Anda di halaman 1dari 24

Milatia Ningrum

1102012164-B2

SKENARIO 3 : HASIL RISKESDAS 2010

LI 1. Memahami dan Menjelaskan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Lingkungan Masyarakat

PENGERTIAN

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.

MANFAAT

Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk Indonesia, yaitu:

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.


2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga.
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan
untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain
yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota di bidang
kesehatan.
5. Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.
6. Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

PELAKSANAAN PHBS

Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan nya PHBS di kelompokkan menjadi lima
tatanan yaitu :

1. PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah


tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di
Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang
melakukan 10 PHBS yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis
lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih,
dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi ASI ekslusif

1
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau
minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama
berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang balita setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan
demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan
imunisasi serta bayi yang dicurigai menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah
rumah tangga yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng,
pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat
penampungan kotor air limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang ada di tangan,
mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi
Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan
mejadi bersih dan bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa
digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara
berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-
tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah
seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar

2
Milatia Ningrum
1102012164-B2

rumah bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus
menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral
yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi.
Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya
dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin
dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa
vitamin seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan
antara lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil
dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola,
berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir.
Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif
adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan
pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis,
merusak gigi, sakit jantung, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan
keguguran.

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur,
ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak.

2. PHBS di Sekolah

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh


peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

3
Milatia Ningrum
1102012164-B2

2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah


3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya

3. PHBS di Institusi Kesehatan

PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,


masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di
institusi kesehatan.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan yaitu:

1. Menggunakan air bersih


2. Menggunakan Jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok di institusi kesehatan
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk

4. PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :

1. Tidak merokok di tempat kerja


2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah BAB dan BAK
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
6. Menggunakan air bersih
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar
8. Membuang sampah pada tempatnya
9. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

5. PHBS di Tempat – Tempat Umum

4
Milatia Ningrum
1102012164-B2

PHBS di Tempat - tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan


masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempa t umu m agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan tempat - tempat Umum Sehat.

Tempat - tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh


pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Tempat - Tempat Umum
yaitu :

1. Menggunakan air bersih


2. Menggunakan jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok di tempat umum
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk

MANAJEMEN PHBS
Promosi kesehatan dan PHBS di Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui tiga sentra, yaitu
Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas merupakan pusat kegiatan
promosi kesehatan dan PHBS di tingkat kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke
Puskesmas maupun keluarga dan masyarakat di wilayah Puskesmas. Rumah Sakit bertugas
melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan keluarga yang datang ke Rumah
Sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan promosi kesehatan untuk mendukung promosi
kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan
kesehatan lainnya yang ada di Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi
kesehatan dan PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi kesehatan dan
PHBS di wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota
tersebut.

Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi kesehatan
Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan sasaran semua keluarga
yang ada di wilayah Puskesmas.

Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen secara


sederhana untuk memudahkan petugas promosi kesehatan atau petugas lintas program di Puskesmas

5
Milatia Ningrum
1102012164-B2

dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui
empat fungsi tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep sebagai berikut :

Kerangka konsep Manajemen PHBS

Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku (PHBS) dan sumber daya.
Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah.
Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal
kegiatan. Penggerakan pelaksanaan merupakan inplementasi dari intervensi masalah terpilih yang
penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh
petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait.

Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan bulanan,


sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan. Dalam setiap
tahapan manajemen tersebut petugas promosi kesehatan tidak mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi
harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait terutama masyarakat itu sendiri.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Pola Asuh Dalam Keluarga

6
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Macam-Macam Pola Asuh Keluarga pada Anak Menurut beberapa ahli, pola asuh anak dibagi menjadi
beberapa bagian.

