Abdul Kadir
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu,
Kendari
Abstract
Tsunami is a natural event that its force and energy potentially damage and destroy structures,
even it can threaten human life. The potential damage caused by the tsunami and the impact has
not been known. Codes that describes procedures for loading on tsunami heve not as many as
seismic codes. Indonesia have not had guidelines or standards on tsunami. As a result, many
structures built primarily located near the coastline have not accommodate the risk of failure due
to the tsunami. This paper aims to outline the mechanisms and forces of tsunami waves and its
effects on reinforced concrete buildings as well as to discibe some important steps to prevent
failure on reinforced concrete structures in the zones prone to tsunami.
Abstrak
Tsunami merupakan peristiwa alam yang gaya dan energinya berpotensi merusak dan
menghancurkan struktur bahkan dapat mengancam keselamat jiwa manusia. Potensi kerusakan
dan dampak akibat tsunami belum banyak diketahui. Code-code yang menguraikan dan mengatur
tata cara pembebanan tsunami belum sebanyak dengan Code-code kegempaan. Indonesiapun
belum mempunyai pedoman maupun standar tsunami. Akibatnya banyak struktur yang dibangun
terutama berlokasi dekat dengan garis pantai belum mengakomodasi resiko kegagalan akibat
tsunami. Tulisan ini menguraikan mekanisme dan gaya-gaya gelombang tsunami, serta pengaruh
dan antisipasinya terhadap keruntuhan bangunan beton bertulang dizona rawan tsunami.
1. Pendahuluan
Dalam satu dekade terakhir terjadi tiga bencana tsunami besar didunia yakni tsunami Aceh
2004, Chili 2010 dan Jepang 2011. Tsunami-tsunami tersebut menimbulkan kerusakan yang masif.
Gerakan erosi yang cepat dan berenergi dahsyat disertai tinggi genangan yang besar menyapu dan
meratakan hampir semua vegetasi dan sebagian besar infrastruktur maupun struktur. Dampaknya
juga menjangkau batas-batas negara. Tsunami juga mengakibatkan gangguan mental dan trauma
mendalam bagi masyarakat dan penduduk yang merasakan langsung dampaknya.
Gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 berkekuatan 9,3 disebabkan
oleh gerakan subduksi pelat India dan mikropelat Burma. Muka air naik sampai 7-10 m. Terasa di
18 negara akan tetapi kerusakan yang luas dan korban jiwa terjadi di 11 negara yakni: Sri Lanka,
India, Thailand, Somalia, Maldives, Malaysia, Myanmar, Tanzania, Seychelies, Bangladesh dan
Kenya. Tsunami tersebut menyebabkan lebih dari 300,000 orang meninggal dan diperkirakan 1,5
juta orang kehilangan tempat tinggal [1].
Email ; kadir12340@yahoo.com
Terakhir tsunami yang terjadi di Jepang yang terjadi pada 11 Maret 2011 dipicu oleh gempa
Tohuku berkekuatan 9 SR. Muka air naik sampai 41 m diatas muka air laut. Diestimasi banyaknya
orang meninggal lebih dari 20,000 dan kerugian yang diderita sebesar $100-500 billion akibat
kerusakan properti, kerusakan dan keruntuhan jalan tol. Dampak kerusakan juga terjadi di
Indonesia, Thailand, India dan Srilangka.[7], [8].
Tulisan ini mengulas gaya-gaya hidrodinamik tsunami dan terapannya pada struktur terutama
pada struktur berlokasi dekat dengan garis pantai dizona yang rawan bencana gempa maupun
tsunami. Tujuan tulisan ini adalah mengurangi dampak terhadap kerusakan struktur, dan
kehilangan nyawa manusia.
Gelombang air yang ditimbulkan cenderung menghasilkan gelombang yang panjang dan
periode getar yang besar sehingga dapat menjalar dengan sangat jauh dengan kehilangan energi
yang kecil. Ketinggian muka air tsunami dari lepas pantai dapat mencapai 7-60 m [11], [12].
