Anda di halaman 1dari 12

GAYA TSUNAMI PENGARUHNYA TERHADAP BANGUNAN BETON

Abdul Kadir

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu,
Kendari

Abstract
Tsunami is a natural event that its force and energy potentially damage and destroy structures,
even it can threaten human life. The potential damage caused by the tsunami and the impact has
not been known. Codes that describes procedures for loading on tsunami heve not as many as
seismic codes. Indonesia have not had guidelines or standards on tsunami. As a result, many
structures built primarily located near the coastline have not accommodate the risk of failure due
to the tsunami. This paper aims to outline the mechanisms and forces of tsunami waves and its
effects on reinforced concrete buildings as well as to discibe some important steps to prevent
failure on reinforced concrete structures in the zones prone to tsunami.

Keywords: tsunami, mechanism, force, building, concrete

Abstrak
Tsunami merupakan peristiwa alam yang gaya dan energinya berpotensi merusak dan
menghancurkan struktur bahkan dapat mengancam keselamat jiwa manusia. Potensi kerusakan
dan dampak akibat tsunami belum banyak diketahui. Code-code yang menguraikan dan mengatur
tata cara pembebanan tsunami belum sebanyak dengan Code-code kegempaan. Indonesiapun
belum mempunyai pedoman maupun standar tsunami. Akibatnya banyak struktur yang dibangun
terutama berlokasi dekat dengan garis pantai belum mengakomodasi resiko kegagalan akibat
tsunami. Tulisan ini menguraikan mekanisme dan gaya-gaya gelombang tsunami, serta pengaruh
dan antisipasinya terhadap keruntuhan bangunan beton bertulang dizona rawan tsunami.

Kata kunci: tsunami, mekanisme, gaya, bangunan, beton

1. Pendahuluan
Dalam satu dekade terakhir terjadi tiga bencana tsunami besar didunia yakni tsunami Aceh
2004, Chili 2010 dan Jepang 2011. Tsunami-tsunami tersebut menimbulkan kerusakan yang masif.
Gerakan erosi yang cepat dan berenergi dahsyat disertai tinggi genangan yang besar menyapu dan
meratakan hampir semua vegetasi dan sebagian besar infrastruktur maupun struktur. Dampaknya
juga menjangkau batas-batas negara. Tsunami juga mengakibatkan gangguan mental dan trauma
mendalam bagi masyarakat dan penduduk yang merasakan langsung dampaknya.

Gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 berkekuatan 9,3 disebabkan
oleh gerakan subduksi pelat India dan mikropelat Burma. Muka air naik sampai 7-10 m. Terasa di
18 negara akan tetapi kerusakan yang luas dan korban jiwa terjadi di 11 negara yakni: Sri Lanka,
India, Thailand, Somalia, Maldives, Malaysia, Myanmar, Tanzania, Seychelies, Bangladesh dan
Kenya. Tsunami tersebut menyebabkan lebih dari 300,000 orang meninggal dan diperkirakan 1,5
juta orang kehilangan tempat tinggal [1].

Email ; kadir12340@yahoo.com
Terakhir tsunami yang terjadi di Jepang yang terjadi pada 11 Maret 2011 dipicu oleh gempa
Tohuku berkekuatan 9 SR. Muka air naik sampai 41 m diatas muka air laut. Diestimasi banyaknya
orang meninggal lebih dari 20,000 dan kerugian yang diderita sebesar $100-500 billion akibat
kerusakan properti, kerusakan dan keruntuhan jalan tol. Dampak kerusakan juga terjadi di
Indonesia, Thailand, India dan Srilangka.[7], [8].

Tulisan ini mengulas gaya-gaya hidrodinamik tsunami dan terapannya pada struktur terutama
pada struktur berlokasi dekat dengan garis pantai dizona yang rawan bencana gempa maupun
tsunami. Tujuan tulisan ini adalah mengurangi dampak terhadap kerusakan struktur, dan
kehilangan nyawa manusia.