1. Otoriter
Pola asuh keluarga otoriter cenderung memiliki banyak peraturan. Orang tua umumnya
sangat membatasi anak-anak mereka dalam segala hal. Tak hanya dalam hal negatif, kadang
untuk hal yang positif pun, gerakan anak-anak benar-benar dibatasi.Dalam pola asuh seperti
ini, komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua pada anak,
sedangkan si anak tidak diperkenankan bicara atau mengeluarkan pendapat. Orang tua kerap
memberikan banyak aturan yang bersifat memaksa, bila dilanggar maka akan ada hukuman.
Akibat dari pola asuh keluarga seperti ini adalah anak menjadi tidak bebas, suatu saat akan
menjadi pemberontak. Bahkan, bukan tidak mungkin pribadi anak akan menjadi kacau,
negatif, dan bisa meniru orang tuanya
2. Demokratis
Pola asuh keluarga secara demokratis agak lebih longgar dari otoriter, dan ini sangat bagus
untuk membentuk pribadi seorang anak agar tumbuh menjadi orang yang baik. Jenis pola
asuh ini sangat memperhatikan kepentingan atau kebutuhan si anak. Mereka diberi
kebebasan tapi tidak bersifat mutlak, peran orang tua masih sangat tinggi sehingga anak-anak
pun tidak akan kebablasan dalam bertindak.
Tidak seperti tipe otoriter, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Hal ini
menyebabkan tidak terjadinya kesalah pahaman antara orang tua dan anak. Anak mengerti
apa keinginan orang tua, orang tua pun mengerti tentang sejauh mana kebutuhan dan
kemampuan anaknya.
3. Permisif
Pola asuh keluarga tipe ini benar-benar sangat longgar. Anak-anak diberi kebebasan untuk
melakukan apa saja dan orang tua hampir tidak melakukan pengawasan terhadap
mereka. Sekalipun anak melakukan kesalahan atau mendekati hal yang berbahaya, orang tua
cenderung tidak menegur mereka.Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa macam hal, misalnya
orang tua yang terlalu sibuk bekerja, atau orang tua yang terlalu sayang hingga memanjakan
anaknya. Anak memang suka kebebasan, namun pola asuh seperti ini jelas tidak terlalu baik
untuk membentuk pribadi seorang anak, karena anak umumnya masih sangat labil dan butuh
tuntunan orang tua. Bila terlalu dibebaskan, mereka akan tumbuh menjadi anak manja, tidak
suka bekerja keras, dan tidak akan sukses di tengah-tengah masyarakat.
4. Menelantarkan
Pola asuh jenis ini bisa dibilang lebih membahayakan daripada tipe permisif. Orang tua akan
menelantarkan anak-anak mereka dan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh si anak.
Bukan hanya tidak peduli, orang tua seperti ini bahkan enggan untuk memenuhi kebutuhan
anaknya, sehingga anak benar-benar ditelantarkan bahkan seperti orang lain saja. Anak yang
mendapat pola asuh keluarga seperti ini tidak akan memiliki masa depan yang baik, kecuali
mereka memberontak dan mencari jalan hidup sendiri sesuai kebutuhan mereka dengan
bantuan orang lain.

Tips Mendidik Anak Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak
dini. Pola asuh keluarga berbasis agama dinilai sebagai pendidikan paling baik sampai saat ini. Anak
akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi teladan yang baik. Jika ingin
memiliki anak yang berperilaku positif, orang tua pun harus menjauhi segala hal yang negatif. Menjalin
komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat penting. Hal ini agar terjadi saling
pengertian dan tidak menimbulkan salah paham.

7
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu dibebaskan,
namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhan anak, sehingga
anak pun tidak merasa berat dan terbebani. Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan
agar si anak menjadi jera. Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi atau
kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih labil bisa salah paham dan berpikiran
buruk pada orang tua yang suka memberikan hukuman fisik. Hukuman orang tua terhadap anak
adalah bentuk kasih sayang,

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Masalah Kekurangan Gizi,Gizi Buruk dan Kelebihan Gizi

GIZI KURANG & GIZI BURUK


Masalah Kekurangan Gizi Utama
• Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein atau Kurang Kalori Protein adalah keadaan kurang gizi pada anak yang
disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein. Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak
masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk.
Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1%
anak memiliki kategori sangat pendek.

