hingga hasil menuju error terkecil atau
hingga mencapai nilai yang konvergen. Penghitungan dilakukan

14
secara menyeluruh terhadap volume kontrol dengan proses
integrasi persamaan diskrit.
3. Post processor
Tahap postprocessor dimana hasil perhitungan
diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan
pola-pola warna tertentu.

Gambar 2.8 Proses perhitungan simulasi CFD


Sumber : https://fauzanahmad.wordpress.com/

2.5.2 Boundary Condition


Boundary conditions adalah kondisi dari batasan sebuah
kontrol volume tersebut. Dalam analisa menggunakan CFD seluruh
titik dalam kontrol volume tersebut di cari nilainya secara detail,
seperti yang telah di jelaskan di awal bab ini, dengan memanfaatkan
nilai-nilai yang telah diketahui pada boundary conditions. Secara
umum boundary conditions terdiri dari dua macam, inlet dan oulet.
Inlet biasanya didefinisikan sebagai tempat dimana fluida
memasuki domain (control volume) yang ditentukan. Berbagai
macam kondisi didefinisikan pada inlet ini mulai dari kecepatan,
komposisi, temperatur, tekanan, laju aliran. Sedangkan pada outlet
biasanya didefinisikan sebagai kondisi dimana fluida tersebut keluar
dari domain atau dalam suatu aplikasi CFD merupakan nilai yang

15
didapat dari semua variabel yang didefinisikan dan diextrapolasi dari
titik atau sel sebelumnya.
2.5.3 Proses Validasi
Untuk memastikan bahwa metode dan hasil dari simulasi
CFD adalah benar, maka diperlukan proses validasi. Ada 2 proses
dalam validasi yaitu (Anggara, 2012),
1. Konvergensi
Pengaturan persamaan solver control untuk
meminimalisir error pada hasil simulasi. Proses perhitungan atau
disebut sebagai proses iterasi pada tahap flow solver dilakukan
jika semua data kondisi batas telah ditentukan. Banyaknya proses
iterasi berpengaruh terhadap tingkat akurasi yang dapat diperoleh.
Penentuan banyaknya iterasi dipengaruhi oleh tingkat ketelitian
dari model yang telah dibuat. Semakin banyak jumlah grid yang
dipakai dalam pemodelan maka semakin banyak pula iterasi yang
perlu dilakukan untuk perhitungan model tersebut. Proses iterasi
berhenti jika telah mencapai batas konvergensi yang telah
ditentukan. Pada proses ini perhitungan dilakukan hingga menuju
nilai error terkecil atau didapatkan nilai yang konvergen. Kriteria
konvergensi yang digunakan dalam proses iterasi menggunakan
Ansys CFX adalah 10-5.
2. Grid Independence
Suatu merode untuk menentukan titik optimum dari
suatu nilai percobaan. Perlu dipahami bahwa penggunaan jumlah
elemen dalam pemodelan numerik mempengaruhi hasil. Semakin
banyak elemen maka hasil semakin akurat namun waktu running
menjadi semakin lama. Titik optimum adalah titik dimana hasil
menunjukkan kekuratan dengan jumlah elemen seminimum
mungkin.

16
Menurut (Anggara, 2012), grid independence mencapai
posisi optimum apabila selisih perbedaan nilai hambatan antara
suatu jumlah elemen dengan elemen sebelumya kurang dari 2%.

Gambar 2.9 Contoh Grid Independent


Sumber : (Anggara, 2012)

17
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Metodologi Penelitian


Kejelasan metode merupakan salah satu fungsi keberhasilan
penelitian yang menjadi kerangka acuan dalam melaksanakan percobaan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dari
penelitian ini, dimulai dari identifikasi masalah sampai dokumentasi Laporan
Tugas Akhir, serta langkah-langkah dalam simulasi CFD.

