Ketika berbicara mengenai pergerakan, banyak sekali hal yang bisa dibahas sebenarnya
selain pergerakan mahasiswa. Contohnya di Eropa, ketika berbicara social movement
maka yang dibahas adalah filsafat-filsafat pergerakan sosial seperti perjuangan kelas
ala marxisme atau komunisme. Kemudian jika di Amerika Serikat sendiri, yang
dibahas pada social movement mengangkat tema-tema liberalisme yang lebih
mengusung kepada kebebasan hak individu. Ketika berbicara pergerakan di Indonesia,
maka tema-tema yang disebutkan sebelumnya belum tentu cocok dengan kondisi yang
ada di Indonesia karena perbedaan budaya, walaupun sebenarnya banyak teori-teori
dari barat yang masuk ke Indonesia
Pergerakan sendiri adalah aksi perubahan melalui media massa. Menurut Scorates, di
dunia semuanya tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Semua ini akan berubah mulai
dari yang sifatnya material seperti batu maupun yang non material seperti pemikiran
manusia. Pergerakan terdiri dari macam-macam, mulai dari yang bergerak di bidang
politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Organisasi lain yang juga mempengaruhi pergerakan nasional namun mungkin kurang
familiar didenar oleh masyarakat adalah Jam’iyatul Khoir. Setelah organisasi-
organisasi diatas muncul, mulailah bermunculan organisasi-organisasi lain yang
melakukan pergerakan baik di bidang bidang agama, ekonomi, politik, dan budaya
seperti PKI, PNI, Muhammidayh, NU, PSI, dan Partai Katolik-Kristen. Hal ini yang
menciptakan tradisi pergerakan di Indonesia hingga saat ini.
Setelah Indonesia merdeka, pergerakan pun semakin berkembang. Pada era Orde
Lama, pergerakan nasional lebih digerakkan oleh partai politik, lembaga kebudayaan
seperti Lenkra dan LKN, ataupun organisasi mahasiswa, baik intra kampus maupun
ekstra kampus. Pada era Orde Baru, pergerakan lebih banyak dilakukan oleh organisasi
mahasiswa, gerakan masjid, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kemudian
pasca Reformasi hingga saati ini, pergerakan dilakukan oleh partai politik, organisasi
mahasiswa, gerakan masjid, lembaga swadaya masyarakat, serikat-serikat, komunitas,
hingga media massa.
Pada pergerakan kontemporer, perlu adanya strategi pendekatan agar pergerakan yang
dibuat mencapai tujuan. Pendekatan pertama melalu pendekatan persuasive, yaitu
dengan cara mereduksi bahasa provokatif. Kemudian dalam pergerakan kontemporer
perlu adanya pendekatan kolaboratif, yaotu sinergi ideologis, strategis, dan taktis
dengan pergerakan lain. Lalu sebuah pergerakan kontemporer harus melakukan
pendekatan progresif, yaitu pergerakan yang dibuat haru berorientasi kepada
pemberdayaan public. Selanjutnya pendekatan ilmiah juga perlu dilakukan pergerakan
kontemporer untuk penguatan tradisi literasi-ilmiah. Terakhir perlu adanya pendekatan
digitalisasi melalui media informasi dan komunikasi di era teknologi seperti saat ini
untuk memasifkan pergerakan kontermporer yang dibuat.
“Banyak yang meragukan Kaoem Moeda, tapi lebih banyak yang menitip
harapan kepada mereka. Wahai Kaoem Moeda kemampuanmu terukur, tapi
jangan sampai semangat dan daya juangmu luntur !”