2. Mekanisme dan penjalarannya


Tsunami adalah gerakan gelombang air laut yang merambat secara radial. Gelombang
tsunami dapat dipicu oleh beberapa faktor geologi yakni: gempa dibawah laut, letusan gunung api
dan rentetan longsor atau amblasnya tanah yang terjadi secara bersamaan. Akan tetapi
kebanyakan peristiwa tsunami diakibatkan oleh aktivitas tektonik yakni patahan secara mendadak
(fault). Patahan tersebut berupa strike slip atau dip-strike slip yang menghasilkan gerakan pelat
secara horisontal atau horisotal dan vertikal. Gerakan ini mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan dan merubah menjadi energi yang
memberikan tekanan terhadap air laut dan bergerak dengan kecepatan tinggi dalam bentuk
gelombang menuju pantai dan daratan. Kecepatan gelombang tsunami dilaut dalam dapat
mencapai beberapa ratus kilometer perjam. Gempa-gempa dengan kekuatan kurang dari 7 SR atau
kedalaman lebih dari 30 km jarang memicu terjadinya tsunami. Gelombang tsunami dapat
menjangkau garis pantai kurang dari 30 menit untuk gempa-gempa dangkat dan kurang dari dua
jam untuk pusat gempa dilaut dalam.

Gelombang air yang ditimbulkan cenderung menghasilkan gelombang yang panjang dan
periode getar yang besar sehingga dapat menjalar dengan sangat jauh dengan kehilangan energi
yang kecil. Ketinggian muka air tsunami dari lepas pantai dapat mencapai 7-60 m [11], [12].
Ketinggian dan panjang penjalaran diilustrasikan dengan Gambar 1.

muka air tinggi kedalaman


pasang genangan genangan
elevasi
Elevasi kenaikan air
elevasi muka genangan
tanah
MSL
Jarak dari tepi tinggi
pantai air naik
Panjang penetrasi tsunami

Gambar 1. Ilustrasi tinggi dan penjalaran gelombang tsunami


3. Gaya-gaya yang ditimbulkan
Ada dua jenis gaya yang ditimbukan dengan gelombang tsunami yang berimplikasi terhadap
pembebanan struktur yakni: 1) tekanan air (hydrostatic, gaya angkat, hydrodinamik dan surge), 2)
pengaruh material apung (floating debris) [15]. Bobot gaya-gaya tersebut terhadap struktur
ditentukan oleh parameter-parameter: kedalaman genangan, kecepatan aliran dan arah aliran.
Kontribusi parameter tersebut terutama dipangaruhi oleh: a) tinggi dan periode gelombang, b)
topografi daerah pantai, c) kekasaran permukaan pantai [12]. Kecepatan aliran air dari amatan
Chock dkk. (2011) di sembilan lokasi (Jepang) menggunakan vidio pada tsunami Jepang berkisar
5 – 8 m/d.

3.1 Gaya hidrostatik


Gaya hidrostatik merupakan gerakan air yang relatif lemah atau diam yang bekerja tegak
lurus pada sisi basah struktur. Gaya perunit panjang menurut City and Country of Honolulu
Building Code (CCH);

2 2
1 𝑢𝑝
𝐹𝐻𝑆 = 𝜌𝑠 𝑔 (𝑑𝑠 + ) (1)
2 2𝑔

Dimana: ρs = massa jenis air laut, g = percepatan gravitasi, ds = kedalaman genangan, up =


komponen kecepatan.

3.2 Gaya angkat (buoyant force)


Gaya angkat adalah gaya vertikal melalui pusat masa badan struktur. Besarnya sama dengan
volume air yang dipindahkan oleh badan struktur tersebut dan dihitung dengan sebagai berikut:

𝐹𝐵 = 𝜌𝑠 𝑔𝑉 (2)

Dimana: V = volume air yang dipindahkan oleh tubuh struktur.

3.3 Gaya Hydrodynamic (drag)


Gaya hydrodynamic diakibatkan adanya hambatan saat tsunami bergerak dengan kecepatan
sedang hingga cepat disekitar struktur. Aliran diasumsikan seragam dan resultan gaya bekerja
dipusat struktur sebagaimana diilustrasikan dengan Gambar 2.
Komponen struktur

hmaks
FD
hmaks/2

Gambar 2. Distribusi gaya hydrodynamic

Persamaan umum gaya hydrodynamic dinyatakan dengan:

1
𝐹𝐷 = 𝐶𝑑 𝐴𝑢 2 (3)
2

Dimana: Cd = koefisien drag yang tergantung dari bentuk permukaan struktur bernilai 1 dan 2
rekomendasi CCH dan FEMA 55 (2003) untuk tampang bulat, dan 2 untuk kolom persegi dari
rekomendai CCH dan FEMA 55 (2003), A = Luas bidang tegak lurus aliran, dan u = kecepatan
tsunami.

