Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulangdengan mensekresikan
matriks tulang Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar
(glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan (proteoglikan).
Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineranorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas
adalah selmultinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang. Osteon merupakan unik
fungsional mikroskopis tulangdewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler.
Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan
lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi
melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari
0,1 mm). Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan
ligamen. Periosteummengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang
merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum adalah membran vaskuler
tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga
dalam tulang kanselus. Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
Howship (cekungan pada permukaan tulang).
b. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengankontraksi dan
pergerakan).
4) Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang
(hema topoiesis).
5) Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
B. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah
yang terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramali).
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
(Brunner & Suddart, 2000).
C. Etiologi
1) Trauma
Fraktur karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat
tersebut.
b. Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
2) Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang
bermetastase atau osteoporosis.
3) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang
tersebut tidak mampu mengabsorpsi energi atau kekuatan yang
menimpanya.
4) Spontan . Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
5) Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh
dengan kaki dalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras.
Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran pergelangan
kaki yang kuat dan sering dikait dengan gangguan kesejajaran.
D. Klasifikasi
Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :
a) Fraktur complete : tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau
lebih.
b) Fraktur incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi :
1. Fissure/Crack/Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di
tempat, biasa terjadi di tulang pipih.
2. Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os.
radius, ulna, clavikula dan costae.
3. Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.
c) Berdasarkan garis patah atau konfigurasi tulang:
1. Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-1000 dari
sumbu tulang)
2. Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (<800 atau
>1000 dari sumbu tulang)
3. Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang
4. Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
5. Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.
d) Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :
1) Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat
anatomisnya
2) Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi
atas:
a) Shifted Sideways, menggeser ke samping tapi dekat
b) Angulated, membentuk sudut tertentu
c) Rotated, memutar
d) Distracted, saling menjauh karena ada interposisi
e) Overriding, garis fraktur tumpang tindih
f) Impacted, satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.
Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur
dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Fraktur tertutup, apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh
b. Fraktur terbuka, apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka yang
menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang memungkinkan
kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang, terbai atas :
1) Derajat I
a. Luka kurang dari 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
c. Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
d. Kontaminasi ringan.
2) Derajat II
a. Laserasi lebih dari 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c. Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
E. Manifestasi klinis
a. Deformitas
b. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : rotasi
pemendekan tulang, Penekanan tulang
c. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
d. Echumosis dan perdarahan subculaneus
e. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
f. Tendernes
g. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
h. Kehilangan sensasi (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya
saraf atau perdarahan).
i. Pergerakan abnormal
j. Syock hipovolemik dari hilangnya hasil darah.
k. Krepitasi
F. EPIDEMIOLOGI
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering
terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar
(outstreched hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan
sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa
sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu
akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Data ini dikemukankan
oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulang klavikula karena
jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6%
terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus
patah tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari
kecelakaan lalu lintas.Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang
paling sering dijumpai. Pada anak-anak sekitar 10–16 % dari semua
kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6–5 %
G. PATOFISIOLOGI
Klavikula adalah tulang pertama yang mengalami proses pengerasan
selama perkembangan embrio minggu ke-5 dan 6. Tulang klavikula,
tulang humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama-sama
membentuk bahu. Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara
anggota badan atas dan Thorax. Tulang ini membantu mengangkat bahu
ke atas, ke luar, dan ke belakang thorax. Pada bagian proksimal tulang
clavikula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan
sternoclavicular (SC). Pada bagian distal klavikula bergabung dengan
acromion dari skapula membentuk sambungan acromioclavicular (AC).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali
dikarenakan tulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif di depan. Karena posisinya yang
teletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah.
Patah tulang klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau
hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu
ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.
H. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto Rontgen : Untuk mengetahui lokasi, tipe fraktur dan garis
fraktur secara langsung. Biasanya diambil sebelum dan sesudah
dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik.
b. Skor tulang tomography, skor C1, MRI : dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi )
atau menrurun. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah
transfusi multiple atau cedera hati.
I. Penatalaksanaan
a. Rekognasi
Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu
suplai neurovascular ekstremitas. Karena itu begitu diketahui
kemungkinan fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera
harus dipasang bidai untuk melindunginya dari kerusakan.
b. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang
fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
c. Skin Traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
d. Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang
yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk
dengan memasukkan pins atau kawat ke dalam tulang.
e. Reduksi
Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
F. Evaluasi
1. Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
2. Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan perifer.
3. Pemeliharaan kesehatan terjaga dengan baik.
4. Dapat melakukan mobilitas fisik secara mandiri.
5. Tidak terjadi perubahan konsep diri; citra diri, harga diri dan peran diri
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Sylvia Price. 2001. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Arifianato, S,K . http://stikeswh.ac.id/psik/files/Askep_Fraktur.pdf
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius. FKUI.
Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.