3.1.1 Tahap Awal


Pada tahap awal pengerjaan Tugas Akhir ini difokuskan
pada identifikasi dan perumusan masalah yang terkait dengan desain
sirip pada intake valve. Perkembangan terbaru dari penambahan
material berupa sirip yang diharapkan dapat membuat aliran udarayang
masuk pada ruang bakar menjadi turbulan dan swirl. Bertolak darisitu
maka dirumuskan sebuah penelitian simulasi modifikasi bentuk sirip
dengan melalui memvariasikan rasio dan diameter intake. Lift katub
melalui simulasi computer dengan bantuan software CFD.
Pemahaman teori dasar mengenai proses pembakaran mesin
diesel, pemahaman mengenai intake valve, dan segala desain sirip
yang berhubungan dengan tema penelitian dikaji lewat studi literatur
dari textbook, laporan penelitian sebelumnya, jurnal-jurnal, dan
literatur lain yang relevan untuk diajukan acuan sebagai dasar teori.
Selain itu data dan literatur dari internet juga menjadi salah satu aspek
yang cukup penting sebagai sumber informasi up to date.
Selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Data-data
yang diperlukan adalah data dimensi ruang bakar, dimensi sirip yang
telah ada terutama data desain katup yang telah dimodifikasi. Data-
data ini kemudian diolah untuk dijadikan sebagai pembanding dari
desain yang akan dibuat. Dari data-data desain yang telah diperoleh

18
dan ditentukan dengan berbagai pertimbangan, langkah berikutnya
adalah membuat rancangan bentuk model valve yang bersirip yang
akan disimulasikan melalui CFD. Termasuk dalam tahap ini adalah
menghitung dan mengolah data dimensi dan juga koordinat kurva-
kurva bentuk model. Dari satu model tersebut kemudian dibuat
beberapa model dengan variasi dan batasan-batasan lain yang telah
ditetapkan.

3.1.2 Penggambaran Model


Dari pengolahan data dan perhitungan data dimensi maka
didapatkan koordinat tiap model yang didesain untuk model
penggamabaran. Penggambaran model dilakukan dengan bantuan
software desain yang mendukung. Pada penelitian ini penggambaran
model dilakukan dengan bantuan software CFX Build.

3.1.3 Simulasi
Ada tiga tahap dalam proses simulasi CFD yaitu Pre
Processor, Solver,dan Post Processor. Pada tahap Processor, model
diberi inputan berupa parameter-parameter simulasi dan digambarkan
boundary sebagai batasan pada simulasi aliran. Pada tahap ini juga
dilakukan meshing model dan boundary-nya. Setelah proses meshing
selesai maka dilakukan running. Pada proses running ini tidak
menutup kemungkinan terjadi error. Jika error terjadi pada
penggambaran model, maka model harus diperbaiki kembali pada
proses penggambaran. Dan jika error yang terjadi tidak disebabkan
oleh geometri model, maka perbaikan cukup dilakukan pada inpur
parameter simulasi atau meshing-nya saja. Proses selanjutnya yaitu
Solver. Pada tahap Solver ini file result dari proses sebelumnya
diterjemahkan ke dalam persamaan-persamaan sehingga menjadi file
result atau di .res. File result dari running pada proses solver
divisualisasikan melalui tahap Post Processor. Pada tahap ini, gambar
visualisasi aliran dan variabel-variabel dari hasil simulasi dapat
diambil pada tahap ini untuk diolah pada analisa data.

19
Urutan-urutan langkah pengerjan Tugas Akhir ini dapat
dilihat pada diagram alir berikut :

3.1.4 Tahap Analisa Data dan Penyelesaian


Data yang diperoleh dari hasil simulasi kemudian kembali
melalui perhitungan-perhitungan yang hasilnya ditabulasikan dan
dibuat grafik tren hubungan variabel-variabel perancangan. Setelah
analisa dilakukan dari data hasil analisa, dibuat kesimpulan untuk
melihat keseluruhan hasil penelitian. Langkah terakhir dari penelitian
ini adalah pendokumentasian laporan penelitian yang telah dilakukan
(dokumentasi Laporan Akhir).

20

Anda mungkin juga menyukai