Bentuk umum persamaan untuk kecepatan aliran sebagai berikut:

𝑢 = 𝐶√𝑔𝑑𝑠 (4)

Dimana C = konstanta = 2 rekomendasi FEMA 55, ds = tinggi genangan

FEMA P646 (2008) memberikan persamaan sedikit berbeda dengan FEMA 55 (2003) dalam
menghitung gaya hydrodynamic:

1
𝐹𝐷 = 𝐶𝑑 𝑏(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠 (5)
2

Dimana b = tinggi genangan, (hu2)maks = momentum flux perunit masaa dihitung dengan
menggunakan persamaan;

𝑍 𝑍 2
(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑔𝑅2 (0,125 − 0,235 + 0,11 ( ) ) (6)
𝑅 𝑅
3.4 Gaya surge (surge force)
Gaya surge merupakan gaya impuls yang dimobilisasi oleh kecepatan gelombang tsunami
dimuka struktur. Besar gaya ini dipengaruhi oleh geometri struktur elemen yang berbenturan
dengan kecepatan aliran tsunami. CCH merekomendasikan persamaan gaya surge perunit panjang
sebagai berikut:

𝐹𝑆 = 4,5𝜌𝑠 𝑔ℎ2 (7)

Dimana: h = tinggi surge.

Secara konservatif FEMA P646 (2008) mengusulkan gaya surge sebesar 1,5x FD. Untuk
elemen dinding gaya surge dapat diasumsikan 9 x FHs [12].

3.5 Tumbukan materal apung (Debris Impact Force)


Kecepatan gelombang tsunami yang tinggi mengangkut material-material terapung seperti:
mobil, potongan atau puing-puing bangunan, kayu, perahu dan kapal. Tumbukan benda apung
dapat memberikan implikasi signifikan terhadap kerusakan bangunan bahkan dapat menyebabkan
keruntuhan. FEMA 55 (2003) dan CCH (2000) memberikan pendekatan yang sama dalam
menghitung gaya tumbukan material apung yakni:

𝑑𝑢𝑏 𝑢𝑖
𝐹𝐼 = 𝑚𝑏 =𝑚 (8)
𝑑𝑡 ∆𝑡

Dimana: mb = masa material apung, ub = kecepatan material diasumsikan sama dengan kecepatan
aliran, ui = ub, t = durasi tumbukan diambil sama dengan waktu kontak awal material hanyutan
dengan struktur.

CCH merekomendasikan durasi tumbukan sebesar 0,1 detik untuk struktur beton, sementara
FEMA 55 (2003) memberikan nilai yang berbeda sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Menurut
FEMA 55 (2003) gaya tumbukan merupakan beban titik yang bekerja secara horisonal pada
permukaan aliran atau dibawahnya. Besarnya sama dengan gaya 455 kg material apung yang
termobilisasi bersama arus dan bekerta pada luas bidang 0,092 m2.
Tabel 1. Durasi tumbukan material hanyutan [4]

Tipe konstruksi Durasi tumbukan (detik)


Dinding Tiang atau kolom
Kayu 0,7-1,1 0,5-1
Baja - 0,2-0,4
Beton bertulang 0,2-0,4 0,3-0,6
Dinding beton 0,3-0,6 0,3-0,6

FEMA P646 (2008) menghitung gaya tumbukan menggunakan persamaan:

𝐹𝐼 = 𝐶𝑚 𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 √𝑘𝑚 (9)

Dimana: Cm = koefisien tambahan massa direkomendasikan = 2, umaks = kecepatan aliran


maksimum, m = masa material apung, k = kekakuan efektif material apung.
umaks = dipengaruhi oleh lokasi bangunan dan topografi tepi pantai yang dirumuskan dengan
persamaan;

𝑍
𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 = √2𝑔𝑅 (1 − ) (10)
𝑅

Dimana: z = elevasi dasar bangunan, R = tinggi rencana naiknya muka air

FEMA P646 (2008) mendiskripsikan gaya tumbukan material apung sama dengan FEMA 55
(2003) sebagaimana diilustrasikan dengan Gambar 3.

