Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN
Disusun Oleh :
DITA NABILA NOVA PANGESTU
NIS: 1413486
KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI
i
LEMBAR PENGESAHAN INDUSTRI
Pada tanggal :
Di : Semarang
Mengetahui,
Ali Sadikin
General Manager
Suparlan
ii
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
Pada Tanggal :
Di : Semarang
iii
ABSTRAK
iv
MOTTO & PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kasih
karunia dan berkat yang telah diberikan kepada penulis.
2. Keberhasilan tidak akan tercapai bila tidak disertai dengan upaya dan doa.
3. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
4. Kejujuran dan berkemauan untuk belajar adalah kunci kesuksesan.
5. Rajin dalam berlatih akan membuat semuanya sempurna.
6. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, namun kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda.
7. Berpikir positif dan selalu optimis setiap mengerjakan hal yang tidak
mudah.
8. Rasa ingin tau membawa penulis untuk lebih banyak belajar dan mencari
wawasan dalam berbagai aspek.
9. Apabila di dalam diri seseorang ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu
kebaikan,maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya
ia dengan kemajuan selangkahpun.
10. Kadang kala hidup ini ingan atau berat tergantung dari jalan yang kamu
pilih.
11. Dalam hidup,kita harus dapat mencari kesukaan dan kesulitan.
v
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Industri serta dapat
menyusun laporan praktik kerja industri di PT.INDONESIA POWER Unit
Pembangkitan Semarang dengan judul “SISTEM KONTROL PRESSURE GAS
MENGGUNAKAN SPEEDTRONIC™ MARK V PADA STOP SPEED/RATIO
VALVE (SRV) DAN GAS CONTROL VALVE (GCV) PT. INDONESIA
POWER UP SEMARANG”
Laporan Praktik Kerja Industri ini merupakan pertanggung jawaban penulis
atas Praktik Kerja Industri selama 4 (empat) bulan di PT.INDONESIA POWER
Unit Pembangkitan Semarang. Disamping itu laporan ini disusun guna memenuhi
salah satu syarat untuk menempuh Ujian Kompetensi Teknik Elektronika Industri
Tahun Ajaran 2016/2017 di SMK Negeri 7 Semarang.
Selama melaksanakan Praktik Kerja Industri maupun proses penyusunan
laporan penulis mengalami berbagai kendala dan rintangan, Penulis menyadari
tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, kendala dan rintangan
yang penulis alami dalam perjalanan penulisan laporan Praktik Kerja Industri ini
terasa sangat ringan. Maka dari itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Drs. M. Sudarmanto, M.Pd selaku Kepala SMK Negeri 7 Semarang
2. Bapak…..selaku General Manager PT.Indonesia Power Unit Pembangkitan
Semarang.
3. Bapak Ali Sadikin selaku Supervisor Kontrol dan Instrumen PLTGU Blok II
PT.Indonesia Power UP Semarang yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan,pengalaman,dan ilmu bagi penulis.
4. Mas Dandy Alfian Sabila,Mas Ahmad Azmi Fikri,Pak Dady Utama selaku
Teknisi Pemeliharaan Kontrol dan Instrumen PLTGU Blok II PT.Indonesia
Power UP Semarang yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,
pengalaman,dan ilmu bagi penulis.
vii
5. Ibu Nyiroro Sri Djatiningsih,.Pd,M.T selaku Ketua Kompetensi Keahlian
Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang.
6. Bapak Firman selaku guru pembimbing SMK Negeri 7 (STM Pembangunan)
Semarang.
7. Staf dan Karyawan PT.Indonesia Power UP Semarang.
8. Rekan PKL SMK Negeri 7 Semarang,SMK Negeri 1 Semarang,SMK Negeri
2 Kendal,STTN Yogyakarta,dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
9. Keluarga selaku penyemangat penulis untuk menyelesaikan laporan Praktik
Kerja Industri.
10. Teman-teman kelas XIII Teknik Elektronika Industri 1 yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung dalam menyusun laporan ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3.29 Steam Turbine Generator.................................................................54
Gambar 3.30 Prinsip Kerja Steam Turbine Generator ..........................................55
Gambar 4.1 SRV dan GCV ...................................................................................58
Gambar 4.2 Skema Bagian utama SRV dan GCV ................................................59
Gambar 4.3 Strainer dari luar (kiri) Penyaring didalam Strainer (kanan) .............60
Gambar 4.4 Pressure Switch 63FG-3 ....................................................................60
Gambar 4.5 Pressure Gauge ..................................................................................61
Gambar 4.6 Sensor Pressure Jenis Tabung Bourdon.............................................62
Gambar 4.7 Pipa menuju ruang pembakaran.........................................................62
Gambar 4.8 Bagian Elektrohidrolik Servovalve....................................................63
Gambar 4.9 Cara Kerja Elektrohidrolik Servovalve .............................................64
Gambar 4.10 Skematik LVDT (Kiri), Prinsip kerja LVDT (Kanan) ....................65
Gambar 4.11 Skema kerja sensor pressure jenis Diafragm ...................................66
Gambar 4.12 Presure Transmiter...........................................................................67
Gambar 4.13 Sistem Kerja Komponen-Komponen SRV GCV ............................68
Gambar 4.14 Sistem Kendali SRV dengan Card SPEEDTRONIC TM Mark V ....70
Gambar 4.15 Skematik Pengendalian P2 dengan menggunakan
SPEEDTRONIC TM Mark V ...................................................................................71
Gambar 4.16 Sistem Kendali GCV dengan Card SPEEDTRONIC TM Mark V.....72
Gambar 4.17 Grafik Gas Ratio Valve intervolume Pressure Reference ...............73
Gambar 4.19 Diagram Blok Pengendalian Servovalve dengan menggunakan
Mark V ...................................................................................................................74
Gambar 4.20 Typical Servovalve Control Loop pada GCV .................................75
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Meningkatkan pengenalan siswa pada aspek aspek usaha yang potensial
dalam kerja dan mempelajari pengaplikasian teori yang telah di dapatkan
dari industri.
4. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap professional yang di
perlukan siswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidang
keahliannya.
5. Dapat membekali siswa dengan pengalaman kerja serta memantapkan
disiplin dan tanggung jawab siswa terhadap berbagai jenis pekerjaan
yang berhubungan dengan pengetahuan yang dipelajari.
