1.Dalil ayat al-qur’an (bias tafsir ayat dengan ayat yang dalam pembahasan yang sama dan
jangan lupa asbabun nuzul,yaitu sebab turunnya ayat)
2.hadits nabi yang shahih (bukhari dan muslim)
3.ij’ma (pendapat para ulama 4 madzab)
4.qiyas (analogi wiyas ayat)
5.Ijtihad (para khalifah)
Dasar Ayat
سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ازا َّ ِص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم ۗ َو َمن ي ُِطع
ُ َّللاَ َو َر ْ ُسدِيدااي َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
َ َّللاَ َوقُولُوا قَ ْو اًل
َع ِظي اما
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-
dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]
ض ُكم َب ْعضاا ۚ أَي ُِحبُّ أ َ َحد ُ ُك ْم أَن َيأ ْ ُك َل لَحْ َم ُ سوا َو ًَل َي ْغت َب َّب ْع َّ ظ ِِّن ِإثْ ٌم ۖ َو ًَل ت َ َج
ُ س َّ ض ال َّ يرا ِ ِّمنَ ال
َ ظ ِِّن ِإ َّن َب ْع َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا اجْ ت َ ِنبُوا َك ِث ا
َّ َّللاَ ۚ ِإ َّن
َّللاَ ت ََّوابٌ َّر ِحي ٌم َ
َّ أ ِخي ِه َم ْيتاا فَك َِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya
sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]
َ ُم َعاذُ يَا أ ُ ُّمكَ ثَ ِكلَتْك, اس يُكِبُّ َوه َْل َ أَ ْل ِسنَتِ ِه ْم َح
ِ صائِد ُ ِإًلَّ ال َّن
َ ار فِي ُو ُج ْو ِه ِه ْم َع َلى ال َّن
“Celakalah engkau wahai Mu’adz! Tidak ada yang melemparkan manusai ke neraka kecuali hasil
yang dipetik dari lidah mereka.”
[HR. Ibnu Majah dalam al-Fitan hadits (3973) dengan lafazzh beliau, dan diriwayatkan oleh at-
Tirmidzi dalam al-Iman hadits (2616)
"Cukuplah bagi Anda bahwa Shafiyah itu orangnya begini, begini." Maksudnya tubuhnya
pendek. Maka Nabi bersabda kepadanya, "Engkau telah mengucapkan suatu perkataan yang
bila dicampur dengan air laut niscaya dia akan merubahnya." (HR. Abu Dawud).
1.untuk ijma para ulama sepakat sama sesuai dengan al qur’an dan hadist,sebagaimana yang
dimaksud menjaga lisan adalah untuk tidak membuka aib saudara muslim dan melakukan
ghibah, dan berbeda dengan mengkritik serta menjadikan suatu kesalahan sesorang terkait
bilhikmah sebagaimana allah menyebut bau jahal dan abu lahab,lalu nabi membahas kaum
yahudi aus dan khajraj yang ingkar janji ketika perang kondak.
1.untuk ijtihad para khalifah umar pernah melakukan terkait pernah menyelesaikan kasus
penduduk madinah yang anaknya pernah menajdi pezina namun sudah taubat,dan hendak
menikah,apakah harus ayahnya menjelaskan apakh aibnya perlu diceritakan ke calonnya,namum
umar melarang celakahlah kau orang bertaubat jangan di buka aibnya.
الدولية الشبكة من الدواطنون يتناولذا التي الدعلومات محتويات لتنظيم مسؤولية لذا الحكومة أن المجلس يعتقد
الوطني األمن أجل من الدولية الشبكة خدمات بعرقلة الحكومة المجلس يأذن
واألمان اًلستقرار تضمن اًلجتماعية التواصل وسائط على الدراقبة أن المجلس يؤمن
Round 2
1. QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 87 [5:87] Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang
melampaui batas.
2. 2.QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 55 [7:55] Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.
3. 3. QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 119 [6:119] Mengapa kamu tidak mau memakan
(binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal
sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari
manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
melampaui batas.
4. 4.QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 31 [7:31] Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
5. 5. QS. Asy-Syuura (Asy-Syura) [42] : ayat 27
[42:27] Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
6. QS. Asy-Syuura (Asy-Syura) [42] : ayat 42 [42:42] Sesungguhnya dosa itu atas orang-
orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak.
Mereka itu mendapat azab yang pedih.
7. QS. Yuunus (Yunus) [10] : ayat 12 [10:12] Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia
berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami
hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-
olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa
yang selalu mereka kerjakan.
5. THW prohibit the media from reporting on the private lives of any person without their
explicit permission.