uma tinggi muka


ks d air rencana
W Fi

R
Z datum

Gambar 3. Gaya tumbukan material apung [5]


Nilai-nilai pendekatan untuk masa m dan kekakaun efektif material apung menurut FEMA
P646 (2008) dan Kharade dkk. (2013) disajikan dalam Tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Massa dan kekakuan efektif material apung [5]

Jenis meteral apung Massa (Kg) Kekakuan efektif (N/mm)


Kayu gelondongan 450 2,4 x106
Kontainer perkapalan ukuran standar 3800 (kosong) 6,5 x108
40-ft
Kontainer perkapalan ukuran standar 2200 (kosong) 1, 5 x109
20-ft
Kontainer berat ukuran standar 20-ft 2400 (kosong) 1,7 x109

Tabel 3. Massa dan kekakaun efektif material apung [7]

Jenis meteral apung Massa (Kg) Kekakuan efektif (N/mm)


Mobil 1500 3,1 x107
Perahu 1550 3,05 x107

4. Kombinasi pembebanan
4.1 Kombinasi untuk gaya-gaya tsunami
Kombinasi beban harus ditinjau untuk memperhitungan pangaruh terburuk terhadap
komponen maupun struktur akibat bekerjanya beban secara bersamaan. Terkadang elemen tertentu
bisa mendapat besaran kombinasi gaya yang berbeda terhadap komponen lainnya dalam satu
struktur. Intensitas dan tingkat resiko komponen dipangaruhi oleh posisi komponen tersebut. Nouri
(2008) mengusulkan kombinasi pembebanan dengan dua skenario yang terpisah yakni 1) beban-
beban awal tumbukan dan 2) beban-beban pasca tumbukan sebagaimana dintunjukkan dengan
Gambar 4.

FI FI
FD
h FS ds
FHS FHS
FB
(a) (b)

Gambar 4. Kondisi pembebanan; (a) sebelum tumbukan; (b) pasca tumbukan [10]
Dari skenario tahapan beban, kombinasi beban dinyatakan dengan:
1. Beban surge (FS) + beban tumbukan (FI)
2. Beban hydrodynamic (FD) + beban tumbukan (FI) + gaya angkat (FB)

FEMA P646 (2008) merekomendasikan kondisi dan kombinasi pembebanan sebagai berikut:
 Gaya tumbukan bekerja dengan durasi yang singkat dan diasumsikan bekerja pada satu
komponen struktur.
 Walaupun tumbukan dapat tejadi secara beruntun dua kali atau lebih tetapi dalam
hitungan hanya digunakakan satu tumbukan saja.
 Gaya hydrodynamic bekerja pada semua elemen yang dilintasi gelombang tsunami.
 Gaya surge atau impuls hanya bekerja ketika terdapat material apung pada muka
gelombang.
 Jika tidak terdapat material angkutan maka kombinasi beban :
Gaya tumbukan (FI) + Gaya hydrodynamic (FD)
 Komponen maupun struktur harus didesain tahan terhadap kombinasi gaya tumbukan dan
gaya-gaya lainnya selain gaya surge (impuls)

4.2 Kombinasi gaya untuk struktur


Pada zona-zona yang rentan terhadap bencana tsunami, struktur harus mempunyai ketahanan
dan daya layan yang memadai terhadap kombinasi beban tsunami dan beban gravitasi. Beban-
beban kombinasi menurut FEMA P646 (2008) adalah:
1. 1,2D + 1,0Ts + 1,0LVERT + 0,5L
2. 0,9D + 1,0Ts
Dimana D = beban mati, L = beban hidup, LVERT = beban hidup diarea tampungan, T s = efek
tsunami.