• Anemia Gizi Besi


Adalah suatu keadaan dimana kadar Haemoglobin (Hb) dalam darahkurang dari normal. Batas
normal kadar Hb dalam darah berbeda-beda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.
- B a l i t a : 11 gr%
- Anak usia sekolah : 12 gr%
- Wanita dewasa : 12 gr%
- Pria dewasa : 13 gr%
- Ibu hamil : 11 gr%
- Ibu menyusui>3 bulan : 12 gr%
AGB menjadi masalah kesehatan masyarakat, jika prevalensi ≥ 30 %(WHO). Anemia Gizi Besi (AGB)
yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta
ibu hamil

8
Milatia Ningrum
1102012164-B2

• Kurang Vitamin A (KVA)


Keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh kurang. Tahapawal ditandai dengan gejala
rabun senja dan secara sub-klinis dinyatakan defisiensi jika kadar serum retinol dalam darah <20
mcg/dl. Sekitar 10 juta balita menderita Kurang vitamin A (KVA).Secara klinis menjadi masalah
kesehatan masyarakat, jika prevalensixeropthalmianya > 0,5%

• Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


Gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama. GAKY menjadi masalah kesehatan masyarakat, jika prevalensinya
>5% .Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar 3,4 juta anak usia
sekolah. Klasifikasi daerah endemik:
- Daerah GAKY berat, bila TGR ≥ 30%
- Daerah GAKY sedang, bila TGR 20-29,9%
- Daerah GAKY ringan, bila TGR 5-19,9%
- Daerah non-endemik, bila TGR ≤ 5%

• Total Goitre Rate (TGR)


Angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar
gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR digunakan untuk
menentukan endemisitas GAKY

• Kurang Energi Kronik (KEK)


Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat
meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Setiap tahun,diperkirakan sekitar 350 ribu bayi yang BBLR
(≤ 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian
balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita
gizi buruk.

9
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan peningkatan
masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Hasil survei di perkotaan menunjukkan bahwa
sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih. Data lain menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup.

10
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Dalam rangka menurunkan angka kematian Anak akibat gizi buruk,sangat diperlukan
keterlibatan Pemerintah Daerah secara langsung, serta melibatkan partisipasi masyarakat terutama
tokoh masyarakat, untuk mengelola penanganan anak gizi buruk baik, sehingga diharapkan semua
kasus gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Penanganan anak gizi buruk dapat dilakukan secara
rawat jalan maupun rawat inap. Penanganan dengan rawat inap hanya dilakukan di Puskesmas.
Sedangkan penanganan anak gizi buruk dengan rawat jalan, merupakan pelayanan yang diberikan dan
dilakukan di fasilitas kesehatan lain seperti, Puskesmas Pembantu ataupun Poskesdes, dan lebih
membutuhkan partisipasi masyarakat

11
Milatia Ningrum
1102012164-B2

12
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Keterangan :
Alur pelayanan Anak Gizi Buruk memperlihatkan suatu sistim yang saling terkait, dimana penanganan
Anak Gizi Buruk melibatkan keluarga, masyarakat dan lintas sektor serta pelayanan kesehatan

Keluarga :
Seluruh keluarga bertanggung jawab untuk mewujudkan keluarga sadar gizi

Masyarakat dan lintas sektor :


Semua anak balita diharapkan rutin datang dan mengikuti kegiatan posyandu serta diberikan KMS
(Kartu Menuju Sehat). Anak perlu dirujuk ke puskesmas bila ditemukan :

13
Milatia Ningrum
1102012164-B2

 Arah garis pertumbuhan anak pada KMS adalah T (berat badan tidak naik atau naik tetapi tidak
sesuaidengan garis baku pada KMS selama 2 kalipenimbangan berturut- turut )
 Bawah Garis Merah (BGM)
 Anak sakit
Bila menderita gizi kurang, anak dapat diberikan PMT dan konseling di PGBM.