6. Memberikan gambaran secara langsung tentang keadaan dunia industri
sebenarnya para siswa praktik kerja lapangan yang nantinya pasti akan
mereka hadapi.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memasyarakatkan dirinya
pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.
8. Meningkatkan pengenalan siswa pada aspek-aspek dalam potensial
lapangan kerja, misalnya jenjang karir, struktur organisasi dan
manajemen usaha.
9. Memperoleh saran dan kritik yang berguna untuk memperbaiki dan
mengembangkan mutu pendidikan didalam sekolah menengah kejuruan.
2
1.3 Alasan Pemilihan Judul
Dilihat dari peran setiap alat pada proses pembangkitan listrik, stop
speed/ration valve (SRV) dan gas control valve (GCV) sangat penting
dalam suplai penanganan bahan bakar gas. Jadi penulis memilih “SISTEM
KONTROL PRESSURE GAS MENGGUNAKAN SPEEDTRONIC™
MARK V PADA STOP SPEED/RATIO VALVE (SRV) DAN GAS
CONTROL VALVE (GCV) PT. INDONESIA POWER UP
SEMARANG”. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa stop
speed/ration valve (SRV) dan gas control valve (GCV) merupakan peralatan
essential dalam suatu pembangkit.
1.4 Tujuan Penulisan Laporan
3
4. Sebagai bahan acuan sekolah untuk meningkatkan program pelajaran
selanjutnya.
5. Sebagai pertanggungjawaban siswa terhadap tugas telah melaksanakan
praktik kerja lapangan.
4
Metode ini dilaksanakan dengan cara :
a) Melihat dan mengamati secara langsung bagian-bagian mesin serta
proses produksi listrik pada PLTGU.
b) Melihat dan mengamati prinsip kerja
c) Mengumpulkan data-data akurat yang telah didapat sebagai bahan
pembuatan laporan praktik kerja lapangan.
5
d) Membaca brosur sistem produksi PT. Indonesia Power UBP
Semarang.
e) Mengambil data dari internet.
4. Metode Dokumentasi
Metode ini dilaksanakan dengan cara mempelajari data dari laporan
praktik kerja lapangan yang sebelumnya. Sehingga, penulis dapat
mengerti dengan jelas terhadap objek yang sedang dilaksanakan.
1. Bagian Pendahuluan
2. Bagian Isi
1. BAB I PENDAHULUAN
6
2. BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang stop speed/ratio valve (SRV) dan gas control
valve (GCV) pengertian dan peralatan pendukung lainnya,bagian
penyusun,dan cara kerja GCV dan SRV.
5. BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran mengenai materi pembahasan yaitu
sistem kontrol pressure gas menggunakan speedtronic™ mark v pada
stop speed/ratio valve (SRV) dan gas control valve (GCV)
Bagian penutup
7
8
9
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari
PERUM menjadi PERSERO. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 3
Oktober 1995, PT PLN ( PERSERO) membentuk dua anak perusahaan, yang
tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban
oleh BUMN tersebut. Salah satu dari anak perusahaan tersebut adalah PT
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa - Bali I, atau dikenal dengan PLN PJB I.
Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada
bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha - usaha lain yang terkait.
10
Pada 3 oktober 2000, tepatnya pada ulang tahunnya yang ke-5,
manajemen perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN
PJB1 menjadi PT INDONESIA POWER. Perubahan nama ini merupakan
upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis
ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang
akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
11
penting dalam menjaga keandalan dan mutu system kelistrikan Jawa Bali
terutama Jawa Tengah.
2.2.2 Misi
2.2.3 Motto
12
2.2.4 Tujuan
Tujuan PT Indonesia Power adalah:
2.2.5 Paradigma
13
1. Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu
keyakinan akan nilai - nilai atau filosofi.
2. Nilai adalah bagian daripada budaya perusahaan yang
dirumuskan untuk membantu upaya mewujudkan budaya
perusahaan tersebut. Di PT Indonesia Power, nilai ini disebut
dengan ” Filosofi Perusahaan”.
3. Paradigma adalah suatu kerangka berfikir yang melandasi
cara seseorang menilai sesuatu.
4. Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan
perilaku yang didasarkan pada lima filosofi dasar dan lebih
lanjut filosofi dasar ini diwujudkan dalam dua belas dimensi
perilaku.
14
1. Memberikan acuan bagi seluruh anggota organisasi tentang
bagaimana cara merealisasikan budaya perusahaan.
15
8. Pemberdayaan, memberdayakan pengambilan potensi SDM
dengan memberikan kepercayaan dan kewenangan yang
memada.
a. INTEGRITAS
Kata Kunci : Demi Perusahaan
Insan IP senantiasa bertindak sesuai etika perusahaan serta
memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Indikataor perilaku :
1. Bangga sebagai insan IP.
2. Mengambil tindakan yang bertanggung jawab.
3. Mengharumkan nama Indonesia Power.
4. Mengajak kebaikan dan mencegah penyimpangan.
5. Sesuai kata dengan perbuatan.
6. Teladan dan mengajak orang lain dalam beretika dan
melaksanakan GCG.
7. Melaksanakan IP bersih.
16
b. PROFESIONAL
Kata Kunci : Tahu, Mampu dan Mau, serta menyenangi
Pekerjaan
Insan IP Senantiasa menguasai pengetahuan, keterampilan
dan kode etik bidang pekerjaan serta melaksanakannya secara
akurat dan konsisten. Indikator perilaku :
1. Melaksanakan tugas dengan pengetahuan, keterampilan,
SOP, dan kode etik.
2. Mencapai kinerja terbaik.
3. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk
antisipasi tuntutan pekerjaan terus menerus.
4. Bekerja secara cerdas, terencana, dan sistematis.
5. Menentukan prioritas.
6. Mengambil keputusan terintegrasi.
7. Menyampaikan pendapat sesuai pengetahuan dan
keterampilan.
8. Melakukan tugas secara teliti dan akurat.
c. PRO-AKTIF
Kata Kunci : Peduli, Cepat tanggap, Peningkatan Kinerja
Insan IP senantiasa peduli dan cepat tanggap melakukan
peningkatan kinerja untuk mendapatkan kepercayaan
stakeholder. Indikator perilaku :
1. Mengantisipasi perkembangan teknologi melalui perbaikan
berkelanjutan dan inovasi.
2. Mencari peluang baru secara aktif untuk peningkatan kinerja
pribadi maupun perusahaan.
3. Mencari tahu secara aktif dan segera mengambil tindakan
untuk memenuhi kebutuhan stakeholder
4. Cepat tanggap terhadap kondisi kerja dan lingkungan.
17
5. Segera mengambil tindakan perbaikan untuk peningkatan
kinerja.
6. Mencari solusi secara aktif untuk mengatasi hambatan tugas.
7. Menyelesaikan masalah hingga tuntas.
d. SINERGI
Kata Kunci : Saling percaya, Kerja sama, Karya Unggul
Insan IP senantiasa membangun hubungan kerja sama
yang produktif atas dasar saling percaya untuk menghasilkan
karya unggul. Indikator perilaku :
1. Menjadi bagian dari keseluruhan bisnis proses perusahaan
serta menjalankannya sesuai dengan peran dan fungsi
masing- masing.
2. Memastikan hasil kerja optimal mendukung keberhasilan
proses kerja berikutnya dan keseluruhan.
3. Memberikan kontribusi ide dan bantuan sesuai dengan
keahlian dan tanggung jawab.
4. Berbagi pengetahuan dan keterampilan secara aktif.
5. Mengarahkan kelompok kerja secara aktif.
1. Leadership Excellence.
18
2. Business Process Excellence.
3. People Excellence.
4. Learning Organization.
19
5. Meningkatkan waktu operasi pemeliharaan.
2.3.6 Logo
20
2.3.6.2 Warna
1. MERAH
2. BIRU
21
2.4 Kapasitas Daya PT.Indonesia Power UP Semarang
Daya yang terpasang di Unit Pembangkitan Semarang ini adalah
sebagai berikut :
22
2.5 Struktur Organisasi
23
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Bagian Pemeliharaan
24
BAB III
PROSES PRODUKSI LISTRIK PLTGU PT. INDONESIA POWER UNIT
PEMBANGKITAN SEMARANG
3.1 Pendahuluan
Pada proses pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) ini mempunyai
ciri yang khas dari pembangkit-pembangkit pada lain yaitu dapat menjadi
proses gas saja (PLTG) atau dapat juga di combine sehingga menjadi
pembangkit listrik tenaga uap (PLTGU), dengan cara combine ini proses
dari pembangkitan listrik ini menjadi efisien. Pembangkit listrik ini
biasanya menjadi penombang tambahan pada saat beban listrik mengalami
beban puncak. Pada PLTGU ini dapat langsung online ke sistem trasmisi
dengan cepat selama 15 menit, ini merupakan salah satu kelebihan dari
PLTGU. Secara garis besar dalam proses pembangkitan ini adalah :
3.1.1 PLTG
Sering juga disebut sebagai pembangkitan licstrik tenaga gas uap dengan
sistem open cycle. Hal ini dikarenakan pada prosesnya gas buangan yang
dihasilkan gas turbin setelah terjadi proses produksi listrik langsung dibuang
25
ke cerobong atau langsung di bypass melalui cerobong exhaust. Gas
buangan yang dibuang oleh gas turbine tersebut bersuhu 500o C.
26
Gambar 3.3 Proses terjadinya pembakaran
Kemudian uap yang dihasilkan akan memutar turbin yang telah dikopel
terhadap generator singkron, pada PLTG itu sendiri disebut GTG (gas
turbine generator). Pada PLTGU tambak lorok Semarang mempunyai 3
GTG dari 6 unit yang dimiliki. Setelah itu generator akan membangkitkan
listrik 11 kV dan akan dinaikan teganganya oleh trafo menjadi 150 kV dan
ditrasmisikan ke jaringan.
3.1.2 PLTGU
27
Gambar 3.4 Proses PLTGU
Uap yang dihasilkan ketika terjadi open cycle adalah 500o C hal ini
mengindikasikan dari energi tersebut masih bisa dimanfaatkan, maka uap
yang dihasilkan turbin uap pada prosesopen cycle tersebut tidak langsung
dibuang melalui cerobong exhaust melainkan digunakan kembali dialirkan
ke HRSG (heat recovery steam generator) yang pada nantinya uap tersebut
akan memasak air sehingga uap yang dihasilkan melalui pemasakan air
tersebut akan memutar turbine yang telah dikopel dengan generator.
Pada PLTGU itu sendiri disebut STG (steam turbine generator). Pada
PLTGU tambak lorok mempunya 1 STG dari 6 unit yang dimiliki, sama
seperti pada saat digunakan open cycle energi listrik yang dihasilkan pada
nantinya akan ditrasmisikan ke jaringan. Namun dalam menambah
keefisiensianya uap yang dihasilkan turbin pada proses PLTGU akan
diarahkan ke kondensator untuk diembunkan dan nantinya akan
menghasilkan air dengan kadar elektrolit yang rendah, lalu air tersebut akan
dialirkan ke daerator, di daerator air tersebut akan dihilangkan kadar
oksigenya atau gas-gas terlarut lainnya, karena oksigen dan gas-gas terlarut
28
lainya akan menimbulkan korosi pada pipa-pipa. Kemudian dari daerator air
kan di tampung feed water pump dan kemudian air tersebut akan dialirkan
ke pipa-pipa air HRSG kembali. Ini yang dinamakan proses close cycle. Daya
keluaran PLTGU tambak lorok Semarang pada tiap GTG dan STG ialah 100
MW.
3.1.3 GTG
Turbin gas merupakan mesin yang dapat mengkonversi energi
panas dari gas hasil pembakaran menjadi energi mekanis dan
digunakan untuk memutar turbin tersebut.
1. Prinsip Operasi
Prinsip kerja dari turbin gas adalah sebagai berikut: GTG (Gas
Turbin Generator) berada dalam status on cooling down, poros as
GTG diputar sekitar 46 rpm. Ketika di startup motor cranking
berputar menggerakan seluruh as GTG termasuk kompresornya,
sehingga udara atmosfer yang dihisap oleh kompresor dinaikan
tekananya beberapa kali lipat. Kompresor tersebut menhasilkan
udara bertekanan tinggi masuk ke ruang bakar (Combustion
Chamber). Sampai pada putaran 300 rpm maka bahan bakar yang
telah dipompa dengan pompa bahan bakar masuk ke ruang
pembakaran, pada setiap unit GTG ada 14 ruang bakar, dua
diantaranya yaitu ruang pembakaran nomor 13 dan 14 terdapat busi
(spark plug ignition), berfungsi sebagai penyalaan awal api
pembakaran.
Spark plug ignition melakukan pengapian kurang lebih selama
1 menit dan terjadilah pembakaran didalam combustion chamber,
29
dan kemudian pembakaran ditularkan ke ruang bakar lain melalui
masing-masing cross fire tube. Setelah itu semua ruang bakar yang
sebanyak 14 buah tersebut secara serentak dan bersama-sama
terjadi pembakaran, disitu akan terpantau dengan menggunakan
flame detector sebanyak 4 buah, proses ini disebut dengan
sekuensial firing dinyatakan selesai.
Skema dari suatu turbin gas dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
30
)* Data di ambil pada tanggal 14 Oktober 2016
31
Gambar 3.7 Bagian Dalam Turbin Gas
A. Motor Cranking
Motor cranking digunakan sebagai pemutar awal startup saat turbin
belum menghasilkan tenaga. Seperti pada mesin – mesin yang beruang
bakar internal lainya, gas turbin tidak bisa berputar atau tidak
menghasilkan tenaga putaran awal sendiri pada saat putaranya 0 (zero
speed). Oleh sebab itu dibutuhkan sistem start untuk melakukan
perubahan keadaan Gas Turbine. Sebagai pemutar awal sampai
dengan mencapai kecepatan putaran untuk pembakaran dan
membantu untuk mencapai kecepatan putaran tertentu, sehingga gas
turbin yang sudah dalam keadaan start pembakaran tersebut mampu
berputar dan ber-akselerasi sendiri menuu kecepatan putaran
nominalnya. Untuk semua itu digunakan sebuah motor induksi
sebagai motor starter dan dibantu dengan torque converter yang
dioperasikan dimana ia berfungsi sebagai sebuah kopling
penyambung dengan accessories gear.
32
B. Kompresor Utama
Dalam pembangkitan listrik khususnya pada pembangkitan dengan
menggunakan turbin gas, kompresor berfungsi untuk mensuplai udara
bertekanan tinggi kedalam ruang bakar turbin gas sesuai kebutuhan.
Kompresor terdiri dari dua bagian utama yaitu: Rotor, terdiri dari sudu
gerak yang berfungsi sebagai menghisap dan menekan udara. Stator,
bagian kompresor yang diam yang berfungsi untuk mengarahkan
aliran udara ke sudu gerakanya. Bagian stator terpasang pada casing
kompresornya yang terdiri dari: Bagian discharge, bagian aft, bagian
forward, dan bagian inlet.
Bagian inlet adalah tempat masuknya udara kedalam kompresor.
Pada bagian inlet terpasang inlet guide vanes yang dilengkapi duct
assembly dan inlet house. Inlet Guide Vane (IGV) berfungsi untuk
mengatur banyaknya udara yang masuk kedalam kompresor. Pada
waktu start IGV membuka pada posisi sekitar 440, bersamaan dengan
naiknya putaran turbin dan terjadi pembakaran di ruang bakar, maka
IGV akan membuka dari 44° - 88°.
Untuk mendapatkan tekanan yang tinggi, maka makin kebelakang
kompresor makin menyempit, sehingga volume udara semakin
mengecil dan tekanan semakin tinggi. Naiknya tekanan udara pada
kompresor disebabkan oleh: mengecilnya saluran, dan daya dorong
yang diberikan sudu kompresor. Efisiensi kerja dari kompresor
tergantung dari bermacam macam sebab, seperti kecilnya jarak antara
sudu sudu yng berputar dengan sudu stator yang diam. Dan juga
ditentukan oleh perbedaan permukaan (tingkat friction) sudu sudu
kompresornya. Hal ini diakibatkan dari lamanya operasi kerja
kompresor, ataupun seringnya terjadi erosi atau penggunaan dari
partikel-partikel dan debu debu pada permukaan sudu kompresor
tersebut. Dan yang termasuk juga dapat mempengaruhi antara lain:
Uap minyak pelumas, asap, (termasuk asap kendaraan di jalan-jalan
33
perkotaaan), dan garam-garam dari uapa air laut, sehingga
mengakibatkan pengotoran atau merosotnya unjuk kerja kompresor
dan seterusnya akan menurunkan daya output gas turbin lebih dari
10%. Kompresor utama adalah kompresor aksial yang berguna untuk
memasok udara bertekanan kedalam ruang bakar yang sesuai dengan
kebutuhan. Kapasitas kompresor harus cukup besar karena pasokan
udara lebih (excess air) untuk turbin gas dapat mencapai 350%.
34
untuk menunjang operasionalnya. Seperti beberapa contoh disebut
dibawah ini tentang besar kebutuhan udara pada sebuah unit Turbin
Gas:
1. Turbin Gas GE Type MS 3000, kurang lebih sebanyak 100 lb/
detik atau kurang lebih 45,32 kg/ detik. (Equal Gas)
2. Turbin Gas GE Type MS 7001, kurang lebih sebanyak 609 lb /
detik atau kurang lebih 276 kg / detik. (Equal Gas)
35
mematikan Gas Turbine yang sedang beroprasi, ketika diperlukan
membersihkan diperlukan membersihkan filter-filter tersebut, atau
mengganti filter-filter yang baru. Tahanan aliran udara yang
melewati semua filter-filter tersebut sebesar 2-3 inchi H20, (3,7 s/d
5,6 mmHg).
d) Casing
Casing merupakan pembungkus kompresor dibuat dari baja cor
karbon rendah. Untuk memudahkan pembuatan , pemasangan dan
pembongkaranya casing compresor terdiri dari beberapa segmen
pada bidang bagi horizontal maupun vertikal. Pada bidang bagi
horizontal terdiri atas upper casing (casing atas), lower casing
(casing bawah),sedangkan pada bidang vertical casing tersebut
dapat dibagi dalam tiga segmen seperti gambar dibawah.
Inlet casing terbuat dari plat baja dibentuk sedemikian rupa
sehingga:
1. Aliran udara masuk ke dalam kompresor halus tanpa terjadi
turbulen.
2. Berfungsi sebagai rumah bearing.
3. Berfungsi sebagai rumah inlet guide vanes.
36
e) Inlet Guide Vanes (IGV)
Pada kompresor berkapasitas besar, disisi udara masuk
kompresor yaitu pada inlet casing dipasang variable IGV, sedangkan
pada kompresor berukuran kecil umumnya dipasang fixed guide
vanes. Variable IGV berfungsi untuk mengatur volume udara yang
dikompresikan sesuai kebutuhan atau beban turbin. Pada saat
startup, IGV juga berfungsi untuk mengurangi surge. Pasa saat stop
dan selama startup, IGV tertutup (pada unit tertentu, posisi IGV 34°
- 38°), kemudian secara bertahap membuka dengan seiring
meningkatnya beban turbin. Pada beban turbin tertentu IGV terbuka
penuh (83°-90°). Selama stop normal IGV perlahan – lahan ditutup
bersamaan dengan turunya beban, sedangkkan pada stop emergency,
IGV tertutup bersamaan dengan tertutupnya katup bahan bakar.
f) Rotor dan Moving Blades
Pada rotor kompresor dipasang moving blades yang jumlah
tingkatanya dapat mencapai 17 tingkat atau lebih. pemasangan
moving blades terhadap rotor dengan menggunakan kontruksi
dovetail (sambungan bergerigi) dan dipasak agar tetap berada pada
posisinya. Jumlah tingkat yang banyak akan menghasilkan tekanan
udara yang tinggi (dapat mencapai 10 bar atau lebih). Udara didalam
kompresor mengalir kearah aksial melewati moving blades dan fixed
blades. Pada moving blades terjadi perubahan energi mekanik
menjadi energi kinetik. Celah yang dilalui udara kearah belakang
semakin menyempit sehingga tekanan udara semakin besar.
37
Gambar 3.10 Rotor dan moving blades kompresor
Gambar 3.11 Lubang saluran pendingin pada sudu gerak dan sudu diam
38
C. Ruang Bakar (Combustion Chamber)
39
f) Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua
combustion chamber.
g) Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi
proses pembakaran terjadi.
40
Gambar 3.13 Pola aliran udara sistem pembakaran axial-flow
41
D. Turbin
Bagian ini merupakan tempat terjadinya perubahan energi kinetik
kecepatan menjadi energi mekanik putar yang digunakan untuk
menggerakan kompresor aksial dan juga sebagai penggerak beban.
Proses ekspansi gas pembakaran pada turbin gas terjadi pada turbin,
karena proses tersebut, terjadi perubahan energi kinetik gas
pembakaran menjadi energi mekanik poros turbin, energi ini akan
menggerakan kompresor dan peralatan lainnya. Komponen-
komponen pada turbin section adalah sebagai berikut :
a) Turbin Rotor Case
b) First Stage Nozzle, yang berfungsi untuk mengarahkan gas panas
ke first stage turbine wheel.
c) First Stage Turbine Wheel, berfungsi untuk mengkonversikan
energi kinetik dari aliran udara yang berkecepatan tinggi menjadi
energi mekanik berupa putaran rotor.
d) Second Stage Nozzle dan Diafragma, berfungsi untuk mengatur aliran
gas panas ke second stage turbine wheel, sedangkan diafragma
berfungsi untuk memisahkan kedua turbin wheel. Gambar Second
Stage Nozzle, Second Stage Turbine dapat dilihat seperti gambar
berikut:
e) Second Stage Turbine, berfungsi untuk memanfaatkan energi kinetik
yang masih cukup besar dari first stage turbine untuk menghasilkan
kecepatan putar rotor yang lebih besar. Gambar Second Stage
Turbine dapat dilihat Gambar Komponen – komponen Turbin dapat
dilihat seperti gambar dibawah ini.
42
Gambar 3.15 Komponen – komponen Turbin
43
2. Starting Equipment
Berfungsi untuk melakukan startup sebelum turbin bekerja. Jenis-
jenis starting equipment yang digunakan pada unit-unit turbin gas
pada umumnya adalah diesel Engine, Induction Motor, dan Gas
Expansion Turbine (Starting Turbine).
3. Cooling System
Sistem pendingin yang digunakan pada turbin gas adalah air dan
udara. Udara dipakai untuk mendinginkan berbagai komponen pada
section dan bearing. Komponen-komponen utama dari cooling
system adalah:
1. Off base Water Cooling Unit
2. Lube Oil Cooler
3. Main Cooling Water Pump
4. Temperature Regulation Valve
5. Auxiliary Water Pump
6. Low Cooling Water Pressure Switch
E. Generator
Generator merupakan alat yang mampu menghasilkan energi
listrik yang bersumber kepada energi mekanik dan umumnya
menggunakan induksi elektromagnetik.Sumber energi mekanik
sendiri bisa berasal dari resiprokat atau pun turbin.
1. Cara Kerja Generator:
Cara kerja generator adalah melalui pergerakan medan magnet
yang ada di rotor terhadap kumparan tetap yang terdapat di stator.
Medan magnet tersebut dihasilkan dengan cara memberikan
tegangan DC (Direct Current) pada kumparan penguat medan
yang ada di rotor yang dapat dihasilkan melalui penguat sendiri
maupun penguat terpisah. Sumber tegangan DC sendiri bisa
didapat dari aki (accumulator). Setelah itu pemotong medan
magnet bisa menggunakan bahan konduktor untuk memotong
medan magnet yang ada, karena apabila tidak memotong maka
44
prinsip kerja generator tidak akan timbul yang berupa gaya gerak
listrik. Generator listrik mempunyai 2 macam jenis yaitu generator
listrik AC dan generator listrik DC. Generator listrik AC
mempunyai dua kutub stator sehingga apabila kutub-kutub magnet
yang berlawanan dihadapkan maka akan menimbulkan sebuah
medan magnet. Sedangkan generator listrik DC mempunyai
komulator sehingga arus listrik yang akan dihasilkan berupa arus
listrik DC sekalipun sumbernya berupa arus listrik AC. Adapun
alat yang mampu mengkonverter arus listrik searah (DC) menjadi
arus listrik AC yaitu inverter listrik .
3.2.2 HRSG
HRSG ( Heat Recovery Steam Generator ) UBP Semarang
memiliki 2 blok Combine Cycle Power Plant dengan kapasitas
masing-masing 1x 500 MW. Per bloknya terdiri dari 3 x 100 MW
turbin gas dan 1 x 200 MW turbin uap yang merupakan combine
cycle dari sisa gas buang dari GTG.100 o C tergantung dari load gas
turbin dan ambien temperatur. HRSG ini didesain untuk beroperasi
pada turbin gas dengan pembakaran natural gas dan destilate
oil.± 514 o C (HSD) pada outlet flow gas ±Untuk masing-masing
45
HRSG akan membangkitkan uap sebesar 194,29 ton/jam total flow,
pada inlet flow gas.
A. Bagian-bagian HRSG
Secara garis besar HRSG terdiri atas 2 tingkat,sesuai dengan
uap yang di hasilkan,yaitu high pressure (HP) dan Low pressure
(LP).Kedua uap tersebut dipisahkan dengan peralatan yang
berbeda,sesuai dengan gas buang yang dilaluinya.di bagian
bawah peralatan HP, dan dilalui gas buang paling
panas.sementara peralatan LP terletak di bagian atas.
1. Komponen low pressure
Komponen HRSG dalam membentuk Low Pressure (LP)
Steam adalah :
a. LP Economizer
LP Economizer berfungsi untuk menaikkan
temperature air bertekanan rendah yang masuk dari
deaerator menuju ke LP economizer mempunyai luas
penampang kira-kira 15241 𝑚2 dimana pipa tersebut
dipanaskan dengan suhu yang rendah.
b. LP Drum
LP Drum berfungsi untuk memisahkan air dan uap
yang telah dipanaskan oleh LP Economizer dan
menampung hasil dari sirkulasi LP evaporator,Uap
46
yang dihasilkan akan dipanaskan lagi pada LP super
heater,sedangkan airnya disirkulasikan kembali ke LP
evaporator agar menjadi uap.sebagian air yang
ditampung juga akan dipindahkan ke HP drum
menggunakan pompa HP Transfer Pump.
c. LP Circulating Pump
LP Circulating pump berfungsi untuk mensirkulasi
air / uap bertekanan rendah.
47
d. LP Evaporator
LP Evaporator untuk menguapkan air bertekanan
rendah yang masuk pada LP circulatin
pump.selanjutnya uap tersebut masuk LP drum dan
keluar melalui LP superheater.kemudian air yang
belum menjadi uap akan di sirkulasikan kembali pada
LP evaporator.diameter luar pipa adalah 31,8 mm dan
tebal pipa 2,6 mm.
e. LP Superheater
LP Superheater berfungsi memanaskan uap yang
ada dalam pipa dari LP drum untukmenghasilkan uap
kering menuju LP Turbin untuk menggerakan turbin
yang di STG.Diameter pipa LP Superheater adalah 38
mm dan tebal 12,5 mm.
f. HP Transfer Pump
Hp transfer pump berfungsi untuk memindahkan air
dari LP drum ke HP drum.
48
Gambar 3.22 HP Transfer Pump
a. HP Economizer
HP Economizer mempunyai fungsi yang sama dengan LP
Economizer,uap dari LP drum di pompa oleh HP transfer pump
melewati hp economizer kemudian masuk ke HP drum bagian
atas.diameter pipa 31,8 mm dan tebal pipa 3,2 mm
b. HP Drum
Pada prinsipnya,HP drum sama dengan LP drum.Yang
membedakan hanya tekanan pada HP drum lebih tinggi pada LP
drum.
49
c. HP Circulating pump
HP Circulating pump berfungsi mensirkulasi air/uap bertekanan
tinggi.
50
Gambar 3.26 Susunan pipa HP Superheater I dan II
Gas buang dari turbin gas yang temperaturnya masih tinggi (sekitar
550 0 C) dialirkan masuk ke HRSG untuk memanaskan air didalam pipa-
pipa pemanas, kemudian gas buang ini dibuang ke atmosfir melalui
cerobong dengan temperatur yang sudah rendah (sekitar 130 0 C). Air
didalam pipa-pipa yang berasal dari drum sebagian berubah menjadi
uap karena pemanasan tersebut. Campuran air dan uap ini selanjutnya
masuk kembali ke dalam drum. Di dalam drum, uap dipisahkan dari air
menggunakan separator.
51
Uap yang terkumpul kemudian diarahkan untuk memutar turbin uap,
sedangkan air nya dikembalikan kedalam drum untuk disirkulasikan lagi
kedalam pipa-pipa pemanas bersama dengan air pengisi yang baru.
Demikian proses ini terjadi berulang-ulang selama HRSG
beroperasi. Agar dapat memproduksi uap yang banyak dalam waktu
yang relatif cepat, maka perpindahan panasnya dilakukan dengan aliran
berlawanan atau cross flow, dan sirkulasi airnya harus cepat.
Pada prinsip Heat Recovery Steam Generator dan boiler adalah sama,
yaitu suatu peralatan pemindah panas yang digunakan untuk mengubah
air menjadi uap dengan bantuan panas. Perbedaan utama terletak pada
sumber panas yang digunakan dan susunan pipa pemanasnya.
3.2.3 STG
Steam Turbin Generator merupakan pembangkit listrik dengan
memanfaatkan tenaga uap untuk memutar turbin uap. Pada dasarnya turbin
52
uap terdiri dari dua bagian yaitu rotor dan stator. Pada rotor terdapat banyak
blade (sudu) yang akan digerakan oleh uap bertekanan tinggi yang
disemprotkan melalui nozzle. Turbin yang bergerak akan menghasilkan
listrik melaui generator. Penggunaan sistem combined cycle ini lebih
efesien dan mampu menghasilkan daya yang lebih besar dengan cost yang
rendah. Pada PLTGU Tambak Lorok blok 1 ini, skema yang digunakan
dikenal dengan isltilah 3 -3 -1. Dimana terdapat 3 GTG, 3 HRSG dan
bermuara ke 1 STG. Gambar dibawah ini menunjukan skema pembangunan
power plant combined cycle.
53
gabungan, tergantung pada cara perolehan pengubahan energi potensial
menjadi energi kinetik akibat semburan uap.
54
HRSG
2. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang
berfungsi mengkondensasikan uap bekas dari turbin menjadi titik-titik
air (air kondensat) dan air yang terkondensasi menjadi air ditampung
pada Hotwell. Selanjutnya air tersebut disirkulasikan kembali ke
boiler/HRSG untuk diproses kembali menjadi uap .
Proses pada kondensor yang terjadi adalah proses perpindahan
panas. Panas dari uap bekas diteruskan ke massa fluida pendingin
melalui media pemisah yaitu permukaan perpindahan panas yang dibuat
dengan pipa-pipa dengan ketebalan yang tipis dalam jumlah banyak .
Masalah yang umum dan sering terjadi pada kondensor adalah
Fouling, Fouling disebabkan oleh lumpur atau binatang laut yang akan
mempertinggi resistansi sehingga menghambat perpindahan panas dari
Last Stage Steam Turbine ke air pendingin, karena itu harus dihambat
55
laju fouling terhadap pipa kondensor yang dapat menurunkan performa
kondensor.
Pada PLTGU Semarang jenis kondensor yang digunakan adalah
berupa shell and tube , dimana air laut mengalir didalam tube untuk
mendinginkan uap bekas yang berasal dari turbin, pada proses
kondensasi ini mengakibatkan sisi uap kondensor (termasuk hotwell)
berada dalam kondisi vakum . Bila air pendingin berkurang maka vakum
akan turun dan pada kondisi ekstrim dapat mengakibatkan dearating dan
bila vakum terus turun akan mengakibatkan unit trip , karena itu air
pendingin utama merupakan unsur yang vital pada sebuah
PLTU/PLTGU.
56
BAB IV
SISTEM KONTROL PRESSURE GAS MENGGUNAKAN
SPEEDTRONIC™ MARK V PADA STOP SPEED/RATIO VALVE (SRV)
DAN GAS CONTROL VALVE (GCV)
4.2 Diskripsi Umum Stop Ratio Valve (SRV) dan Gas Control Valve
(GCV)
4.2.1 Pengertian SRV dan GCV
Stop Speed/Ratio Valve (SRV) dan Gas Control Valve (GCV)
adalah katup pengatur keluaran bahan bakar gas. SRV GCV
57
merupakan bagian dari Sistem Bahan Bakar Gas Turbin Generator
(GTG). Secara umum kedua valve ini SRV dan GCV dikemas menjadi
satu alat.Pada SRV dan GCV, indikator fisis yang di ukur dan
dikendalikan adalah Pressure (Tekanan) gas. Mulanya gas masuk
melalui SRV, kemudian diatur tekanannya sehingga dapat dialirkan
keluar oleh GCV sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan sistem.
Sehingga didapat hasil pembakaran yang sesuai dengan kecepatan
turbin, karena putaran turbin merupakan fungsi dari tekanan gas.
58
Gambar 4.2 Skema Bagian utama SRV dan GCV
59
Gambar 4.3 Strainer dari luar (kiri) Penyaring didalam Strainer
(kanan)
2. Pressure Switch
Pressure Switch 63HG-1,2,3 dipasang di bagian awal
pipa gas SRV dan GCV. Alarm pelindung akan aktif
dan akan terjadi trip saat tekanan dari oil kurang dari
20 psi. Kondisi trip ini sebagai sistem proteksi dalam
melindungi SRV GCV. Saat tekanan oil bertambah dan
melebihi 24 psi, maka sistem akan kembali ready dan
kembali siap untuk membuka SRV.
60
bakar gas menjadi bahan bakar cair (HSD) saat tekanan
dari bahan bakar gas turun hingga dibawah 265 psi. Hal
ini bertujuan agar proses penyaluran bahan bakar ke
ruang pembakaran dapat terus berlangsung tanpa
terganggu saat tekanan gas kurang dari 265 psi.
3. Pressure Gauge
Berfungsi untuk mengukur tekanan dari gas yang masuk
melalui SRV (P1), mengukur tekanan antar valve (P2),
tekanan saat gas keluar dari GCV (P3), serta tekanan dari trip
oil secara lokal atau langsung di lapangan.
Secara fisis Pressure (P) merupakan gaya (F) per satuan luas
(A) dengan satuan Pascal atau Bar. Ada beberapa tipe sensor
yang digunakan untuk mengukur Pressure gas, salah satu yang
digunakan yaitu: Tabung Bourdon. Tabung Bourdon. Adalah
61
jenis sensor pressure yang melewatkan fluida melalui pangkal
tabung berbentuk lingkaran dan ujungnya diberi bahan elastik.
Saat fluida melewati lapisan elastik, maka akan merubah
ukuran dari bahan sehingga jarum penunjuk yang dikopel
dengan bahan elastik akan berubah geraknya sesuai dengan
pressure yang mengenai lapisan elastik.
62
terpasang di SRV dan GCV Saat kecepatan turbin turun hingga
30 RPM dan turbin GTG Show Roll Down atau saat turbin
akan dimatikan.
Yang kedua adalah Solenoid valve 20 FG-1 yang berfungsi
sebagai solenoid trip oil dalam membuka jalur aliran oli
hidrolik untuk bukaan SRV.
6. Elektrohidrolik Servovalve
Adalah hidrolik yang bekerja berdasarkan sinyal elektrik
dari motor servo. Tenaga putaran motor diperbesar didalam
ruang udara dari magnet lentur. Magnet lentur ini juga
memberikan kekuatan diantara elektromagnetik dan hidrolik
dari valve. Keduanya dihubungkan satu sama lain pada sisi lain
dari pipa.
63
sinyal feedback melawan torsi ke inputan asli sinyal torsi.
Servo valve digunakan untuk mengendalikan arah dan besar
pergerakan dari aktuator hidrolik. Servo valve berfungsi
sebagai interface antara sistem mekanis dan elektris dengan
cara mengubah sinyal elektris menjadi pergerakan hidrolik.
Berdasarkan sinyal input elektris ini, servo valve mengatur
cairan hidrolik bertekanan tinggi ke aktuator. Kontrol TMR
SPEEDTRONICTM Mark V menggunakan tiga koil elektrik
yang terisolasi pada torsi motor. Pada SRV dan GCV, terdapat
2 elektrohidrolik servovalve :
90 SR-1 untuk Servohidrolik pada SRV.
65 GC-1 untuk Servohidrolik pada GCV.
64
lebih sering disingkat LVDT adalah jenis sensor perpindahan
yang berfungsi mendeteksi posisi secara linier dari pergeseran
core/inti magnet didalam kumparan.
Secara umum LVDT terdiri dari :
Inti besi yang bergerak
Kumparan primer
Sepasang kumparan sekunder
8. Flow Transmiter
Flow Transmitter adalah sensor yang berfungsi untuk
mengukur laju aliran gas yang yang masuk ke SRV. Dalam
mengukur laju aliran gas, Flow meter menghitung perbedaan
(difference) nilai dari 2 sensor :
96 FF-1 untuk aliran downstream (Low Range)
96 FF-2 untuk aliran upstream (High Range).
9. Gas Inlet Temperature (FTG)
Gas inlet temperature adalah sensor temperature yang
berbentuk Termokopel dan berfungsi untuk mengukur
temperature gas yang akan masuk ke SRV.Terdapat 3 sensor
temeratur yang terpasang pada sisi pipa supply gas yaitu FTG-
1,2,3
65
10. Pressure Transmitter
Secara umum Pressure Transmitter dan Pressure Gauge
memiliki fungsi yang sama, yaitu mengukur
tekanan/pressure dari fluida. Yang membedakan adalah
Pressure Transmitter berfungsi sebagai transduser yaitu
mengubah besaran fisis menjadi sinyal listrik (4 – 20 Ma).
Perubahan bentuk diafragma yang ada didalam Pressure
transmitter disebabkan regangan/tekanan yang diakibatkan
gas akan mengubah nilai sinyal listrik yang dihasilkan.
66
Gambar 4.12 Presure Transmiter
Transmitter Tekanan, 96FG-2A, -2B dan -2C yang
terpasang pada SRV dan GCV berfungsi untuk
mengirimkan nilai dari pembacaan tekanan untuk di
tampilkan melalui SPEEDTRONICTM Mark V.
Untuk Pressure Transducer, digunakan Transmitter
merk ROSEMOUNT.
Selain itu terdapat Presure transmitter FPG-3 yang
berfungsi mengukur pressure suplai gas yang akan
masuk ke SRV dan GCV.
67
4.2.3 Prinsip Kerja SRV GCV
68
dengan trip. Hal ini dimaksudkan agar sistem menjadi aman saat tekanan
trip oil kurang karena hal ini akan menghambat kerja dari elektrohidrolik
servovalve dalam mengatur keluaran bahan bakar. Saat tekanan trip oil naik
dan melebihi 24 psi, sistem kembali ready dan siap untuk menggerakan
proses selanjutnya.
Tekanan gas yang akan masuk ke SRV di ukur tekanannya terlebih dahulu
sebagai P1 oleh Gas Low Pressure Switch 63 FG-3. Pressure Switch 63 FG-
3 memiliki sepesifikasi SET 265 psi dan RESET 275 psi. Artinya 63 FG-3
akan mengubah bahan bakar dari bahan bakar gas ke bahan bakar liquid saat
tekanan gas turun kurang dari 265 psi. 63 FG-3 akan kembali menggunakan
bahan bakar gas saat tekanan bahan bakar gas naik menjadi 275 psi.
Setelah semua keadaan proteksi terpenuhi, Card TCQC
SPEEDTRONICTM Mark V akan memerintahkan servo hidrolik SRV (90-
SR) untuk bekerja mendorong aktuator melawan pegas pada katup SRV
dengan tekanan 1500 psi. Sehingga gas melewati SRV.
Karena Aktuator SRV dikopel dengan LVDT, maka LVDT SRV (96 SR-
1,2) akan membaca posisi dari Aktuator untuk di kirim sebagai sinyal
Feedback ke SPEEDTRONICTM Mark V. Kemudian SPEEDTRONICTM
Mark V akan mengkoreksi posisi sesuai set point. maka akan terjadi gerakan
terus menerus pada aktuator hingga mencapai keadaan steady state.
69
Gambar 4.14 Sistem Kendali SRV dengan Card SPEEDTRONIC TM Mark V
Keterangan :
FPRG : Gas Ratio Valve Pressure Reference.
TNH : Kecepatan Putaran Turbin
FSRSR : Fuel Stroke Reference ,FPGX : Tekanan pada
interstate valve , L3GFLT : Gas Fuel Control Fault.
70
hasil pengukran ditransmisikan melalui card TBQB dengan metode voting
Avarage, yaitu metode dengan mengambil nilai rata-rata dari ketiga
pengukuran 96FG-2A, 96FG-2B, 96FG-2C dan sinyal yang ditransmsikan
ke SPEEDTRONICTM Mark V diterima Card TCQA dan dari card TCQA
memerintahkan card DCCA menampilkan hasil pengukuran P2 sebagai
FPG2 melalui HMI SPEEDTRONICTM Mark V.
71
Gambar 4.16 Sistem Kendali GCV dengan Card SPEEDTRONICTM Mark V
Keterangan :
FPRG (Gas Ratio Valve Presure Reference) adalah nilai
referensi dari pressure keluaran SRV.
72
Gambar 4.17 Grafik Gas Ratio Valve intervolume Pressure Reference
73
Gambar 4.19 Diagram Blok Pengendalian Servovalve dengan menggunakan
Mark V
74
Gambar 4.20 Typical Servovalve Control Loop pada GCV
75
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. System kontrol Speedtronic Mark V merupakan system kontrol
digital yang berisi logic-logic control dan proteksi.
2. Besar aliran bahan bakar ke ruang pembakaan dikontrol oleh
electrohydraulic servovalve pada gas control valve.
3. Sensor LVDT digunakan sebagai pembacaan posisi dari servovalve
yang akan dikirimkan sebagai sinyal feedback kembali speedtroni
mark v pada gas control valve dan stop/speed ratio valve masing-
masing memiliki sensor LVDT.
5.2 Saran
1. Penyusunan buku-buku yang berhubungan dengan topic yang ingin
dibahas lebih ditata rapi sesuai dengan bidang.
2. Perlunya pembersihan operator interface MARK V
76
DAFTAR PUSTAKA
http://elektronika-listrik.blogspot.co.id/2014/06/jaringandistribusi-
pembangkit.html
https://www.scribd.com/doc/288220023/kontrol-speedtronik-mark-v-s rv-gcv
https://www.scribd.com/document/324611885/GEH-5980E-SPEEDTRONIC-
Mark-V-Turbine-Control-Maintenance-Manual-pdf
https://www.scribd.com/document/358636619/Sistem-Kontrol-Bahan-Bakar
77