Ketinggian dan panjang penjalaran diilustrasikan dengan Gambar 1.
2 2
1 𝑢𝑝
𝐹𝐻𝑆 = 𝜌𝑠 𝑔 (𝑑𝑠 + ) (1)
2 2𝑔
𝐹𝐵 = 𝜌𝑠 𝑔𝑉 (2)
hmaks
FD
hmaks/2
1
𝐹𝐷 = 𝐶𝑑 𝐴𝑢 2 (3)
2
Dimana: Cd = koefisien drag yang tergantung dari bentuk permukaan struktur bernilai 1 dan 2
rekomendasi CCH dan FEMA 55 (2003) untuk tampang bulat, dan 2 untuk kolom persegi dari
rekomendai CCH dan FEMA 55 (2003), A = Luas bidang tegak lurus aliran, dan u = kecepatan
tsunami.
𝑢 = 𝐶√𝑔𝑑𝑠 (4)
FEMA P646 (2008) memberikan persamaan sedikit berbeda dengan FEMA 55 (2003) dalam
menghitung gaya hydrodynamic:
1
𝐹𝐷 = 𝐶𝑑 𝑏(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠 (5)
2
Dimana b = tinggi genangan, (hu2)maks = momentum flux perunit masaa dihitung dengan
menggunakan persamaan;
𝑍 𝑍 2
(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑔𝑅2 (0,125 − 0,235 + 0,11 ( ) ) (6)
𝑅 𝑅
3.4 Gaya surge (surge force)
Gaya surge merupakan gaya impuls yang dimobilisasi oleh kecepatan gelombang tsunami
dimuka struktur. Besar gaya ini dipengaruhi oleh geometri struktur elemen yang berbenturan
dengan kecepatan aliran tsunami. CCH merekomendasikan persamaan gaya surge perunit panjang
sebagai berikut:
Secara konservatif FEMA P646 (2008) mengusulkan gaya surge sebesar 1,5x FD. Untuk
elemen dinding gaya surge dapat diasumsikan 9 x FHs [12].
𝑑𝑢𝑏 𝑢𝑖
𝐹𝐼 = 𝑚𝑏 =𝑚 (8)
𝑑𝑡 ∆𝑡
Dimana: mb = masa material apung, ub = kecepatan material diasumsikan sama dengan kecepatan
aliran, ui = ub, t = durasi tumbukan diambil sama dengan waktu kontak awal material hanyutan
dengan struktur.
CCH merekomendasikan durasi tumbukan sebesar 0,1 detik untuk struktur beton, sementara
FEMA 55 (2003) memberikan nilai yang berbeda sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Menurut
FEMA 55 (2003) gaya tumbukan merupakan beban titik yang bekerja secara horisonal pada
permukaan aliran atau dibawahnya. Besarnya sama dengan gaya 455 kg material apung yang
termobilisasi bersama arus dan bekerta pada luas bidang 0,092 m2.
Tabel 1. Durasi tumbukan material hanyutan [4]
𝑍
𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 = √2𝑔𝑅 (1 − ) (10)
𝑅
FEMA P646 (2008) mendiskripsikan gaya tumbukan material apung sama dengan FEMA 55
(2003) sebagaimana diilustrasikan dengan Gambar 3.
R
Z datum
4. Kombinasi pembebanan
4.1 Kombinasi untuk gaya-gaya tsunami
Kombinasi beban harus ditinjau untuk memperhitungan pangaruh terburuk terhadap
komponen maupun struktur akibat bekerjanya beban secara bersamaan. Terkadang elemen tertentu
bisa mendapat besaran kombinasi gaya yang berbeda terhadap komponen lainnya dalam satu
struktur. Intensitas dan tingkat resiko komponen dipangaruhi oleh posisi komponen tersebut. Nouri
(2008) mengusulkan kombinasi pembebanan dengan dua skenario yang terpisah yakni 1) beban-
beban awal tumbukan dan 2) beban-beban pasca tumbukan sebagaimana dintunjukkan dengan
Gambar 4.
