Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

Christy Arum 19:25

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut


dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai
makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala
ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas.
Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh
terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan
saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu
banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak
bertambah lepas lagi.
Ada 2 tipe ablasio retina :
1. Non rhemathogen retina detachmen :
a. Malignancy hypertensi
b. Choriodal tumor
c. Chorioditis
d. Retinopati
2. Rhemathogen retina detachmen :
a. Trauma
b. Degenerasi
c. Kelainan vitreus
Etiologi :
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat
adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina
(rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina
terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca
(traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis,
koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada
badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.

Faktor predisposisi :
Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang
memperlihatkan degenerasi diperifer.
Manifestasi klinis :
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan
menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang
terkena maka daerah sentral yang terganggu.
Pemeriksaan penunjang :
Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dan
adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada daerah temporal
superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina bergoyang, terdapat defek
aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila tekanan bila mata meningkat maka
terjadi glaukoma neomuskular pada Ablasi yang lama.
Penatalaksanaan :
Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya, seperti :Foto
koagulasi laser, krioterapi,retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat jaringan parut
dilaku kan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas intraokuler.
Usaha Pre-operatif :
Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit,
harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan,
mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi
midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat-obat mata
dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi jalannya operasi (kornea akan
keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak,
operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan
anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil
(100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan
(25 mg) IM.
Usaha Post-operatif :
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala,
per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow –
up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan
sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan
yang sangat besar, posisi kepala dan badan dipertahankan sedikitnya 12
hari. Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi
koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup
selama 48 – 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan
matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48
jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka
kedua mata harus ditutup selama 12 – 14 hari, retina menempel kembali dengan
kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu
itu diberikan instruksi sebagai berikut :
- Jangan membaca.
- Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.
- Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata di
tutup.
Obat – obat :
Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg, bila
mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu diberikan obat-
obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam, saat itu
mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1 %. Bila kelopak mata bengkak, diberikan
Kortikosteroid lokal disertai babat tindih (druk verban) dan kompres dingin.
Follow Up:
Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu kemudian tiap
3, 6 dan 12 bulan. Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca bedah. Visus terlihat
kemajuannya setelah 1 tahun pasca bedah.
Prognosis :
90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas lagi.

Fokus pengkajian :
- Klien mengeluh ada bayangan hitam bergerak
- Gangguan lapangan pandang
- Melihat bendan bergerak seperti tirai
- Bila mengenai makula visus sentral sangat menurun
- Terjadi secar tiba-tiba/perlahan-lahan
- Pemeriksaan funduskopi, blade, tear, hole
- Diperlukan tindakan pembedahan/operasi.

Diagnosa perawatan Pre-operasi yang mungkin terjadi


Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari
lepasnya saraf sensori dari retina.
Tujuan :
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria :
- Klien memahami pentingnya parawatan yang intensif/bedrest total.
- Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan
penyakitnya.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan klien untuk bedrest total Agar lapisan saraf yang telepas tidak bertambah
parah.
Berikan penjelasan tujuan bedrest total Agar klien mematuhi dan mengerti maksud
pemberian /perlakuan bedrest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, meng- Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf retina
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah yang terlepas .
Jaga kebersihan mata Mencegah terjadinya infeksi,agar mem permudah
pemeriksaan dan tindakan operasi.
Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan Diharapkan dengan pembnerian obat-obat
obat oral sesuai anjuran dokter. Kondisi penglihatan dapat dipertahankan/
Dicegah agar tidak menjadi parah

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan


Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya
(bila dilakukan operasi).
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat
kecemasan klien sehingga memu-dahkan
penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.

Berikan kenyaman dan ketentraman hati Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar
perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya. sakit dan perlu dirawat.
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah Agar klien merasa aman dan terlindungi saat
dijangkau oleh klien memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
menurunkan/mengurangi ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas
kecemasan/ketegangan. karena sesuai dengan keinginan-nya dan tidak
bertentangan dengan prog-ram perawatan.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang


berhubung-an dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang
diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak
lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan
untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman,
polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan,
kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan
aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
- Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang
diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan
atau komplikasi.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang Agar diketahui penyebab yg mengha-langi
menghalangi penata laksanaan program sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.
terapeutik yg efektif.
Bangun rasa percaya diri. Agar klien mampu melakukan aktifitas
sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa
mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri Agar klien mampu dan mau melakukan/
klien yang positif. melaksanakan program perawatan yang dianjurkan
tanpa mengurangi peran ser-tanya dalam
pengobatan/ perawatan diri-nya.
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya
pengobatan/perawatan,efek sam-ping prognosis memerlukan suatu tindakan & perlakuan yang tida
penyakitnya. menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai