Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era keterbukaan sekarang ini, Islam sedang menghadapi

sejumlah tantangan dari kehidupan dunia dan budaya modern. Oleh karena itu,

pengkajian dan pemahaman keislaman menjadi sangat urgen bagi umat islam.

Pengkajian Islam diharapkan untuk membuka diri terhadap adanya

pemahaman yang menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat objektif

dan rasional.

Pendekatan yang diterapkan dalam mengkaji suatu masalah sangat

penting untuk mengetahui derajat keilmuan yang dihasilkannya. Demikian

halnya dengan pendekatan pengkajian Islam. Islam sebagai agama yang

memiliki banyak dimensi, mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran,

ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah,

perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, tentunya memerlukan

berbagai pendekatan yang harus digali dari berbagai disiplin ilmu untuk

memahami dimensi ajarannya.

Berkenaan dengan pemikiran diatas, maka kita perlu memberikan

batasan secara jelas mengenai pendekatan dalam mengkaji islam. Hal ini

dimaksudkan agar metode pendekatan yang digunakan dalam pengkajian

islam tetap memperhatikan sumber ajarannya, yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian pendekatan pengkajian islam?

2. Bagaimana urgensi pendekatan pengkajian islam?

C. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas maka maksud dan tujuan makalah

ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pengkajian islam.

2. Untuk mengetahui urgensi pendekatan pengkajian islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pengkajian Islam

Dalam mempelajari dan mengkaji agama diperlukan berbagai

macam pendekatan agar substansi dari agama itu mudah dipahami. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan diartikan dalam tiga makna:

1. proses perbuatan, cara mendekati;

2. usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan

dengan orang yang diteliti;

3. metode-metode untuk mencapai pengertian dalam masalah penelitian”.1

Dalam bahasa Inggris pendekatan diistilahkan dengan “approch”

sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan “madkhal”.2

Secara terminologi Mulyanto Sumardi menyatakan bahwa

“pendekatan” bersifat axiomatic yang terdiri dari berbagai asumsi.3

Jadi yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang

atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya

digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini Jamaluddin

Rakhmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan

berbagai paradigma realitas agama yang diungkapkan mempunyai nilai

kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Oleh karena itu, tidak ada

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua
(Jakarta, Balai Pustaka, Cetakan 10, 1999), hlm. 50.
2
Dr. Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta,
Ciputat Pers), hlm. 99.
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua
(Jakarta, Balai Pustaka, Cetakan 10, 1999), hlm. 129.

3
persoalaan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian

legalistik, atau penelitian filosofis.

Dalam proses pengkajian islam, pendekatan mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan dan pemahaman.

Pendekatan dipandang sebagai sarana yang sangat bermakna dalam mengkaji

berbagai hal dan masalah keislaman sehingga dapat dipahami secara utuh dan

menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.

Berbagai pendekatan manusia dalam mengkaji dan memahami

agama dapat dilakukan melalui pendekatan paradigma. Dengan pendekatan ini

semua orang dapat sampai pada hakikat agama. Disini dapat dilihat bahwa

agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normalis, melainkan

agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan

kesanggupannya. Oleh karena itu, agama hanya merupakan hidayah Allah dan

merupakan suatu kewajiban manusia sebagai fitrah yang diberikan Allah

kepadanya.4

B. Urgensi Pendekatan Pengkajian Islam

Beberapa metode dan pendekatan diperlukan dalam memahami

Islam, karena secara operasional-konseptual dapat memberikan pandangan

bahwa Islam tidak hanya berwajah tunggal (single face), melainkan berwajah

plural (multiface). Hal ini diperlukan karena Islam sebagai agama tidak boleh

dipahami melalui pintu wahyunya belaka, tetapi juga perlu dipahami melalui

pintu pemeluknya, yaitu masyarakat muslim yang menghayati, meyakini, dan

4
Abdullah, Taufik dan Karim, Rusli, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,
(Yogyakarta, Tiara Wacana Yogyakarta, 1990, Cet. 2), hlm. 92.

4
memperoleh pengaruh Islam tersebut. Dengan kata lain, memahami Islam

tidak berarti mencari kebenaran teologis atau filosofis, akan tetapi juga

mencari bagaimana Islam itu ada dalam kebudayaan dan sistem sosial dengan

berdasarkan pada realitas sosio-kultural.

Selama ini ada dua model kajian Islam yang dilakukan, pertama oleh

kalangan muslim sendiri, kedua oleh kalangan orientalis (Barat). Kelompok

pertama menggunakan pendekatan yang disebut fideistic subjectivism / al-‘aql

al-dini al-lahuti (pemikiran teologis-normatif), dan kelompok kedua

menggunakan pendekatan yang disebut scientific objectivism / al-‘aql al-

falsafi (pemikiran filsafat).5

Pendekatan pertama berupaya memahami agama secara literal,

dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu

keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap yang paling

benar dibandingkan dengan yang lainnya.6 Loyalitas terhadap kelompok

sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang

bersifat subyektif adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran

teologis ini. Pendekatan ini seringkali membawa dampak ketersekatan umat.