5. Ilustrasi Implementasi gaya-gaya tsunami


Diketahui kondisi air suatu zona saat terjadi tsunami sepert pada Gambar 5 dengan arah,
layout struktur diberikan dengan Gambar 6. Diasumsikan pondasi terjepit sempurna. ρ = 1100
kg/m3. Dinding tetap kokoh dan tidak runtuh.
Sebagai catatan untuk kasus dimana dinding runtuh saat terjadi gempa atau tsunami maka kolom-
kolom dalam dan luar yang searah aliran tsunami mendapat beban atau gaya-gaya tsunami yang
bekerja selebar kolom tersebut.
ds = 5 m

Z= 7m R = 12 m

MSL Datum

Gambar 5 Muka air saat tsunami pada struktur

4,4 5,6 5,6 4,4

4,8

6,0 15,6

4,8

4,8 6,0 6,0 4,8


21,6

Gambar 6 .Layout lantai tipikal struktur prototip

5.1 Gaya Hydrodynamic (drag)


Menurut FEMA 55 (2003);
𝜌𝐶𝐷 𝐴𝑢2
𝐹𝐷 =
2
𝑢 = 𝐶√𝑔𝑑𝑠 = 2√9,81𝑥5 = 14,007 𝑚/𝑑𝑡

(1100)(1,25)(0.5(6 + 4.8))(14,007)2
𝐹𝐷 = = 728,378 𝑘𝑁/𝑚
2

Menurut CCH;
(1100)(1,5)(0.5(6 + 4.8))(5)2
𝐹𝐷 = = 111,375 𝑘𝑁/𝑚
2
Menurut FEMA P646 (2008);
𝑍 𝑍 2
(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑔𝑅2 (0,125 − 0,235 + 0,11 ( ) ) = 99,552 𝑚3 ⁄𝑑𝑡 2
𝑅 𝑅
1
𝐹𝐷 = 𝐶𝑑 𝑏(ℎ𝑢2 )𝑚𝑎𝑘𝑠
2

(1100)(2)(0.5(6 + 4.8))(99,552)
𝐹𝐷 = = 118,268 𝑘𝑁/𝑚
2.5

5.2 Gaya Surge (Impulsif)


Menurut FEMA 55 (2003) dan CCH;
𝐹𝑆 = 4,5𝜌𝑠 𝑔ℎ2
𝐹𝑆 = 4,5(1100)(9,81)(0.5(6 + 4.8))(5) = 1311,107 𝑘𝑁/𝑚

Menurut FEMA P646 (2008);


𝐹𝑆 = 1,5𝐹𝐷 = 178,02 𝑘𝑁/𝑚

5.3 Gaya tumbukan


Menurut FEMA 55 (2003);
𝑢𝑖 14,007
𝐹𝑖 = 𝑚 = (455) ( ) = 21,244 𝑘𝑁
∆𝑡 0,3

Menurut CCH;
𝑢𝑖 5
𝐹𝑖 = 𝑚 = (455) ( ) = 22,7 𝑘𝑁
∆𝑡 0,1

Menurut FEMA P646 (2008);


Jika material apung adalah kayu gelondongan dengan massa 450 kg maka;

𝑧 7
𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 = √2𝑔𝑅 (1 − ) = √2𝑔(15,6) (1 − ) = 12,989𝑚/𝑑𝑡
𝑅 15,6

𝐹𝐼 = 𝐶𝑚 𝑢𝑚𝑎𝑘𝑠 √𝑘𝑚

𝐹𝐼 = 2(12,989)√(2,4𝑥106 )(450) = 874,165𝑘𝑁

Hasil-hasil hitung beberapa metode atau Code dan kombinasinya disajikan kembali dalam
Tabel 4 dan 5. Beban merata bekerja sepanjang tinggi genangan dan beban titik bekerja pada
permukaan genangan = 5m
Tabel 4. Gaya tsunami (hasil hitungan)

Code Beban
Hydrodynamic (kN/m) Impuls (kN/m) Tumbukan (kN)
CCH 111,375 1311,107 22,7
FEMA 55 (2003) 728,378 1311,107 21,244
FEMA P646 (2008) 118,268 178,021 874,165

Tabel 5. Kombinasi beban (hasil hitungan)

Metode Kombinasi Kombinasi Beban


Beban-beban
Merata (kN/m) Titik (kN)
ekstrim
Nouri (2008) komb. gaya- FS + Fi 1311,107 22,7
gaya kritis
FD +Fi 728,378 22,7
(CCH dan FEMA 55)
FEMA P646 FD +Fi 118,268 874,165
FS 178,021