Pelayanan kesehatan :
Bila ditemukan anak menderita gizi buruk, anak perlu mendapat perawatan di Puskesmas, Pusat
Pemulihan Gizi (TFC) atau Rumah Sakit dan anak dirawat sesuai dengan tatalaksana anak gizi buruk,
setelah perawatan dan anak dinyatakan sembuh, anak dikembalikan ke keluarga dan disarankan untuk
kontrol secara teratur ke Puskesmas dan bila anak pulang dari perawatan dengan kondisi gizi kurang
disarankan ke CFC dan diberikan PMT serta konseling.

KELEBIHAN GIZI
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang
dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak
tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas
fisik dan sedentary life style.

Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada semua
strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang
serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan obesitas pada anak berisiko
berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan
degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dll. Pada anak,
kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat
merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep
apneu
Disamping kegiatan promosi peningkatan kesadaran gizi dan pencegahan kegemukan dan
obesitas pada anak sekolah, juga dapat dilakukan kegiatan penemuan kasus kegemukan dan obesitas.
Namun untuk menghindari stigmatisasi anak di sekolah, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
selanjutnya dilaksanakan di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
a. Penemuan Kasus : dilaksanakan setiap tahun melalui kegiatan penjaringan kesehatan di sekolah.
Langkah-langkah kegiatan :
1) Pengukuran Antropometri
a) Penimbangan Berat Badan
b) Pengukuran Tinggi Badan
Setelah dilakukan pengukuran antropometri oleh petugas gizi atau tenaga kesehatan
lainnya bersama guru UKS. Selanjutnya data yang diperoleh dilaporkan ke Puskesmas,
untuk ditentukan status gizinya dan tindak lanjut.
2) Penentuan Status Gizi (di Puskesmas)
a) Menghitung nilai IMT
b) Membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMT/U berdasarkan Standar WHO 2005
c) Menentukan status gizi anak :

 Kurus : < - 2 SD
 Normal : - 2 SD s/d 1 SD
 Gemuk : >1 s/d 2 SD
 Obesitas : > 2 SD
3) Tindak lanjut :
Kesimpulan hasil penjaringan kesehatan di sekolah termasuk hasil pemeriksaan status gizi
disampaikan kepada orang tua dalam amplop tertutup melalui sekolah dengan ketentuan

14
Milatia Ningrum
1102012164-B2

sebagai berikut:
 Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka anak dirujuk ke
Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
 Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka dianjurkan untuk
melanjutkan pola hidup sehat
 Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka anak
dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut
Pihak sekolah/UKS bertugas memberikan dukungan dan motivasi agar anak melaksanakan
pola hidup sehat sesuai anjuran dari puskesmas, serta berusaha menyediakan lingkungan
yang kondusif untuk anak.

POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN


 Konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi per hari
 Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam/hari
 Tidak menyediakan TV di kamar anak
 Mengurangi makanan dan minuman manis
 Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
 Kurangi makan diluar
 Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal kesekolah
 Biasakan makan bersama keluarga minimal 1 x sehari
 Makanlah makanan sesuai dengan waktunya
 Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
 Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untukpencegahan gizi lebih
 Target penurunan BB yang sehat

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pengetahuan Keluarga dan Masyarakat Terkait Program
Kesehatan Pemerintah
TAEGET PROGRAM PERBAIKAN GIZI 2008

15
Milatia Ningrum
1102012164-B2

TARGET INTERVENSI PROGRAM TERKAIT DENGAN


PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT (LANJUTAN)

Pokok Kegiatan:
1. Advokasi dan Sosialisasi
 Advokasi: pada penentu kebijakan, pengambil keputusan dengan melakukan lokakarya dan
pendampingan
 Sosialisasi: pada masyarakat (tokoh agama, tokoh masyarakat dan media massa) dengan
melakukan law dan social enforcement
2. KIE dan Promosi
 Pemasaran sosial (kapsul vitamin A, tablet tambah darah dan garam beryodium)
 Kampanye KADARZI melalui media massa (elektronik dan cetak)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah
gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang
baik yang dicirikan minimal dengan:
• Menimbang berat badan secara teratur.
• Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI
eksklusif).
• Makan beraneka ragam.
• Menggunakan garam beryodium.
• Minum suplemen gizi sesuai anjuran.
3. Kerjasama dan Kemitraan
4. Intervensi Gizi
a. Tablet tambah darah
b. Kapsul vit A
c. Kapsul yodium
5. Penguatan sistem surveilans,manajemen dan informasi

16
Milatia Ningrum
1102012164-B2

LI 5. Memahami dan Menjelaskan Perilaku yang Tidak Mencerminkan Perilaku Sehat


Berikut ini 10 perilaku tidak sehat yang sering kita lakukan, serta cara mengatasinya:
1. Stress Berlebihan
Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang
dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak nyaman. Stres yang berlebihan juga
memacu penuaan dini. Ibu-ibu yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis merupakan orang-
orang yang mengalami stres, dan mengalami penuaan dini yang paling ekstrim.
Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam yang disebut dengan
pernafasan difragmatik. Untuk jangka panjangnya, luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang
dapat mengurangi stres Anda.

2. Minum Alkohol
Bukan merupakan suatu kebetulan bila alkohol merupakan kabar buruk mengenai stres. Para wanita
sebaiknya membatasi diri meminum minuman beralkohol. Berbagai gangguan kesehatan juga bisa
timbul dari kebiasaan minum alkohol yang berlebihan. Termasuk serangan jantung, kangker hati,
kanker tenggorokan, dan kanker payudara.

3. Kurang Bergerak
Dengan sedikit menggerakkan tubuh, kita dapat memperpanjang hidup serta mengurangi kelebihan
berat, mengurangi stres, dan bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Langkah pertama yang perlu
dilakukan yaitu hanya dengan berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan lebih aktif. Parkirlah mobil
dari jauh pintu masuk, menggunakan tangga dan tidak menggunakan lift, melakukan olahraga/senam,
jalan kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali atau lebih dalam satu minggu.

4. Mengkonsumsi Makanan Berlemak


Lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memacu kolesterol tinggi dan merangsang penyakit
jantung. Biasakan diri Anda untuk mengkonsumsi makanan yang non-kolesterol dan berkadar lemak
rendah.

Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh kalori.

5. Merokok
Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti rokok dengan permen
karet rasa nikotin. Berdasarkan penelitian di tahun 2004, permen karet rasa nikotin memberikan hasil
dua kali lipat dimana perokok berhenti merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si perokok
untuk berhenti merokok.

6. Menghirup Udara Polusi


Polusi udara dapat menyebabkan batuk dan sakit mata/mata perih dan hal ini berhubungan dengan
serangan pada penyakit asma dan saluran pernafasan. Usahakan untuk berada di dalam ruangan
sebanyak yang Anda bisa bila kadar udara sedang tinggi.

17
Milatia Ningrum
1102012164-B2

7. Terlalu Sering Kena Sinar Matahari


Batasi diri Anda dari sengatan sinar matahari dan gunakan tabir matahari, paling tidak yang
mengandung SPF 15 untuk mencegah resiko kanker kulit dan juga kerutan.

8. Kurang Tidur
Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah ingatan.
Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang mengganggu ketenangan dari kamar
tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman dengan
lampu yang temaram yang membuat Anda tidur dengan nyenyak.

9. Kelebihan Berat Badan


Kelebihan berat badan dapat memicu kemungkinan penyakit serangan jantung, diabetes, bahkan
kanker. Penelitian mutakhir menyatakan jenis diet yang dilakukan kurang penting dibandingkan
dengan komitmen Anda untuk melakukan diet tersebut dengan disiplin.