Di dalam sejarah pemikiran Islam klasik, pendekatan ini memunculkan

beberapa aliran pemikiran, diantaranya adalah Mu’tazilah, Asy’ariyyah, dan

Maturidiyyah yang masing-masing dari pemikiran menyuguhkan bentuk islam

yang berbeda dan terkadang saling menyalahkan satu sama lainnya.7

5
Eric J. Sharpe, Comparative Religion of History, (London: Duckworth, 1986), hlm. 313.
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 28.
7
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI Press, 1978), hlm. 32.

5
Sementara pendekatan kedua membahas berbagai peristiwa dengan

memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari

peristiwa tersebut.8 Melalui pendekatan sejarah, seseorang diajak menukik

dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari kejadian

ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang

terdapat dalam dunia idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.

Menurut Muhammad Sa’id Al-Asymawi, disinilah letak problem

dalam kajian keislaman, di mana ketika umat Islam mengkaji hasil pemikiran

mereka, lebih banyak berpedoman pada keyakinan (keimanan) daripada

tataran metode penelitian ilmiah, lebih banyak bersandar pada emosi (intuisi)

daripada rasio. Sikap semacam inilah yang melahirkan aksi-aksi teror dan

masalah takfir (tuduhan kafir terhadap seseorang).9

Dalam kaitan itu, tidak dapat diragukan bahwa tinjauan yang paling

produktif dalam pengkajian islam telah diberikan oleh para sarjana filologi

dan sejarah. Jadi ada dua bentuk pendekatan yang saling berlawanan yaitu

pendekatan yang digunakan oleh pemeluk agama yang bersangkutan

(believer), dan yang kedua oleh orang lain (historian). Yang pertama

mempertahankan pemahaman normatif tentang agama-agama lain, cenderung

subjektif dengan menilai orang lain benar atau salah, karena melihatnya dari

sisi teologis. Yang kedua berusaha melakukannya dengan objektif, scientific,

karena melihat agama dari sisi sejarah.

8
Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm. 1905.
9
M. Sa’id al-Asymawi, Min Wahyi al-Qalam, (Kairo: Dar al Ma’arif, 1997), hlm. 98-99.

6
Apabila ditinjau dari aspek kebudayaan, agama merupakan universal

kultural. Salah satu prinsip fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang

tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan sendirinya. Karenanya agama islam

dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan eksistensinya. Hal ini

berarti bahwa agama mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan

fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu, pengkajian islam dituntut untuk

membuka dirinya agar eksistensi islam mampu berkembang dan beradaptasi

dengan dunia modern sekaligus memberikan jawaban atas berbagai tantangan

kehidupan dunia dan budaya modern.

Kondisi umat islam saat ini harus berhadapan dengan dunia modern

yang serba praktis dan maju. Oleh karena itu, umat islam tidak boleh terjebak

pada romantisme, artinya menyibukkan diri untuk membesar-besarkan

kejayaan masa lalu yang terwujud dalam sejarah islam, sementara saat ini

islam masih silau menghadapi masa depannya. Umat islam memang berada

dalam suasana problematik. Jika sekarang umat islam masih berpegang teguh

pada ajaran-ajaran islam hasil penafsiran ulama terdahulu yang dianggap

sebagai ajaran yang mapan dan sempurna serta paten, berarti mereka

memiliki intelektual sebatas itu saja yang pada akhirnya akan menghadapi

masa depan yang sulit.

Oleh karena itu, disinilah pentingnya pengkajian islam dalam

berbagai pendekatan yang dapat mengarahkan dan bertujuan untuk

mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran

agama islam yang merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu

7
beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern

dengan tetap berpegang teguh pada sumber ajaran islam yang murni dan asli,

yaitu Al-Quran dan As Sunnah. Pendekatan pengkajian islam juga dapat

diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat

islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang hidup dan mampu

menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era global

sekarang ini ataupun yang akan datang.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan pendekatan pengkajian islam adalah cara pandang

atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya

digunakan dalam memahami dan mengkaji agama islam.

2. Urgensi pendekatan pengkajian islam yaitu agar dapat memahami islam

secara utuh dan komprehensif, karena secara operasional-konseptual dapat

memberikan pandangan bahwa Islam tidak hanya berwajah tunggal (single

face), melainkan berwajah plural (multiface). Pendekatan pengkajian islam

juga dapat diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup

bagi umat islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang hidup dan

mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era

global sekarang ini ataupun yang akan datang.

B. Saran

Melalui makalah ini disarankan kepada para generasi muslim cerdas,

agar memperkaya dan memperdalam ilmu tentang agama islam sehingga

dapat memahami islam secara menyeluruh.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1987. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Abdullah, Taufik dan Karim, Rusli. 1990. Metodologi Penelitian Agama Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.

Al-Asymawi, M. Sa’id. 1997. Min Wahyi al-Qalam. Kairo: Dar al Ma’arif.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Nasution, Harun. 1978. Teologi Islam. Jakarta: UI Press.

Nata, Abuddin. 2003. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sharpe, Eric J. 1986. Comparative Religion of History. London: Duckworth.

10

Anda mungkin juga menyukai