FI FI
FD
h FS ds
FHS FHS
FB
(a) (b)
Gambar 4. Kondisi pembebanan; (a) sebelum tumbukan; (b) pasca tumbukan [10]
Dari skenario tahapan beban, kombinasi beban dinyatakan dengan:
1. Beban surge (FS) + beban tumbukan (FI)
2. Beban hydrodynamic (FD) + beban tumbukan (FI) + gaya angkat (FB)
FEMA P646 (2008) merekomendasikan kondisi dan kombinasi pembebanan sebagai berikut:
Gaya tumbukan bekerja dengan durasi yang singkat dan diasumsikan bekerja pada satu
komponen struktur.
Walaupun tumbukan dapat tejadi secara beruntun dua kali atau lebih tetapi dalam
hitungan hanya digunakakan satu tumbukan saja.
Gaya hydrodynamic bekerja pada semua elemen yang dilintasi gelombang tsunami.
Gaya surge atau impuls hanya bekerja ketika terdapat material apung pada muka
gelombang.
Jika tidak terdapat material angkutan maka kombinasi beban :
Gaya tumbukan (FI) + Gaya hydrodynamic (FD)
Komponen maupun struktur harus didesain tahan terhadap kombinasi gaya tumbukan dan
gaya-gaya lainnya selain gaya surge (impuls)
Z= 7m R = 12 m
MSL Datum
4,8
6,0 15,6
4,8
(1100)(1,25)(0.5(6 + 4.8))(14,007)2
𝐹𝐷 = = 728,378 𝑘𝑁/𝑚
2
Menurut CCH;
(1100)(1,5)(0.5(6 + 4.8))(5)2
𝐹𝐷 = = 111,375 𝑘𝑁/𝑚
2
Menurut FEMA P646 (2008);
𝑍 𝑍 2
(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑔𝑅2 (0,125 − 0,235 + 0,11 ( ) ) = 99,552 𝑚3 ⁄𝑑𝑡 2
𝑅 𝑅
1
𝐹𝐷 = 𝐶𝑑 𝑏(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠
2
(1100)(2)(0.5(6 + 4.8))(99,552)
𝐹𝐷 = = 118,268 𝑘𝑁/𝑚
2.5
Menurut CCH;
𝑢𝑖 5
𝐹𝑖 = 𝑚 = (455) ( ) = 22,7 𝑘𝑁
∆𝑡 0,1
𝑧 7
𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 = √2𝑔𝑅 (1 − ) = √2𝑔(15,6) (1 − ) = 12,989𝑚/𝑑𝑡
𝑅 15,6
𝐹𝐼 = 𝐶𝑚 𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 √𝑘𝑚
Hasil-hasil hitung beberapa metode atau Code dan kombinasinya disajikan kembali dalam
Tabel 4 dan 5. Beban merata bekerja sepanjang tinggi genangan dan beban titik bekerja pada
permukaan genangan = 5m
Tabel 4. Gaya tsunami (hasil hitungan)
Code Beban
Hydrodynamic (kN/m) Impuls (kN/m) Tumbukan (kN)
CCH 111,375 1311,107 22,7
FEMA 55 (2003) 728,378 1311,107 21,244
FEMA P646 (2008) 118,268 178,021 874,165
6. Kesimpulan
Walaupun peristiwa gelombang tsunami sangat jarang terjadi akan tetapi dampak yang
ditimbulkan sangat masif dan meluas. Menyadari akan resiko bencana tsunami terutama daerah
pantai pada zona-zona yang rawan terhadap bencana maka bangunan gedung: 1) harus tahan
terhadap gaya-gaya tsunami, 2) struktur gedung terbuka atau struktur dengan dinding-dinding yang
muda rusak saat terjadi gempa dan tsunami, agar gaya-gaya dapat terkurangi, 3) struktur daktail
dan mode keruntuhannya adalah keruntuhan sebagian struktur saja tanpa roboh, 4) menggunakan
pondasi pancang untuk menghindari scouring, pergeseran dan penggulingan struktur akibat gaya-
gaya hydrodynamic. Keberadaan bangunan pelindung atau pemecah gelombang juga harus
dipertimbangkan untuk mereduksi dan melindungi bangunan pantai dari hantaman langsung
gelombang tsunami.