الصريح الترخيص دون الفردية الدرء حياة تغطية من اْلعالم وسائل بمنع المجلس يقوم
سى أَ ْن يَ ُك َّن َخي اْرا ِم ْن ُه َّن َو ًَل ت َْل ِم ُزواَ ساءٍ َعَ ِسا ٌء ِم ْن نَ ِسى أ َ ْن يَ ُكونُوا َخي اْرا ِم ْن ُه ْم َو ًَل ن َ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا ًَل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِم ْن َق ْو ٍم َع
َظا ِل ُمونَّ ان َو َم ْن لَ ْم َيتُبْ فَأُولَئِكَ ُه ُم ال ِ ْ َوق َب ْعد
ِ اْلي َم ُ س ُ ُس ِاًل ْس ُم ْالفَ ْب ِبئِ س ُك ْم َو ًَل تَنَا َب ُزوا ِب ْاأل َ ْلقَا
َ ُأ َ ْنف
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat
ayat 11).
ض ُك ْم َب ْعضاا أَيُ ِحبُّ أَ َحد ُ ُك ْم أ َ ْن َيأ ْ ُك َل لَحْ َم ُ سوا َو ًَل َي ْغتَبْ َب ْع َّ ظ ِِّن ِإثْ ٌم َو ًَل ت َ َج
ُ س َّ ض ال َّ يرا ِمنَ ال
َ ظ ِِّن ِإ َّن َب ْع َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اجْ ت َ ِنبُوا َك ِث ا
َّللاَ ت ََّوابٌ َر ِحي ٌمَّ َّللاَ إِ َّن َ
َّ أ ِخي ِه َم ْيتاا فَك َِر ْهتُ ُموهُ َواتَّقُوا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-
Hujurat ayat 12).
ََّللاَ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون ْ َ ِإنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ
َّ ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا
QS.17-Al Israa':53
"Dan katakanlah kepada hamba² KU: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih
baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
QS.28 Al-Qashas:55 :
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari
padanya. Dan mereka berkata: "Bagi kami amal² kami dan bagimu amal² mu, semoga
selamatlah kamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang² yg jahil"
Sebagian yang lain mentakwilkan ayat tersebut sebagai larangan dari Allah kepada orang
beriman yang telah dijaga (aibnya) tentang mengolok-olok atau menjelekkan kesalahan
seseorang yang telah terbuka, sebaiknya ia harus menutupi aib tersebut dari mereka. Al-Thabariy
melanjutkan bahwa pendapat yang tepat dalam ayat ini adalah Allah memberikan larangan
kepada orang-orang beriman tentang menjelekkan atau merendahkan orang lain dalam makna
umum. Tidak dihalalkan bagi seorang mukmin untuk merendahkan orang lain baik dari segi
hartanya, dosa yang telah dilakukannya, dan lain sebagainya
النبى مع كنا-وسلم عليه هللا صلى- هللا رسول فقال منتنة جيفة ريح فارتفعت-وسلم عليه هللا صلى- هذه الريح هذه ما أتدرون
ريح الذين يغتابون المؤمنين
Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan.
Kemudian Rosulullohbersabda, 'Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang
yang mengghibah (menggosip) kaum mu'minin. gosip haram
Round 3
الدرأة و الرجل بين اًلختالفات قبول الجنسية الدساواة لتحقيق الطرق أفضل أن المجلس يعتقد
30. TH considers that men and women must be equal in rights and duties.
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari
orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah
(hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl
[16]: 58)
Muhammad al Thâhir bin Asyûr mengatakan, “Mereka mengubur anak-anak perempuan mereka,
sebagian mereka langsung menguburnya setelah hari kelahirannya, sebagian mereka
menguburnya setelah ia mampu berjalan dan berbicara. Yaitu ketika anak-anak perempuan
mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan. Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang
jahiliyyah. Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan menganggap hal ini sebagai hak seorang
ayah, maka seluruh masyarakat tidak ada yang mengingkarinya.” (al Tahrîr wa al
Tanwîr: 14/185)
Kemudian cahaya Islam pun terbit menerangi kegelapan itu dengan risalah yang dibawa oleh
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerangi segala bentuk kezaliman dan
menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali. Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana
seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:
ش ٍة ُمبَيِِّنَ ٍة ِ َض َما آت َ ْيت ُ ُموهُنَّ إِ ََّل أ َ ْن يَأ ْ ِتينَ ِبف
َ اح ِ ضلُوهُنَّ ِلت َ ْذ َهبُوا ِببَ ْع َ ِِّيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل يَ ِح ُّل لَ ُك ْم أَ ْن ت َ ِرثُوا الن
ُ سا َء ك َْرهًا َو ََل تَ ْع
َّللاُ ِفي ِه َخي ًْرا َك ِثي ًرا َ سى أ َ ْن تَك َْرهُوا
َّ ش ْيئًا َويَجْ َع َل َ وف َف ِإ ْن ك َِر ْهت ُ ُموهُنَّ فَ َع
ِ ش ُروهُنَّ ِبا ْل َم ْع ُرِ َوعَا
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa
dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa
yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang
nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar
umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik
terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam undang-undang Islam, wanita
dihormati, tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah
untuk berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan
makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11)
ٍ س ُكنُوا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َم ًة ِإنَّ ِفي ذَ ِلكَ ََل َيا
َت ِلقَ ْو ٍم َيتَفَك َُّرون ْ َ س ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت
ِ ُق لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنف
َ ََو ِم ْن آ َيا ِت ِه أ َ ْن َخل
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rûm [30]: 21)
َّللاِ ُه ْم
َّ ت ِ َت أَفَ ِبا ْلب
ِ اط ِل يُؤْ ِمنُونَ َو ِبنِ ْع َم ِ س ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا َو َجعَ َل لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْز َو
ِ اج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َر َزقَ ُك ْم ِمنَ ال َّط ِِّيبَا ِ َُّللاُ َجعَ َل لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنف
َّ َو
َيَ ْكفُ ُرون
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.
Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS.
An Nahl [16]:72)
“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS.
Al Baqarah [2]: 187)
Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin dalam Islam. Pada dasarnya, segala yang
menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi hak wanita. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya
dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Diantara
contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah: wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki
dalam beribadah dan mendapat pahala:
ً ت ِم ْن ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َوه َُو ُمؤْ ِمنٌ فَأُولَ ِئكَ يَ ْد ُخلُونَ ا ْل َجنَّةَ َو ََل يُ ْظلَ ُمونَ نَ ِق
يرا ِ َو َم ْن يَ ْع َم ْل ِمنَ الصَّا ِلحَا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam bermusyawarah dalam soal penyusuan:
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah [2]: 233)
ير
ٌ س ِمي ٌع بَ ِص
َ ََّللا ُ س َم ُع تَح
َّ ََّاو َر ُك َما إِن ْ ََّللاُ ي
َّ َّللاِ َو ْ َ َّللاُ قَ ْو َل الَّتِي تُجَا ِدلُكَ فِي َز ْو ِجهَا َوت
َّ شت َ ِكي إِلَى َ قَ ْد
َّ س ِم َع
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada
kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal
jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al
Mujâdilah [58]: 1)
Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan beberapa kasus pengaduan wanita
kepadanya.
Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi munkar dan ibadat
yang lainnya:
ِ ض يَأ ْ ُم ُرونَ ِبا ْل َم ْع ُر
َّ َوف َويَ ْنه َْونَ ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر َويُ ِقي ُمونَ الص َََّلةَ َويُؤْ ت ُون
َالزكَاةَ َويُ ِطيعُون ٍ ض ُه ْم أَ ْو ِليَا ُء بَ ْع
ُ َوا ْل ُمؤْ ِمنُونَ َوا ْل ُمؤْ ِم َناتُ بَ ْع
ٌ َّللاَ ع َِز
يز َح ِكي ٌم َّ ََّّللاُ إِن َ َسولَهُ أُولَئِك
َّ سيَ ْر َح ُم ُه ُم ُ َّللاَ َو َر
َّ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71)
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)
Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa wanita memiliki hak atas laki-laki,
sebagaimana laki-laki atas mereka. Maka, hendaknya masing-masing dari keduanya menunaikan
hak yang lainnya dengan cara yang makruf.” (Tafsîr al Qur`ân al Adzîm: 1/609)
Muhammad al Thâhir bin ‘Asyûr berkata, “Ayat ini adalah deklarasi dan sanjungan atas hak-hak
wanita.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/399)
Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat
menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara
yang mahal harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga.
Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar
berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi
mendatang.
Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia datang untuk memperbaiki kondisi
kaum wanita, mengangkat derajatnya, agar umat Islam (dengan perannya) memiliki kesiapan
untuk mencapai kemajuan dan memimpin dunia.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/400-401)
Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian yang menutupi seluruh
tubuh wanita. Aturan ini berbeda dengan kaum laki-laki. Allah memerintahkan demikian agar
mereka dapat selamat dari mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak menjadi fitnah bagi
mereka.
ً ُغف
ورا َّ َعلَي ِْهنَّ ِم ْن ج َََلبِيبِ ِهنَّ ذَ ِلكَ أَ ْد َنى أ َ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَ ََل يُؤْ ذَ ْينَ َو َكان
َ َُّللا َ َاء ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِين
ِ س ِ يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي قُ ْل ِأل َ ْز َو
َ ِاجكَ َوبَنَاتِكَ َون
َر ِحي ًما
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59)
Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang
bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di
rumah, menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar rumah, tidak
merendahkan suara dan lain-lain.
َوقَ ْرنَ فِي بُيُوتِكُنَّ َو ََل تَبَ َّرجْ نَ تَبَ ُّر َج ا ْلجَا ِه ِليَّ ِة ْاألُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzâb [33]: 33)
Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka menjaga dan memuliakan kaum wanita,
sekaligus menjamin tatanan kehidupan yang baik dan bersih dari prilaku menyimpang yang
muncul akibat hancurnya sekat-sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita. Merebaknya
perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual adalah diantara fenomena yang diakibatkan karena
kaum wanita tidak menjaga aturan Allah diatas dan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan
penanggungjawab mereka lalai dalam menerapkan hukum-hukum Allah atas kaum wanita.