10. Mengonsumsi Gula Berlebih


Gula yang berlebihan dapat menaikkan berat badan dan kemungkinan terserang penyakit jantung.
Ahli nutrisi menyarankan untuk menjaga tambahan gula pada makanan kecil/cemilan dan kue-kue
kering sampai 12 sendok teh per hari pada diet berkalori 2200. Selain itu ganti makanan yang manis-
manis dengan buah-buahan dan sayuran segar

LI 6. Memahami dan Menjelaskan Pengukuran Status Gizi Anak dan Ibu Hamil

Dalam bidang gizi, antropometri telah diaplikasikan secara luas untuk menilai status gizi
masyarakat. Ukuran tubuh yang sering digunakan adalah berat badan dan panjang badan atau
tinggi badan. Selain itu, ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak dibawah kulit,
tinggi duduk, lingkaran perut, dan lingkaran pinggul juga sering digunakan dalam penilaian status
gizi.Penilaian status gizi masyarakat dengan antropometri pada dasarnya adalah mengukur perubahan
pertumbuhan anak yang mencakup pengukuran berat badan dan panjang badan atau tinggi badan
dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku sesuai indeks antropometri yang digunakan,
seperti indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi
Badan (BB/PB, BB/TB), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U), atau
dengan indeks antropometri yang lainnya.

STATUS GIZI ANAK

18
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Status Gizi anak umur 6-18 tahun dikelompokan menjadi tiga kelompok umur yaitu 6-12
tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini
didasarkan pada pengukurran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan
dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U).
Indeks massa tubuh anak dihitung berdasarkan rumus berikut: Dengan menggunakan baku
antropometri anak 5-19 tahun WHO 2007 dihitung nilai Z_score TB/U dan IMT/U masing-masing anak.

Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Skor


SD disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk
memantau pertumbuhan:
1 SD unit (1 Z-skor) + sama dengan 11% dari median BB/U
1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan ukuran pertumbuhan
(Growth Monitoring). WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS Contoh:
1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U, misalnya seorang anak berada pada 75% median BB/U
berarti 25% unit berada di bawah median atau -2. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi
dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari
orang-orang yang diukur yang berasal dari referensi populasi. Di bawah -2 SD unit dinyatakan sebagai
kurang gizi yang ekuivalen dengan:
78% dari median untuk BB/U (+ 3 persentil)
80% median untuk BB/TB
90% median untuk TB/U

19
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Rumus perhitungan Z-skor:


Z-skor = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan

Secara umum prevalensi kependekan pada anak umur 6-18 tahun adalah 34,6 persen, masih
tidak jauh berbeda dengan pada anak balita, sedangkan prevalensi kekurusan dan kegemukan lebih
rendah dari prevalensi pada balita. Prevalensi kependekan pada kelompok umur 6-12 tahun, 13-15
tahun dan 16-18 tahun masih tinggi yaitu masih diatas 30,0%, tertinggi pada umur 6-12 tahun (35,6
persen) dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 31,2 persen. Prevalensi kekurusan pada
kelompok umur 6-12 tahun sama dengan pada umur 13-15 tahun yaitu 11,2 persen dan 11,1 persen
dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 8,9 persen. Prevalensi kegemukan tertinggi
pada kelompok umur 6-12 tahun yaitu 9,2 persen dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun
yaitu 1,4 persen, sedangkan pada kelompok umur 13-15 tahun sebesar 2,5 persen.
Seperti halnya pada balita, prevalensi kependekan, kekurusan dan kegemukan secara umum
lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan. Prevalensi kependekan dan
kekurusan di perkotaan lebih rendah dibanding perdesaan, sebaliknya prevalensi kegemukan lebih
tinggi di perkotaan dari perdesaan.

20
Milatia Ningrum
1102012164-B2

Masalah kependekan pada kelompok umur 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat
erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala rumahtangga serta keadaan
ekonomi rumahtangga. Semakin baik tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala rumahtangga
serta keadaan ekonomi rumahtangga semakin rendah prevalensi kependekan.
Sedangkan prevalensi kekurusan tidak memiliki pola hubungan yang jelas dengan ketiga
karakteristik responden tersebut.
Masalah kegemukan memiliki keterkaitan dengan tingkat pendidikan kepala rumahtangga
dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala
rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga prevalensi kegemukan cenderung
meningkat.

