Oleh:
2017
1
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
Abstract : Education for mentally retardation children in SMALB level was more emphasized to vocational skill which
could be used as a provisions entering job fair. With the provisions of vocational skill it was hoped mentally retardation
children obtained larger work opportunity after graduating from SMALB. However, that fact was not suitable with the
expectation. Two mentally retardation children of 2014 graduation in state special school Gedangan did not get work
opportunity and went back to school for only playing. The purposes of this research were to describe mentally retardation
children’s work opportunity after graduating from SMALB with vocational skill provisions obtained from the school and
to describe the parents’ role in helping mentally retardation children getting work opportunity after graduating from
SMALB.
This research used qualitative approach. The research kind used here was expose facto descriptive. The research result
could be concluded that mentally retardation children who obtained the vocational skill provisions after graduating from
school did not also obtain work opportunity in the society while mentally retardation children who obtained work
opportunity after graduating from school had unsuitable job with the vocational skill they got from school. Mentally
retardation children got vocational skill provisions in silk-screening domain but the work opportunity obtained was
furniture domain, rubbing wood part. Mentally retardation children who had automotive background got work
opportunity in the restaurant and mentally retardation children with the background of knitting vocational skill got work
opportunity serving in the cooperation. The school did not give direction to the parents of mentally retardation children
who had already graduated and the school did not have partners for cooperating in receiving the workers of mentally
retardation children.
The parents’ role in helping mentally retardation children did not run well yet. The parents’ role only gave food they did
not help to give work yet to mentally retardation children who had already graduated. However, there was one parent
who helped to market the work skill belonged to mentally retardation children and played role as the companion of
mentally retardation children in working.
Keywords: Work opportunity, mentally retardation children, vocatinal skill, parents’ role
2
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
menjadi penting bagi anak tunagrahita ketika harus vokasional produktif bagi penyandnag tunarungu
kembali ke dalam masyarakat agar anak dapat pasca-sekolah (SLB) dan dapat digunakan sebagai
hidup dengan mandiri. Permasalahan yang terjadi percontohan bagi daerah-daerah skitarnya, (e)
mestiya dapat diatasi agar anak tidak lagi tersusunnya buku petunjuk teknis pelaksanaan
terdiskriminasikan dalam bidang pekerjaan yang model, serta (f) terakomodasinya sebagian
mestinya mampu dilakukannya. kebutuhan fasilitas dan penyelenggarakan
Untuk menunjang program dan pelaksanaan pendidikan ketermapilan vokasional bagi para
keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita penyandang tunarungu di daerah.
perlu kiranya dipahami konsep – konsep dasar Selanjutnya penelitian oleh Haryanto tahun
teoristiknya mengenai konseling vokasional. 2010 mengenai rehabilitasi berbasis kerja bagi siswa
Diharapkan pihak sekolah lebih mengoptimalkan tunagrahita ringan usia produktif. Hasil penelitian
keterampilan vokasional pada jenjang SMALB agar dikemukakan sebagai berikut: (1) kemampuan kerja
setelah lulus dari pendidikan formal anak siswa tunagrahita ringan usia produktif belum
tunagrahita tersebut bisa mendapatkan peluang mencapai optimal, baik dilihat dari perilaku kerja
kerja yang baik dan sesuai dengan bidang maupun dari hasilnya walaupun siswa telah belajar
keterampilan yang dimilikinya. dengan bobot waktu lebih lama jika dibandingkan
Peluang kerja anak tunagrahita diartikan bidang pelajaran lainnya; (2) layanan rehabilitasi
sebagai kesempatan yang dimiliki oleh anak berbasis kerja yang telah diberikan menunjukkan
tunagrahita dalam memperoleh pekerjaan untuk bahwa belum semua responden (guru) membuat
menunjang kehidupan yang akan datang. Anak rancangan program secara khusus dalam
tunagrahita akan lebih mengalami kesulitan dalam memberikan layanan rehabilitasi berbasis kerjaa
memperoleh kesempatan kerja jika dibandingkan kepada siswa tunagrahita ringan usia produktif; (3)
dengan anak normal. siswa tunagrahita ringan usia produktif di wilayah
Dalam penelitian sebelumnya dilakukan oleh penelitian umumnya masih memiliki potensi dan
Mastiani, Emay pada tahun 2013 mengenai program semangat kerja untuk dikembangkan; (4) guru
keterampilan kerja mengemas produk pertanian ketika merumuskan program layanan rehabilitasi
bagi tunagrahita ringan kelas XI di SLB Sukagalih berbasis kerja belum berdasarkan hasil asesmen; (5)
Lembang Bandung Barat. Berdasarkan hasil tindak lanjut penelitian perlu program hipotetik
penelitian menunjukkan bahwa anak tunagrahita dirancang sebagai upaya untuk memfasilitasi
ringan mampu mengerjakan pekerjaan yang semi- perkembangan dan untuk meningkatkan
skill yaitu pekerjaan mengemas produk pertanian, kemampuan bekerja siswa tunagrahita ringan usia
pekerjaan yang dikuasai dan disenangi akan produktif dengan memperhatikan tanggapan dan
menyebabkan mereka tekun bekerja serta penyedia harapan orang tua, serta kebutuhan perusahaan dan
lapangan pekerjaan mengemas produk pertanian pagsa pasar lapangan kerja.
bersedia menerima anak tunagrahita yang mau Hasil observasi di lapangan pada tanggal 18
bekerja di tempat tersebut. Juli 2016 hingga 10 September 2016 dengan tiga
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Suparno, sekolah luar biasa di kabupaten Sidoarjo, diperoleh
Haryanto dan Edi Purwanta pada tahun 2009 informasi dari guru dan kepala sekolah bahwa
dengan judul pengembangan keterampilan setelah lulus dari jenjang SMALB anak tunagrahita
vokasional produktif bagi penyandang tunarungu ada yang kembali kekeluarganya, ada yang kembali
pasca sekolah melalui model sheltered-workshop kesekolah untuk sekedar membantu ataupun
berbasis masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian bermain, ada yang dipekerjakan sendiri oleh orang
yang dicapai, secara keseluruhan adalah (a) pada tuanya namun tetap diberikan upah. Kondisi ini
tahap pertama diketahui bahwa subyek sangat menunjukkan bahwa keterampilan vokasional yang
mebutuhkan latihan keterampilan, sebagian besar diberikan oleh pihak sekolah kurang berjalan
dari mereka (80%) belum memiliki pekerjaan dan dengan baik setelah anak lulus SMALB dan
belum memiliki keterampilan yang memadai, (b) diperoleh informasi bahwa masyarakat kurang
model yang diuji cobakan ternyata memberikan memberikan kepercayaan terhadap kinerja anak
dampak yang positif dan adaptable terhadap tunagrahita. Berdasarkan latar belakang tersebut,
subyek dalam pengembangan keterampilan, (c) peneliti ingin memotret kondisi yang ada pada saat
hasil evaluasi dan sosialisasi menunjukkan adanya ini terkait peluang kerja anak tunagrahita pasca
respon positif terhadap model sheltered-workshop SMALB dengan judul “Studi Deskriptif Peluang
yang berbasis masyarakat, (d) terbentuknya rintisan Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB”.
implementasi model sheltered-workshop yang
berbasis masyarakat tingkat kabupaten, sebagai
basis pendidikan dan advokasi keterampilan
3
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
4
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
5
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
sekolah. Kegiatan pengumpulan data lapangan, maka jumlah data akan makin
dilakukan selama satu bulan dengan jangka banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
waktu satu minggu pada masing-masing segera dilakukan analisis data melalui reduksi
sekolah. Pengumpulan data yang dilakukan data. Mereduksi berarti merangkum, memilih
yaitu pengumpulan data menggunakan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
teknik wawancara dengan kepala sekolah, hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
guru kelas dan orang tua anak tunagrahita, membuang yang tidak perlu. Dengan
teknik observasi keterampilan vokasional di demikian data yang telah direduksi akan
sekolah dan kegiatan anak tunagrahita di memberikan gambaran yang jelas, dan
rumah, dan teknik dokumentasi saat mempermudah peneliti untuk melakukan
wawancara dan kelas keterampilan pengumpulan data selanjutnya, dan
vokasional. mencarinya bila diperlukan. Reduksi data
c. Melakukan analisis data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
Analisis data dilakukan bersamaan seperti komputer mini, dengan memberikan
dengan pengumpulan data dengan sifat kode pada aspek-aspek tertentu.
yang masih sederhana dan sementara. 2. Data Display (Penyajian Data)
Selanjutnya analisis secara mendalam akan Setelah data direduksi, maka langkah
dilakukan setelah pengumpulan data selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam
berakhir. penelitian kualitatif, penuajian data bisa
d. Menyusun bagian akhir skripsi dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
Setelah melakukan analisis data secara hubungan antar kategori, flowchart dan
mendalam dan utuh selanjutnya peneliti sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman
melakukan penarikan kesimpulan dan (dalam Sugiyono, 2015:341) menyatakan “the
saran. Kemudian melakukan langkah most frequent form display data for qualitative
terakhir yaitu menyusun skripsi secara utuh research data in the past has been narratuve tex”.
sesuai dengan pedoman. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif
F. Teknik Analisis Data adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Analisis data adalah proses mencari dan 3. Conclusion Drawing/verification
menyusun secara sistematis data yang diperoleh Langkah ketiga dalam analisis data
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan
dokumentasi, dengan mengorganisasikan data ke verifikasi. Kesimpulan awal yang
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, dikemukakan masih bersifat sementara, dan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
memilih mana yang penting dan yang akan yang kuat yang mendukung pada tahap
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
lain (Sugiyono, 2015:335). awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, dan konsisten saat peneliti kembali ke
yaitu suatu analisis berdasarkan data yang lapangan mengumpulkan data, maka
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola kesimpulan yang dikemukakan merupakan
hubungan tertentu atau menjadi hipotesis kesimpulan yang kredibel.
(Sugiyono, 2015:335). Selanjutnya menurut Miles Dengan demikian kesimpulan dalam
and Huberman (dalam Sugiyono, 2015:337), penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data rumusan masalah yang dirumuskan sejak
kualitatif dilakukan secara interaktif dan awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas yang telah dikemukakan bahwa masalah dan
sehingga datanya sudah jenuh. rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
Menurut Miles and Huberman (dalam masih bersifat sementara dan akan
Sugiyono, 2015:337-345), aktivitas analisis data berkembang setelah penelitian berada di
adalah sebagai berikut: lapangan.
1. Data Reduction (Reduksi Data) Berdasarkan uraian di atas dapat
Data yang diperoleh dari lapangan dijelaskan proses analisis data dalam penelitian
jumlahnya cukup banyak, untuk it maka perlu ini, dimulai dari reduksi data. Reduksi data
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dilakukan sebelum melakukan penelitian, jadi
dikemukakan, makin lama peneliti ke peneliti akan turun langsung ke lapangan
6
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
untuk melakukan penegasan pada masalah Di SLB Negeri Gedangan dan SLB A-l
yang akan diteliti yaitu terkait peluang kerja Chusnaini memberikan program
anak tunagrahita pasca SMALB. Kemudian keterampilan vokasional kepada anak
peneliti akan mengumpulkan data dengan tunagrahita. Ada berbagai jenis
metode-metode pengumpulan data yang telah keterampilan vokasional yang diajarkan.
ditetapkan. Data yang diperoleh akan Keterampilan vokasional yang diajarkan
direduksi dan kemudian disajikan. Setelah kepada anak tunagrahita disesuaikan
proses penyajian data selesai , maka kemudian dengan kemampuan serta minat dan bakat
ditarik kesimpulan dan dilakukan verifikasi masing-masing anak tunagrahita.
terhadap data tersebut. Di SLB Negeri Gedangan dan di SLB
Al-Chusnaini belum mengadakan praktek
G. Uji Keabsahan Data kerja lapangan yang bekerja sama dengan
Pada penelitian kuantitatif uji keabsahan data mitra ataupun pihak luar. Serta belum
diutamakan pada uji validitas dan reliabilitas. adanya program pelatihan kerja untuk
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, pada menyiapkan anak tunagrahita yang akan
penelitian kualitatif data dinyatakan valid apabila memasuki dunia kerja. Kedua pihak
tidak adanya perbedaan antara hasil yang sekolah juga belum menunjukkan hasil
dilaporkan peneliti dengan keadaan yang kinerja (produk) dari anak tunagrahita
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. kepada dunia usaha dan industri. Hal
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap tersebut menjadikan kendala pihak sekolah
data hasil penelitian kualitatif salah satunya dengan terkait peluang kerja anak tunagrahita
menggunakan triangulasi data. Menurut Wiersma pasca SMALB. Selain itu kendala lain
(dalam Sugiyono, 2016:372) triangulasi dalam adalah sekolah belum memiliki tempat
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data khusus untuk mempekerjakan anak
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan tunagrahita setelah lulus dari sekolah.
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat Sehingga anak tunagrahita belum memiliki
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan peluang kerja yang baik walaupun sudah
data, dan waktu. diberikan program keterampilanvokasional.
1. Triangulasi Sumber Di SLB Negeri Gedangan ada empat
Triangulasi sumber untuk menguji lulusan anak tunagrahita pada tahun 2014
kredbilitas data dilakukan dengan cara dan 2015. Ada dua lulusan anak tunagrahita
mengecek data yang diperoleh melalui di tahun 2014 yang tidak mendapatkan
beberapa sumber. peluang kerja, dan mereka kembali ke
2. Triangulasi Teknik sekolah untuk bermain. Dua lulusan anak
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas tunagrahita yang selanjutnya mendapatkan
data dilakukan dengan cara mengecek data peluang kerja namun tidak sesuai dengan
kepada sumber yang sama dengan teknik bekal keterampilan yang didapatkan di
yang berbeda sekolah. Anak tunagrahita yang
3. Triangulasi Waktu mendapatkan bekal keterampilan
Waktu juga sering mempengaruhi vokasional di bidang otomotif namun
kredibilitas data. Data yang dikumpulkan peluang kerjanya di warung makan. Anak
teknik wawancara di pagi hari pada saat tunagrahita yang mendapatkan bekal
narasumber masih segar, belum banyak keterampilan vokasional di bidang
masalah, akan memberikan data yang lebih menyablon namun peluang kerjanya di
valid sehingga lebih kredibel. Pada penelitian mebel bagian menggosok kayu. Sedangkan
ini triangulasi waktu dapat dilakukan dengan di SLB Al-Chusnaini ada satu lulusan anak
cara melakukan pengecekan dengan tunagrahita pada tahun 2015. Anak
wawancara, observasi atau teknik lain dalam tunagrahita tersebut mendapatkan peluang
waktu dan situasi yang berbeda. kerja tidak sesuai dengan keterampilan
vokasional yang didapatkan di sekolah
HASIL DAN PEMBAHASAN namun di tempat kerja anak tersebut tidak
A. Hasil mendapatkan upah. Anak tunagrhita
1. Peluang kerja anak tunagrahita pasca tersebut mendapatkan bekal keterampilan
SMALB dengan bekal keterampilan vokasional merajut namun peluang
vokasional yang diperoleh dari pihak kerjanya yaitu menjaga koperasi sekolah.
sekolah
7
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
8
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
pada tahun 2014 dan MR yang lulus pada tahun 197), diketahui bahwa keterampilan vokasional
2015. Pekerjaan yang dilakukan AG dan MR tidak yang diajarkan di SLB Negeri Gedangan dan SLB
sesuai dengan bekal keterampilan yang diperoleh Al-Chusnaini belum tercapai dengan baik. Dunia
dari sekolah. Di SMALB AG diberikan keterampilan usaha dan industri belum memiliki kepercayaan
vokasional menyablon, namun peluang kerja yang untuk mempekerjakan anak tunagrahita. Serta
diperoleh yaitu bekerja di meubel. Sedangkan MR masyarakat juga tidak memberikan kesempatan
memiliki latar belakang keterampilan vokasional di kepada anak tunagrahita untuk mengembangkan
bidang otomotif, namun pada kenyataannya kemampuannya dalam bekerja. Masyarakat masih
peluang kerja yang di dapatkan MR yaitu bekerja bersikap diskriminatif dan kurang percaya terhadap
di warung makan. hasil kinerja anak tunagrahita. Sehingga hal
Selanjutnya di SLB Al-Chusnaini hanya ada tersebut mengakibatkan anak tunagrahita kesulitan
satu lulusan anak tunagrahita yang lulus pada dalam mendapatkan peluang kerja yang sesuai
tahun 2015 yaitu IF. IF sudah memiliki pekerjaan dengan bekal keterampilan vokasional yang
walaupun tidak mendapatkan upah. Pekerjaan diberikan oleh pihak sekolah.
yang dilakukan tidak sesuai dengan bekal Terkait masalah peluang kerja bagi anak
keterampilan vokasional yang diperoleh dari tunagrahita memang cenderung lebih sulit jika
sekolah. Di SMALB diberikan keterampilan dibandingkan dengan anak yang memiliki jenis
vokasional merajut dan memasak, namun peluang ketunaan lain. Selain itu pandangan masyarakat
kerja yang didapatkan anak tunagrahita yaitu yang sebelah mata, yang tidak bisa mempercayai
membantu melayani di koperasi sekolah. Setelah kinerja anak tunagrahita juga menjadi salah satu
lulus pada tahun 2015, IF kembali ke sekolah untuk hambatan anak tunagrahita tidak mendapatkan
membantu di koperasi sekolah dan bermain dengan peluang kerja dengan baik. Hal tersebut tidak
teman-temannya. Meskipun melakukan pekerjaan sesuai dengan UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang
namun IF tidak mendapatkan upah dari pihak Penyandang Disabilitas bagian ketujuh pasal 11
sekolah, IF hanya sekedar membantu. bahwa hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi
Hal di atas menunjukkan bahwa tujuan latihan meliputi hak :
keterampilan vokasional belum tercapai dengan 1. Memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan
baik. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Iswari oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
(2007:196-197), bahwa tujuan latihan keterampilan swasta tanpa diskriminasi.
vokaisional adalah: 2. Memperoleh upah yang sama dengan tenaga
1. Untuk meningkatkan kecakapan siswa kerja yang bukan penyandang disabilitas
berkebutuhan khusus dalam melakukan suatu dalam jenis pekerjaan dan tanggungjawab
pekerjaan yang sesuai dengan minat, yang sama.
kemampuan dan kebutuhan masyarakat, dan 3. Memperoleh akomodasi yang layak dalam
bidang garapan yang sesuai dengan jenis pekerjaan.
pekerjaan yang mampu mempekerjakan 4. Tidak diberhentikan karena alasan disabilitas.
mereka sesuai dengan kecacatannya. 5. Mendapatkan program kembali kerja
2. Untuk meningkatkan keterampilan siswa 6. Penempatan kerja yang adil, proporsional dan
dalam meraih dan menciptakan jenis pekerjaan bermartabat.
yang sesuai kemampuan dan tidak terhalang 7. Memperoleh kesempatan dalam
oleh kecacatannya. mengembangkan jenjang karier serta segala
3. Sekaligus menanamkan sikap dan jiwa hak normatif yang melekat di dalamnya
kewirausahaan yang tinggi untuk melanjutkan 8. Memajukan usaha, memiliki pekerjaan sendiri,
memasuki dunia kerja baik menjadi pekerja wiraswasta, pengembangan koperasi dan
maupun sebagai wiraswasta. memulai usaha sendiri.
4. Untuk meningkatkan dunia usaha dan industri
agar mampu mempekerjakan mereka sebagai Berdasarkan hasil penelitian di SLB Negeri
bekal menghadapi kehidupan layak Gedangan dan SLB Al-Chusnaini bahwa jaminan
sebagaimana orang normal lainnya. yang diberikan oleh pemerintah melalui UU RI
5. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa Nomor 8 tahun 2016 belum terlaksana dengan
untuk mampu mengembangkan sempurna. Belum adanya turun tangan dari
kemampuannya dalam bekerja, ini terutama pemerintah secara langsung untuk menjamin anak
bagi anak tunarungu, tunanetra, tunadaksa. tunagrahita yang sudah lulus SMA agar
mendapatkan pekerjaan tanpa diskriminasi. Belum
Berdasarkan tujuan latihan keterampilan adanya upaya dan bantuan yang diberikan
vokasional yang dijelaskan oleh Iswari (2007:196- pemerintah untuk anak tunagrahita pasca SMALB,
9
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
karena sejauh ini masih ada anak tunagrahita yang masyarakat bisa bekerja sama untuk mencari solusi
menganggur dan tidak memiliki usaha sendiri terbaik agar anak tunagrahita yang sudah lulus dari
setelah lulus SMA. Di samping itu, pihak sekolah sekolah bisa mendapatkan pekerjaan dengan baik
melepaskan anak tunagrahita yang sudah lulus dan sesuai keterampilan yang diajarkan di sekolah.
dengan begitu saja, tidak diberikannya arahan Peran orang tua masih sebatas memberikan
untuk orang tua anak tunrgahita tersebut. Pihak makan, belum berperan dalam membantu
sekolah juga tidak memiliki mitra untuk bekerja memberikan pekerjaan kepada anak tunagrahita
sama dalam menampung pekerja anak tunagrahita. yang sudah lulus dari sekolah. Namun ada juga
Peran orang tua dalam membantu anak orang tua yang sudah berperan dengan baik dalam
tunagrahita untuk memperoleh pekerjaan belum membantu anak tunagrahita dalam mendapatkan
berjalan dengan baik. Pihak sekolah menjelaskan peluang kerja, yaitu orang tua dari AG. Orang tua
bahwa untuk anak tunagrahita peran orang tua dari AG berperan sebagai pendamping AG dalam
dalam membantu anak tunagrahita untuk bekerja. Walaupun AG hanya bekerja untuk
mendapatkan pekerjaan lebih banyak jika menggosok kayu di bidang meubel, orang tua AG
dibandingkan dengan pihak sekolah. Karena anak membantu dalam memasarkan keterampilan kerja
tunagrahita memiliki banyak waktu ketika di yang dimiliki AG. Sehingga orang lain akan tahu
rumah dibandingkan di sekolah yang hanya bahwa AG bisa bekerja di lingkungan masyarakat.
memiliki waktu beberapa jam. Pihak sekolah
berharap kepada orang tua anak tunagrahita, jika di PENUTUP
sekolah diajarkan keterampilan vokasional, maka A. Simpulan
seharusnya orang tua memberikan fasilitas tersebut Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
kepada anak tunagrahita ketika berada di rumah. penelitian terhadap peluang kerja anak tunagrahita
Namun kenyataan dari hasil penelitian tidak pasca SMALB yang telah dideskripsikan dan
demikian. Dari lima orang tua, ada tiga orang tua dianalisis pada bab IV maka penelitian dapat
anak tunagrahita dari hasil penelitian mengalami disimpulkan :
keterbatasan dari segi keterampilan yaitu orang tua 1. Peluang kerja anak tunagrahita pasca SMALB
MR, orang tua Er, dan orang tua AN. Sehingga dengan bekal keterampilan vokasional yang
tidak bisa membantu anak tunagrahita dalam diperoleh dari pihak sekolah
mengembangkan keterampilan vokasional yang Di SLB Negeri Gedangan dan SLB Al-
diperoleh dari pihak sekolah ketika berada di Chusnaini memberikan program keterampilan
rumah . vokasional secara optimal. Tidak hanya ada
Orang tua memiliki peran untuk memberikan satu jenis keterampilan saja yang diajarkan,
fasilitas dan modal usaha kepada anak tunagrahita melainkan ada berbagai macam jenis
agar bisa mendapatkan peluang kerja di keterampilan yang diajarkan oleh pihak
masyarakat. Namun orang tua anak tunagrahita sekolah. Pihak sekolah juga memberikan
berasal dari kalangan yang masih membutuhkan dukungan berupa fasilitas untuk
kebutuhan perut, sehingga anak tunagrahita mengembangkan program keterampilan
dibiarkan begitu saja dan tidak diberikan fasilitas vokasional. Program keterampilan vokasional
ataupun modal usaha. Kondisi tersebut menjadi ini diberikan dengan tujuan agar setelah lulus
kendala anak tunagrahita dalam mendapatkan dari sekolah, anak memiliki keterampilan yang
peluang kerja. Terlebih ada tiga orang tua dari hasil bisa digunakan sebagai bekal dalam
penelitian yang tidak tega jika anaknya bekerja dan memperoleh pekerjaan. Namun tujuan yang
pasrah terhadap kondisi yang dialami anaknya. diharapkan tidak tercapai dengan baik. Pada
Padahal anak tunagrahita ringan masih bisa bekerja kenyataannya, anak tunagrahita yang
karena sudah memiliki bekal keterampilan mendapatkan bekal keterampilan vokasional
vokasional yang diajarkan di sekolah. Selain itu setelah lulus dari sekolah juga tidak
orang tua tidak menjalin kerja sama dengan mendapatkan peluang kerja di masyarakat.
masyarakat, sehingga anak tunagrahita juga tidak Anak tunagrahita ada yang mendapatkan
mendapatkan peluang kerja di masyarakat. Dari pekerjaan setelah lulus dari sekolah, namun
sikap ketiga orang tua yang tidak tega jika anak pekerjaan yang didapat tidak sesuai dengan
tunagrahita bekerja dan pasrah sehingga keterampilan vokasional yang didapatkan dari
membiarkan anak tunagrahita diam begitu saja di sekolah.
rumah. Orang tua anak tunagrahita Peluang kerja anak tunagrahita pasca
mengaharapkan bantuan dari pihak sekolah terkait SMALB masih sangat terbatas, dan peluang
peluang kerja anak tunagrahita. Padahal kerja yang ada tidak sesuai dengan
seharusnya antara orang tua, pihak sekolah dan keterampilan vokasional yang diajarkan di
10
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
sekolah. Dari hasil penelitian, di SLB Negeri anak tunagrahita berasal dari kalangan yang
Gedangan ada empat anak tunagrahita yang masih membutuhkan kebutuhan perut,
sudah lulus dari jenjang SMALB. Ada dua sehingga anak tunagrahita dibiarkan begitu
anak tunagrahita yang mendapatkan peluang saja dan tidak diberikan fasilitas ataupun
kerja dan ada dua anak tunagrahita yang tidak modal usaha.
mendapatkan peluang kerja. Setelah lulus dari Peran orang tua masih sebatas
sekolah, dua anak tunagrahita yang tidak memberikan makan, belum berperan dalam
mendapatkan peluang kerja hanya berdiam membantu memberikan pekerjaan kepada
diri menganggur di rumah dan kembali anak tunagrahita yang sudah lulus dari
bermain ke sekolah. Sedangkan dua anak sekolah. Namun ada satu orang tua yang
tunagrahita yang mendapatkan peluang kerja, sudah berperan dengan baik dalam membantu
mereka mendapatkan peluang kerja namun anak tunagrahita dalam mendapatkan peluang
tidak sesuai dengan keterampilan vokasional kerja. Orang tua membantu memasarkan
yang didapatkan dari sekolah. Anak keterampilan kerja yang dimiliki anak
mendapatkan keterampilan vokasional di tunagrahita dan berperan sebagai pendamping
bidang menyablon , peluang kerja yang anak tunagrahita dalam bekerja. Dengan hal
didapatkan ada di bidang mebel bagian tersebut orang tua menunjukkan bahwa anak
menggosok kayu. Selanjutnya anak tunagrahita bisa bekerja di lingkungan
tunagrahita yang meniliki latar belakang di masyarakat.
bidang otomotif, namun peluang kerja yang
didapatkan ialah bekerja di warung makan. B. Saran
Dan di SLB Al-Chusnaini, anak tunagrahita 1. Bagi pihak sekolah
memiliki keterampilan vokasional merajut a. Melakukan analisis kebutuhan pasar
namun peluang kerjanya melayani di koperasi sehingga keterampilan vokasional yang
sekolah. diajarkan bisa sesuai dengan kebutuhan
Terkait masalah peluang kerja bagi anak pasar
tunagrahita memang cenderung lebih sulit jika b. Mengadakan program kerja lapangan
dibandingkan dengan anak yang memiliki yang bekerja sama dengan mitra
jenis ketunaan lain. Selain itu pandangan c. Mengadakan pelatihan kerja untuk
masyarakat yang sebelah mata, yang tidak bisa mempersiapkan anak tunagrahita yang
mempercayai kinerja anak tunagrahita juga akan memasuki dunia kerja
menjadi salah satu hambatan aank tunagrahita d. Memiliki tempat kerja yang bisa
tidak mendapatkan peluang kerja dengan baik. menampung lulusan anak tunagrahita
Di samping itu, pihak sekolah melepaskan e. Mengajak orang tua (parenting) agar
anak tunagrahita yang sudah lulus dengan orang tua meneruskan apa yang
begitu saja, tidak diberikannya arahan untuk diajarkan di sekolah dan mendampingi
orang tua anak tunagrahita tersebut. Pihak anak tunagrahita
sekolah juga tidak memiliki mitra untuk f. Memberikan saran, arahan dan bekerja
bekerja sama dalam menampung pekerja anak sama dengan orang tua anak tunagrahita
tunagrahita. yang sudah lulus terkait masalah
peluang kerja
2. Peran orang tua dalam membantu anak 2. Bagi orang tua
tunagrahita dalam memperoleh peluang kerja a. Tidak memiliki sikap yang pasrah dan
pasca SMALB tidak tega terhadap anaknya
Peran orang tua dalam membantu anak b. Selalu memberikan motivasi kerja
tunagrahita untuk memperoleh pekerjaan kepada anak
belum berjalan dengan baik. Orang tua c. Memberikan arahan, keterampilan,
mengalami keterbatasan dari segi keterampilan fasilitas dan modal usaha kepada anak
sehingga tidak bisa membantu anak d. Menjalin kerja sama yang baik dengan
tunagrahita dalam mengembangkan masyarakat, agar masyarakat ikut
keterampilan vokasional yang diperoleh dari berperan dalam membantu memberikan
pihak sekolah ketika berada di rumah. Selain peluang kerja terhadap anak
itu orang tua memiliki peran untuk
memberikan fasilitas dan modal usaha kepada
anak tunagrahita agar bisa mendapatkan
peluang kerja di masyarakat. Namun orang tua
11
Studi Deskriptif Peluang Kerja Anak Tunagrahita Pasca SMALB
12