6. Kesimpulan
Walaupun peristiwa gelombang tsunami sangat jarang terjadi akan tetapi dampak yang
ditimbulkan sangat masif dan meluas. Menyadari akan resiko bencana tsunami terutama daerah
pantai pada zona-zona yang rawan terhadap bencana maka bangunan gedung: 1) harus tahan
terhadap gaya-gaya tsunami, 2) struktur gedung terbuka atau struktur dengan dinding-dinding yang
muda rusak saat terjadi gempa dan tsunami, agar gaya-gaya dapat terkurangi, 3) struktur daktail
dan mode keruntuhannya adalah keruntuhan sebagian struktur saja tanpa roboh, 4) menggunakan
pondasi pancang untuk menghindari scouring, pergeseran dan penggulingan struktur akibat gaya-
gaya hydrodynamic. Keberadaan bangunan pelindung atau pemecah gelombang juga harus
dipertimbangkan untuk mereduksi dan melindungi bangunan pantai dari hantaman langsung
gelombang tsunami.

Daftar pustaka

[1] Ghobarah, A., Saatcioglu, M., dan Nistor, I. The Impact of the 26 December 204 Earthquake
and Tsunami on Structures and Infrastrutures. Engineering Structures, pp.312-326; 2006.
[2] Chock, G., Robertson, I., Carden, L., dan Yu, G. Tohoku Tsunami-Induced Building Damage
Analysis Including the Contribution of Earthquake Resistant Design to Tsunami Resiliece of
Multi-Story Building. Proceeding of the International Symposium on Engineering Lesson
Learned, Tokyo, Japan; 2012.
[3] Chock, G. ASCE 7 and The Development of a Tsunami Building Code for the U.S.
[4] FEMA. Coastal Costruction Manual, Edisi 3, FEMA 55, Jessup, MD; 2003
[5] FEMA. Guidelines for Design of Structures for Vertical Evacuation from Tsunamis. Edisi 2,
FEMA P646, Applied Technology Council, Washington, DC; 2008
[6] Heintz, J.A., dan Robertson, I.N. Design of Structures for Evacuation from Tsunamis. Solution
to Coastal Disserter Congress, ASCE; 2008
[7] Kharade, A.S., Desai, A.K., dan Kapadiya, S.V. Criticaly of Structural Column when Subjected
to an Impact Load from Water born Debris in Tsunami Event. International Journal of
Engineering, Vol 3., January-February, pp.2015-2023; 2013
[8] Naito, C., Cercone, C., Riggs, H.R., dan Cox, D. Procedure for Site Assessment of the
Potential for Tsunami Debris Impact. Journal of Waterway, Port, Coastal, and Ocean
Engineering © ASCE/March/April,pp.223-232; 2014.
[9] Nistor, I., Palermo, D., Nouri, Y., dan Murty, T. Tsunami-Induced Forced on Structures. Bab
11 dalam Handbook of Coastal and Ocean Engineering; 2010.
[10] Nouri, Y. The Impact of Hydraulic Bores and Debris on Free Standing Structures. M.A.Sc.,
Thesis, Departement of Civil Engineering, University of Ottawa, Ottawa, Canada; 2008.
[11] Palermo, D., dan Nistor, I. Tsunami-Induced Loading on Structurs. STRUCTURE magazine;
2013.
[12] Palermo, D., dan Nistor, I. Understanding Tsunami Risk to Structures: a Canadian
Perspective. The 14th World Conference on Earthquake Engineering, Beijing China; 2008.
[13] Rao, P.K.R., Reddy, S.R.K., dan Rao, K.R.M. Response of Coastal Building Subjected to
Seismic and Tsunami Forces. International Journal of Engineering Science and
Technology, Vol. 11, pp.6195-6203; 2010.
[14] Saatcioglu, M., Ghobarah, A., dan Nistor, I. Performance of Structures in Indonesia during
the December 2004 Great Sumatra Earthquake and Indian Ocean Tsunami. Earthquake
Spectra, Vol. 22, pp.295-319; 2006.
[15] Saatciouglu, M. Performance of Structures during the 2004 Indian Ocean Tsunami and
Tsunami Induced Forced for Structural Design. dalam Earthquake and Tsunamis,
Geotechnical, Geological, and Earthquake Engineering, © Springer; 2009.

Anda mungkin juga menyukai