Implikasi untuk upaya perbaikan gizi anak umur 6-18 tahun


Masih tingginya prevalensi kekurusan pada kelompok umur 6-12 tahun (usia sekolah)
mengindikasikan adanya risiko terganggunya konsentrasi belajar bagi sekitar sepertiga jumlah siswa
SD/MI atau yang sederajat. Masalah kependekan yang masih tinggi, dimana prevalensi kependekan
pada anak perempuan juga tinggi yaitu sekitar 30 persen, dimana 12 persen diantaranya adalah sangat
pendek. Hal ini merupakan keadaan yang berisiko sebagai calon ibu rumahtangga yang akan
melahirkan generasi penerus. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas maka perlu
diintensifkan upaya perbaikan gizi anak sekolah, melalui:
 Peningkatan edukasi gizi bagi anak sekolah baik di sektor pendidikan formal maupun informal
untuk pencapaian KADARZI UNTUK SEMUA. Untuk ini diperlukan kerjasama dengan sektor
pendidikan baik negeri maupun swasta untuk merumuskan kurikulum gizi yang
memadaisesuai dengan tingkatan sekolah (SD, SLTP, SLTA atau yang sederajat).
 Penyediaan makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS) terutama untuk daerah-daerah
miskin, terutama untuk anak usia sekolah (6-12 tahun). Untuk ini diperlukan kerjasama antara
sektor kesehatan dengan lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta serta sektor terkait
lainnya

STATUS GIZI IBU HAMIL

Penambahan berat badan ibu hamil dicatat setiap bulan. Perkembangan status gizi ibu hamil (LiLA)
dicatat pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan serta dilaporkan oleh Kepala Puskesmas
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan
perkembangan status gizi ke Pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

Ibu hamil KEK


Sasaran Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil adalah ibu hamil yang berisiko KEK dengan pita
LiLA < 23,5 cm. Untuk menentukan sasaran penerima PMT Pemulihan, balita dan ibu hamil dengan
kriteria tersebut di atas perlu dikonfirmasi kepada Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas.

21
Milatia Ningrum
1102012164-B2

LI 7. Memahami dan Menjelaskan PHBS dalam Islam

Dalam kehidupan manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit
merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi. Ini yang harus
disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut batasan World Health Organization
(WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakan bahwa aspek agama
(spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada
tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik
(organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka
sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual).

Islam sejak awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif.
Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan
kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhid pada diri
manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsii tentang kehidupan manusia yang pada
gilirannya tentu saja dapat merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari manusia yang
bertauhid adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan larangan Allah SWT.

Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di
mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis berikut:

ُُ‫لى َوأ َ َحبُ َخُْيرُ القَ ِويُ ال ُمؤْ مِ ن‬


َُ ِ‫للاِ إ‬
ُ َُ‫ن مِ ن‬
ُِ ِ‫ض ِعيْفُِ ال ُمؤْ م‬
َّ ‫ال‬

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang
lemah”. (HR. Muslim)

Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:

ُ‫س ِل ْي ُُم العَ ْق ُل‬


َّ ‫ي ال‬
ُْ ِ‫لجس ُِْم ف‬
ِ ‫س ِلي ُِْم ا‬
َّ ‫ال‬

“Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat”.

Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga
kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah hukum Islam “perintah
terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan perantaranya”. Artinya jika membangun

22
Milatia Ningrum
1102012164-B2

badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan untuk menjaga
kesehatan hukumnya wajib pula.

Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusia yang
meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan rohani
adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah, sehingga
melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, ialahh lingkungan
(yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara
pada manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan ekonomi mempunyai
pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang paling memiliki kemampuan
untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup

Ketika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga
memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam adalah
faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali makanan yang halal
dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:

‫اس أَي َها ا‬


ُُ َّ‫ض فِي مِ َّما ُكلُوا الن‬
ُ ِ ‫األر‬ َ
ْ ‫طيِِّبًا َحالال‬

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di bumi….”. (QS.
Al-Baqarah: 168)

Makanan yang halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi kecil. Orang yang
mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak memiliki antibody yang kuat yang biasanya
disebabkan kondisi fisik yang tidak sehat. Karena itu, kesehatan tubuh harus benar-benar diperhatikan
dengan mengonsumsi makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan yang halal dalam Islam
adalah makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansi makanannya tetapi juga dari segi
asal makanan diperoleh. Konsep kesehatan dalam Islam tidak hanya mengutamakan kesehatan fisik
tetapi juga psikis.