Daftar pustaka
[1] Ghobarah, A., Saatcioglu, M., dan Nistor, I. The Impact of the 26 December 204 Earthquake
and Tsunami on Structures and Infrastrutures. Engineering Structures, pp.312-326; 2006.
[2] Chock, G., Robertson, I., Carden, L., dan Yu, G. Tohoku Tsunami-Induced Building Damage
Analysis Including the Contribution of Earthquake Resistant Design to Tsunami Resiliece of
Multi-Story Building. Proceeding of the International Symposium on Engineering Lesson
Learned, Tokyo, Japan; 2012.
[3] Chock, G. ASCE 7 and The Development of a Tsunami Building Code for the U.S.
[4] FEMA. Coastal Costruction Manual, Edisi 3, FEMA 55, Jessup, MD; 2003
[5] FEMA. Guidelines for Design of Structures for Vertical Evacuation from Tsunamis. Edisi 2,
FEMA P646, Applied Technology Council, Washington, DC; 2008
[6] Heintz, J.A., dan Robertson, I.N. Design of Structures for Evacuation from Tsunamis. Solution
to Coastal Disserter Congress, ASCE; 2008
[7] Kharade, A.S., Desai, A.K., dan Kapadiya, S.V. Criticaly of Structural Column when Subjected
to an Impact Load from Water born Debris in Tsunami Event. International Journal of
Engineering, Vol 3., January-February, pp.2015-2023; 2013
[8] Naito, C., Cercone, C., Riggs, H.R., dan Cox, D. Procedure for Site Assessment of the
Potential for Tsunami Debris Impact. Journal of Waterway, Port, Coastal, and Ocean
Engineering © ASCE/March/April,pp.223-232; 2014.
[9] Nistor, I., Palermo, D., Nouri, Y., dan Murty, T. Tsunami-Induced Forced on Structures. Bab
11 dalam Handbook of Coastal and Ocean Engineering; 2010.
[10] Nouri, Y. The Impact of Hydraulic Bores and Debris on Free Standing Structures. M.A.Sc.,
Thesis, Departement of Civil Engineering, University of Ottawa, Ottawa, Canada; 2008.
[11] Palermo, D., dan Nistor, I. Tsunami-Induced Loading on Structurs. STRUCTURE magazine;
2013.
[12] Palermo, D., dan Nistor, I. Understanding Tsunami Risk to Structures: a Canadian
Perspective. The 14th World Conference on Earthquake Engineering, Beijing China; 2008.
[13] Rao, P.K.R., Reddy, S.R.K., dan Rao, K.R.M. Response of Coastal Building Subjected to
Seismic and Tsunami Forces. International Journal of Engineering Science and
Technology, Vol. 11, pp.6195-6203; 2010.
[14] Saatcioglu, M., Ghobarah, A., dan Nistor, I. Performance of Structures in Indonesia during
the December 2004 Great Sumatra Earthquake and Indian Ocean Tsunami. Earthquake
Spectra, Vol. 22, pp.295-319; 2006.
[15] Saatciouglu, M. Performance of Structures during the 2004 Indian Ocean Tsunami and
Tsunami Induced Forced for Structural Design. dalam Earthquake and Tsunamis,
Geotechnical, Geological, and Earthquake Engineering, © Springer; 2009.