Sedangkan makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari sekian banyak
makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal dan bergizi ini, makanan yang
masuk ke dalam perut manusia benar-benar makanan yang terpilih. Islam menyadari betul bahwa
perut adalah sumber munculnya berbagai macam penyakit, karena itu agar tubuh sehat, makanan
yang akan masuk ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik aspek gizi maupun kehalalannya.

Urgensi Kebersihan dan Kesehatan

Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat
dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

َُّ ‫علَى ْال ُمؤْ مُِنِينَُ ِليَذَ َُر‬


‫َللاُ كَانَُ َما‬ َ ‫علَ ْي ُِه أ َ ْنت ُُْم َما‬ َُ ِ‫ب مِ نَُ ْال َخب‬
َ ‫يث يَمِ يزَُ َحتَّى‬ َّ
ُِ ِِّ‫الطي‬

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang
ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali Imran: 179)

Landasan nilai tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini merupakan
cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai
sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan dari najis, hadats kecil, janabah,
sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik dan jiwa.
Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya
menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan

23
Milatia Ningrum
1102012164-B2

dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar. Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh
sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin
mendapatkan kesempatan untuk diistirahatkan

Dari hidup bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu kesehatan,
yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus diberantas. Sebab,
orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu pelaksanaan ibadah secara sempurna dan
menghambat produktifitas manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi Islam lebih menekan pada
pencegahan terkena penyakit. Oleh karena itu, perlu umat Islam mempunyai perspektif bahwa
membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit adalah bagian dari dakwah Islam

Karena itu, salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (daf’u al-
dharar) yang menimpa manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah
agar manusia dapat menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -menyembah dan mengabdi
kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia
tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan
masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan.
Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya
mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun
makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman
penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa
juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan.

Kesimpulan

Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat untuk membangut sumber daya
manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi manusia yang produktif dan kreatif prasyaratnya
harus bergaya hidup bersih dan sehat. Kondisi sehat ialah manusianya yang memiliki ketahanan tubuh
yang kuat, sehingga tercipta generasi dan masyarakat yang tercantum dalam firman Allah SWT:

َ ‫ن ت ََر ُكوا لَ ُْو الَّذِينَُ َو ْليَ ْخ‬


ُ‫ش‬ ُْ ِ‫ضعَافًا ذُ ِ ِّريَّ ُةً خ َْل ِف ِه ُْم م‬ َ ‫َللاَ فَ ْليَتَّقُوا‬
ِ ‫علَ ْي ِه ُْم خَافُوا‬ َُّ ‫سدِيدًا قَ ْوال َو ْليَقُولُوا‬
َ

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. (an Nisaa’:9)

ُ ِ َّ‫َاس أ َ ْنفَعُ ُه ُْم للاُِ ِع ْن َُد الن‬


ُ‫اس َخي ُْر‬ ُ ِ ‫لِلن‬

"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." (Al-Hadits)

Cipta

DAFTAR PUSTAKA

1. DR. Bustan, M.N, Arsunan, A. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
2. Dr. Chandra , Budiman. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/Buku%20Pedoman%20pelayanan%20anakdfr.pdf
4. http://kgm.bappenas.go.id/index.php?hal=4&keyIdHead=9
5. http://pesantrenonline.org/index.php/publikasi/529-kebersihan-dan-kesehatan-dalam-persepektif-
islam-2.html
6. Prof. Noor, Nasri Noor, M.P.H. 1997. Dasar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka
24

Anda mungkin juga menyukai